𝓢𝓾𝓫𝓶𝓲𝓼𝓼𝓲𝓮𝓿
✯✯✯
"Ayo kita nikah" cetus pria itu tanpa ada niat untuk berpaling dari dessert dihadapannya.
"Apa kau gila?" celetuk gadis yang kini hampir menjatuhkan garpu yang ia genggam.
Manik dibalik kacamata itu menatap dalam kedua mata gadis dihadapannya. Ia meletakkan alat makannya mengusap bibirnya sejenak, sebelum ia kembali berdialog. "Tidak ada alasan bagi kita untuk terus berkencan seperti ini tanpa ada tujuan yang pasti, kan?" ujar pria itu kini tampak serius.
Si gadis tampak menarik nafas sejenak sebelum mengusap kasar wajahnya. "Apa kau lupa jika aku punya trauma tentang pernikahan?" tanyanya kepada si pasangan.
"Tentu saja aku ingat. Karena itu aku berinisiatif untuk membantumu melupakan itu" jawab pria di hadapannya tanpa ragu.
"Gun.. Ayolah" desah gadis itu merasa tak yakin.
"Jadi kau tidak mau menikah denganku?" pertanyaan itu spontan membuat si gadis kini menatapnya serius.
"Bukan begitu, tapi.."
"Jangan khawatir" gumam pria itu perlahan sembari mengelus tangan si gadis dengan pelan. "Aku akan selalu ada untukmu" ujar pria itu sebelum mereka benar-benar memutuskan untuk melanjutkan hubungan itu menuju jenjang serius.
Tapi.. Kata-kata manis itu hanya akan manis di lidahnya. Fakta mencengangkan akan si gadis hadapi, tepat di sana.. Ambang pintu hotel berkelas di kawasan elit Gangnam. Tatapannya menatap pria berstatus suaminya kini berdiri di hadapannya dengan bertelanjang dada dengan seorang wanita tanpa busana di dalam kamar dengan kelas VVIP itu.
Tatapannya datar, benar-benar datar tanpa ekspresi. Tidak seperti di drama-drama yang menampilkan si pemeran wanita yang akan menangis histeris karena perselingkuhan suaminya. Ia hanya menatap datar, dengan dada yang sesak. Seperti ada ribuan panah yang menusuk tepat di hatinya. Bibirnya kelu, paru-parunya terpompa lebih cepat dari biasanya. Tangannya terasa dingin, padahal suhu ruangan itu normal. Namun.. Entah kenapa ada rasa lain yang membuatnya terlena akan rasa itu.
"Gyeong Suk" panggil sang suami berusaha meraih pergelangan tangan istrinya.
Gyeong Suk menepis tangan itu, lalu menatap manik putih itu dengan lekat. "Jangan sentuh aku, serangga" cetus istrinya membuat sang suami tertegun.
"Menurutku.. Semua orang yang berselingkuh itu seperti serangga" ujar gadisnya dengan tatapan kosong yang ia tahu sendiri jika.. Ada yang salah dengan gadisnya ini, tapi.. Ia menepis semua itu.
Jonggun, pria bermarga Park itu tertegun dengan perkataan istrinya. Nafasnya sempat tercekat tatkala pendengarannya mengungkap kata-kata tidak mengenakan itu dari bibir istrinya. Gadis lugu, baik hati, polos, persis seperti arti namanya itu kini menatapnya dengan kosong, dingin, dan menusuk. Entah kenapa, tapi saat ini Jonggun–pria tangguh yang dapat merebut semua hati para wanita kini membeku di hadapan istri murah hatinya itu.
Melihat suaminya itu diam ditempat seperti sebuah patung tak bernyawa, Gyeong Suk memutar langkahnya kembali ke lift terdekat untuk pergi dari sana. Toh tidak ada yang harus ia lihat lagi, kan?
