CHAPTER 2

1 1 0
                                    

"aula di sebelah kanan, di belakangnya lagi ada ruang kerja, sebelah ruang kerja ada taman dan di taman terdapat dua rumah, satu  tempat belajar dan satu lagi rumah kaca. lalu kita kemari" martha kembali menuju ke tangga yang telah ia lewati.

"di lantai dua adalah tempat beristirahat tuan, nyonya arth, dan putra-putri beliau. saat ini di kastil ini tinggal hanya tiga orang bangsawan yaitu tuan Louis sang putra sulung, Nona Cicely putri menengah dan Nona evelyn putri bungsu dari tuan besar Gilbert  dan Nyonya Elizabeth Arth. tuan dan Nyonya besar sedang tak ada di sini, beliau dalam kunjungan bisnis keluar kota untuk beberapa saat." Jelas Martha sembari berjalan menaiki tangga yang mewah dengan bebatuan marmer itu.

Ro hanya terdiam mencoba mengingat semua perkataan Martha sembari mengikutinya.

"Nah, di lantai ketiga adalah tempat peristirahatan tuan dan nyonya Arth sedangkan di lantai dua ini dari sebelah kiri terdapat kamar Nona-nona muda tentunya. nona evelyn setelah itu nona cecily lalu kamar terakhir di sebelah kanan adalah kamar tuan Louis Arth." bisik Martha menjelaskan panjang lebar lalu membuka pintu tepat di depan kamar tuan Louis.

terdapat sebuah kamar indah yang cukup luas, kamar itu bernuansa hijau muda hangat. terdapat tempat tidur tunggal dengan renda dan jendela besar di dekatnya.

"Ini adalah kamar milikmu, seharusnya ini adalah ruang inap untuk tamu tetapi sesuai pesan dari tuan muda. ia menyuruhku menempatkanmu di kamar ini" jelas Martha lalu menoleh ke arah Ro.

"Mulai besok kau akan berkerja sebagai Asisten pribadi tuan Louis dan ia akan memberimu catatan kerja yang perlu kau lakukan.

besok bersiaplah sebelum matahari terbit seragammu ada di dalam lemari, akan ku antar kau menghadap tuan Louis, Apakah ada pertanyaan?" tanya nya dingin, Ro mau menggeleng.

"Bagus, sekarang beristirahatlah. selamat malam" Martha meninggalkan Ro begitu saja dan ro merebahkan tubuhnya yang kelelahan, entah berapa lama ia telah duduk di dalam mobil. Ro menatapi langit-langit renda tempat tidur. hening tak ada suara apapun yang di dengar, ia masih berpikir kenapa ia bisa di perkerjakan kepada bangsawan padahal ia sama sekali bukan orang yang berpendidikan ataupun terpandang.

Ia tak ingin mempertanyakan hal-hal aneh kepada sang kepala pelayan karena seperti perkataan Harbert, sang tuan akan memberi tahunya. ia hanya perlu menunggu besok sampai semua pertanyaannya terjawab.

"Aaahh...nghhh... aahngg...." tiba tiba suara erangan seseorang terdengar samar-samar di telinga  Ro.

Gadis itu membangkitkan tubuhnya dan menempelkan telinganya di pintu.

"Ahhmmm...hehe~" dengan panik Ro memundurkan tubuhnya saat suara itu terdengar lagi, ia berjalan cepat ke arah kamar mandi pribadinya. ia mencuci wajahnya dan mengganti pakaiannya bersiap untuk tidur.

"Nghhh..." saat ia merebahkan tubuhnya di ranjang suara itu masih terdengar, Ro menutupi wajahnya dengan bantal karena kesal. Ro tak bisa malah nafasnya sesak karena bantal yang menutupi wajahnya.

Gadis itu menatap langit dan memelankan nafasnya, walaupun suara itu masih terdengar ia mencoba untuk tenang dan memusatkan pikirannya sembari menatapi renda di langit-langit. perlahan suara itu memelan dan tenggelam, ro akhirnya terlelap dalam tidurnya.

