بسم الله الرحمن الرحيم
🦚Happy Reading🦚
•••
Ini adalah hari pertama Anzala tinggal di Yogyakarta, di pesantren sekaligus rumah kakek, neneknya.
Orangtua Anzala memintanya untuk
melanjutkan sekolah di sana.Anzala di minta untuk pindah ke Yogyakarta bukan tanpa sebab, tapi karena orangtua Anzala yang sedang mendapatkan kontrak kerja di luar pulau selama 4 setengah tahun.
Orangtua Anzala mengkhawatirkan sang anak jika harus di tinggal sendirian, jadi Anzala di titipkan di pesantren milik kakek dan neneknya, pesantren Nur Hidayah.
Sementara, sampai Anzala lulus MA.
Mereka takut jika Anzala terpengaruh oleh pergaulan bebas, apalagi Anzala ini anak perempuan satu-satunya.
Anzala mempunyai satu adik laki-laki yang saat ini masih menduduki bangku MTs kelas 7. Adik Anzala ikut dengan orangtuanya dan sekolah di sana.
•••
Suasana pagi hari di sebuah desa, udara segar yang masih suci belum terjamah nafas orang-orang munafik di luaran sana, angin berhembus pelan, dilengkapi dengan ayam jago yang sedang lomba paduan suara , serta adzan subuh yang segera berkumandang.
"Tok!! Tok!! Tok!!"
Suara ketukan pintu dari luar kamarnya yang begitu nyaring membuat Anzala sedikit terganggu dari tidur nya, ah ralat! tidak bukan sedikit tapi sangat!.
Tapi Anzala tidak menghiraukan nya, ia hanya membalas dengan ber dehem singkat.
"Anzala bangun udah mau subuh ini"
"Tok!! Tok!! Tok!!"
"Zala Masyaallah shalihah bangun nduk"
Tidak ada sahutan dari dalam kamar Anzala.
Terpaksa nenek Anzala yang kerap di panggil dengan sebutan ' Mbah uti Ami' itu mengambil kunci cadangan untuk membuka pintu kamar Anzala.
"Anak ini dari dulu susah banget di banguninnya" gerutunya sambil berusaha membuka kunci pintu kamar Anzala.
"Ceklek.." kamar Anzala pun terbuka, lanjut Uti Ami menyalakan sakelar lampu yang berada di samping kanan pintu.
Terlihat gadis cantik yang tengah tertidur lelap serta tubuhnya yang masih di tutup selimut.
"Masyaallah subhanallah, nak perawan ayo bangun, subuh sholat dulu hei" Seru Uti Ami dengan suara yang lumayan keras seraya menggoyang goyangkan lengan cucunya.
"Nggih Uti bentar, dereng adzan loh ini" Jawab Anzala sambil menarik kembali selimutnya.
"Ga ada bentar-bentar! sekarang ayo, kita jama'ah sama santri-santri lain, atau Uti suruh Mbah kung aja yang bangunin" ancamnya.
"Eh-eh mboten Uti, nggih Niki Anzala bangun wis" Atensi Anzala beralih langsung bangun dari tidurnya setelah mendengar kalimat ' Mbah kung ' , ia memang tidak berani kalau sudah berhadapan dengan sang kakek.
"Nah gitu dong, kan pinter, hmm sana siap-siap" Ucap Uti Ami sambil mengelus puncak kepala Anzala dan berlalu ke luar kamar.
"Nggih Uti" balas Anzala dengan senyuman tipis.
•••
Setelah kegiatan mengaji kitab rutin yang di laksanakan se-usai ibadah sholat subuh, seluruh santri tengah sibuk dengan aktivitas paginya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ego & Gengsi [HIATUS]
Teen FictionTentang kesalah pahaman yang tak kunjung membaik.