Menyadari istrinya berjalan pergi meninggalkannya tanpa ada drama layaknya orang yang merasa tersakiti, Jonggun sontak menoleh dan mengejar wanitanya itu. Meninggalkan gadis yang ia boking untuk bersenang-senang hari itu dan berlari mengejar sang istri yang tampak berjalan dengan tenang seperti tidak terjadi apapun.
Tepat di depan lift yang tengah dalam proses untuk naik ke lantai teratas hotel itu. Jonggun mencekal tangan istrinya dan memaksanya untuk menatap ke arahnya.
"Kenapa?! Kenapa kau tampak biasa saja?!" tanya Jonggun merasa ada yang aneh.
Tatapan datar itu menatap wajah tegas sang suami. Tatapan dingin yang tidak pernah Jonggun dapatkan dari istri polosnya itu, tatapan menusuk yang bahkan tidak pernah ia berikan selain kepada musuhnya. Sikapnya terlalu tenang untuk orang yang baru saja dikhianati. Ini aneh, ini jangal, ada yang tidak beres.
"Karena aku sudah tahu itu" jawab Gyeong Suk dengan tenang, membuat Jonggun mengernyit tidak mengerti. "Memang benar.. Berharap pada manusia itu.." ucap si gadis sambil mendorong dada Jonggun dengan telunjuknya, sampai si pria benar-benar termundur. ".. Sia-sia."
Ting!
Pintu lift terbuka, Gyeong Suk melepaskan cekalan tangan suaminya dan masuk ke dalam lift, meninggalkan pria itu diam termenung memproses perkataan dari istrinya itu. Pintu tertutup, bersamaan dengan kontak mata mereka yang terputus. Tapi Jonggun tetap terpaku di tempatnya, membiarkan istrinya lolos begitu saja dengan rasa bersalah menghujani hatinya.
Ia terduduk di depan lift, nafasnya tersengal-sengal, tubuhnya berkeringat dingin. Ini pertama kalinya ia merasakan hal seperti ini. Perasaan apa ini? Apa ini perasaan kehilangan, khawatir, dan bersalah? Tiba-tiba dunianya seperti berputar tubuhnya terhuyung dan jatuh di atas lantai lorong hotel dengan paru-paru yang memompa lebih cepat dari biasanya.
Hal yang sama terjadi di dalam lift. Gyeong Suk tidak kuat menahan beban tubuhnya dan bersandar pada pintu lift yang tertutup lalu merosot duduk. Bedanya ia tidak kehilangan kesadarannya, tapi.. Sebuah senyuman terbit di bibirnya yang tipis.
Tangannya meremas dadanya yang terasa sakit, jantungnya berdegup dengan sangat kencang, nafasnya tersengal-sengal, tapi bibirnya tidak bisa berhenti tersenyum walaupun dadanya sangat sesak sekarang. Inilah yang dia inginkan, rasa yang telah ia tunggu-tunggu. Sebentar lagi ia akan memetik buah hasil jerih payahnya.
Wajahnya penuh peluh, rona merah keluar dan memenuhi pipinya, sedangkan senyumannya sama sekali tidak pudar. Ia tidak sabar dengan apa yang menunggu dirinya di hari kemudian. Ia meneguk ludahnya dengan pelan, merasakan nyeri di hatinya yang masih bertahan dengan senyuman yang tak pudar. Gila? Ya, tapi inilah yang inginkan.. Rasa inilah yang ia tunggu-tunggu.
"Ahh~ Terima kasih.. Jonggun-ssi.." gumamnya benar-benar kehilangan akalnya sekarang. ".. Aku akan menunggu sampai hari itu tiba.. Jangan khawatir.."
✯✯✯
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓢𝓾𝓫𝓶𝓲𝓼𝓼𝓲𝓿𝓮 - Jonggun (Lookism) X Reader's
FanficJonggun, pria dengan aura intimidasi yang 99% sudah dipastikan dia adalah seorang dominan mutlak kini mempersunting seorang gadis lugu, baik hati, polos, dan selalu berpikiran positif. Itulah yang ia pikirkan sebelum sebuah kejadian merubah posisiny...