"Sraahh...!!!" Sebuah cahaya yang menyilaukan mata, tiba-tiba ro terbangkit dari tidurnya.

"hah!" gadis itu terkesiap, langit masih gelap. ia mengusap-usap wajahnya kebingungan.

"Mimpi aneh itu lagi" gumannya, ia beranjak dari tempat tidurnya dan  mulai bersiap. ia mencuci wajahnya, mandi. setelah itu di bukanya lemari kecil dekat tempat tidur, ia agak terkesiap melihat isi lemari.

"Hmm? jas dan celana?" gumannya terdapat tiga buah setelan jas yang rapih berwarna cokelat gelap.

ro bersiap, ia menggunakan kemeja putih, celana, rompi dan sepatu kulit berwarna senada. ia benar-benar terlihat keren dengan rambutnya di ikat ke atas, gadis itu terdiam sebentar menatap bayanganya di cermin lalu tersenyum sumringah.

Saat gadis itu membuka pintu kamar ingin bertemu Martha, tiba-tiba ia melihat pemandangan yang benar-benar mengejutkan di depan mata.

seorang wanita telanjang membawa pakaiannya keluar dari kamar sang tuan Louis, ia terkekeh geli sembari menutup pintu.

"Uuh!" paniknya tak tahu Ro berada tepat di depannya

"Astaga, kau mengejutkanku" ujarnya, sedangkan Ro menatapnya dengan tatapan tajam.

"Bisa-bisanya pagi-pagi buta wanita ini keluar kamar dengan keadaan talanjang?!" batin Ro kesal, ia menyilangkan  tangannya di depan dada.

"Ehm, Shhtt..." wanita kekehannya itu menaruh telunjuknya di depan mulut mengisyaratkan Ro untuk diam, lalu ia berlari kecil menuruni tangga sembari menggunakan gaun tidurnya.

Tiba-tiba Martha berpapasan dengan wanita itu dan membiarkannya lewat begitu saja, seakan-akan itu adalah hal yang biasa.

"Jangan diam begitu, ia hanyalah seorang pelacur" tegas Martha lalu mengetuk pintu kamar tuan Louis dan masuk diikuti oleh Ro.

"nghh..." geram seseorang dari dalam kamar.

"cklek" Martha dengan perlahan langsung membuka pintu setelah ia mendapatkan balasan dari tuannya.

memasuki kamar itu Ro terpana melihat kamar bernuansa hitam keemasan, semua furnitur yang bercat hitam di lapisi dengan ukiran emas.

Tetapi yang lebih mengejutkan lagi adalah seluruh isi kamar gelap itu benar-benar berantakan, aroma minuman keras, cerutu memenuhi kamar itu.

"tuan Louis menghisap cerutu sebanyak ini, bisa saja kastil terbakar jika sampai cerutu itu terbuang sembarangan" batin Ro menatapi sebuah meja kecil di dekat perapian yang di penuhi bekas cerutu yang berserakan.

"Kau tunggu di sini, aku akan memanggil para pelayan untuk membereskan semua ini" bisik Martha, ro mengangguk.

Ro mencari sebuah lilin di dekat perapian yang padam dan belum ia hidupkan.

"apakah aku menyuruhmu melakukan sesuatu?" sebuah suara berat nan serak mengejutkan Ro, Ia terkesiap sehingga tak sengaja menyenggol lilin hingga jatuh.

"Heh, tenang... aku tak akan menggigitmu" pemilik suara itu yang terkekeh geli, ia masih bermalas-malasan di tempat tidur. Ro yang agak geram mengambil lilin itu dan kembali menghidupkannya.

"craah..." Lilin di hidupkan, terlihat dari belakang lekuk tubuh Ro yang seperti jam pasir membuat singa yang terlelap bangkit kembali.


Ro - The Lost TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang