بسم الله الرحمن الرحيم
🦚Happy Reading🦚
•••
Anzala dan Raka sedang berjalan di koridor sekolah menuju ruang kepala sekolah untuk pendaftaran ulang.
Tak sedikit santriwan dan santriwati yang melirik ke arah mereka, karena sejauh ini mereka tidak pernah melihat sosok Anzala.
Tadi pagi pun saat sholat subuh Anzala datang terlambat pulang cepat, jadi tidak terlalu ada orang yang memperhatikan nya.
Tapi kali ini sekalinya melihat malah jalan berdua bareng Gusnya, siapa sih yang tidak kepo.
"Mas Raka, santri-santri di sini kenapa ya ngelihatin nya sinis bener, matane kayak meh metu gitu" Ucap Anzala pada Raka tanpa perasaan berdosa.
"Hus istighfar dek mulutnya masyaallah tabarakallah ga boleh begitu nggih, Ning kecil, imut, lucu" balas Raka sambil menyapu wajah Anzala sekilas di sertai candaan ringan.
"Nyenye" Ujar Anzala
"Halah ya udahlah biarin mungkin mereka kepo sama kamu, secara kan mereka ga pernah lihat kamu, sekalinya lihat malah jalan sama Gus ganteng idamannya, yang terkenal dingin dan ga pernah nge-respon cewek haha"
"Astaghfirullah hal adzim, nggih mas nggih si paling ganteng" ledeknya.
Tak lama kemudian mereka berdua pun sampai di ruangan kepala sekolah, lanjut Raka pun mendaftarkan adik sepupunya itu.
Setelah selesai pendaftaran, Raka mengantarkan Anzala ke kelasnya.
Anzala adalah tipe orang yang mudah bergaul, ramah, cerewet kalau sama orang terdekat, sedikit barbar, dan postur tubuhnya yang mungil (pendek).
Meskipun dia ini cucunya kyai tapi tingkahnya Masyaallah.
•••
Udara segar yang berhembus menerpa wajah seorang gadis remaja yang sedang duduk melamun di bawah pohon rindang yang tepatnya berada di belakang sekolah.
Entah apa yang sedang ada di pikirannya saat ini.
"Hayoo lagi mikirin apa sih"
Kedatangan temannya membuyarkan lamunan Anzala, menyebalkan!"Duh ganggu aja si kalian" gerutunya.
"Hehe maaf La" pinta salah satu temannya-Melia.
Melia anaknya manis, lembut dan tidak seperti kedua temannya yang agak barbar.
"Yaudah iya"
"Boleh duduk ga?"
"Hmm"
"Makasih Zala"
"Iya"
"Anzala lagi ada masalah ya? cerita dong"
"Kepo lu, ini urusan hati"
"Idih gitu amat, lo tuh siapa sih sebenernya nyebelin banget mana deket-deket Gus Raka lagi" omel Zara, salah satu temannya juga.
"Bawel benget sih kalian" Kesalnya.
"Jadi, Anzala siapanya Gus Raka?" Lanjut Melia.
"Kamu nanya?" balas Anzala.
"Astaghfirullah, ga di mana mana ketemu mulu sama orang kek gini"
Sahut Zara."Kalian pengen banget ya tau gue ini siapa?" Tanya Anzala.
"Iya Zal, ayo dong kasih tau" jawab Melia.
"Ga mau ah"
"Alah tinggal kasih tau aja susah banget, kepo nih jiwa cemburu ana meronta-ronta tau!" Balas Zara.
Zara memiliki kepribadian yang barbar, postur tubuhnya tinggi bak seorang atlet, dan ya suka Gus Raka.
"Maksa banget sih, gue cucunya abah yai Ihsan dan bu nyai Aminah dan gue adik sepupunya mas Raka"
"WHATT!!!" Seru Melia dan Zara.
"Apa?"
"Kok bisa? perasaan kan cucunya Abah yai cuman Gus Raka sama Ning Manda" ucap Melia.
"Ga heran sih"
"Maksudnya?" Tanya mereka berdua.
"Gue emang ga tinggal di sini sejak 3 tahun lalu. Gue pindah rumah ke Semarang, kota asal bunda gue, karena bunda gue harus ngerawat kakek yang udah sakit-sakitan sampai akhirnya meninggal" Jelasnya.
"Innalilahi wa innailaihi roji'un, turut berduka ya Ning" ucap Melia dan Zara.
"Iya makasih, jadi gue udah ga heran lagi sama santri yang baru 1-2 tahun mondok di sini yang ga tau siapa keluarga gue"
"Ooh gituu ya Ning, em.. kita minta maaf ya kita ga tau Ning" Pinta Zara.
"Iya santai aja kali, udah hampir bel tuh kelas yok" Ajak Anzala.
Dan mereka ber tiga pun beranjak dari duduknya lalu pergi ke kelasnya.
•••
Seperti biasa, hening malam yang semakin terasa, tatkala rembulan yang mengambil alih tempat sang Surya, yang di dampingi ribuan gemerlap lintang serta hembusan angin malam yang menenangkan.
Dibalik jendela kaca yang tertutup seuntai kain putih, lalu tersingkap sebab ulah sang angin malam, yang menampakkan seorang gadis cantik duduk di sebuah sofa di teras kamarnya, dengan dress biru muda sepanjang lutut serta rambut lurus nan hitam yang terurai panjang menutupi punggung nya.
Siapa dia? yaa siapa lagi kalau bukan Anzala.
Anzala tengah sibuk dengan buku dan penanya, menuliskan isi hatinya yang bergejolak menginginkan kebenaran di balik semua drama kisah cintanya yang tak kunjung terungkap.
Kami memang saling mengagumi seseorang, tapi aku tak tahu dia mengagumi siapa?
Dia bilang dia mengagumi seseorang, apa seseorang itu aku? Atau orang lain? Intinya jangan terlalu berharap nanti ujungnya kecewa, yaa meskipun terselip sedikit hehe.
Kalau aku sendiri gimana? Ga usah di tanya pun ya cuman kamu, iya kamu!
Seorang Nabil Hamzah Al - Ahza.Aku banyak berubah semenjak kenal kamu, pertama kali aku ketemu sama laki-laki yang susah di jelaskan.
Kamu tuh ya sabar banget orangnya, ga pernah marah paling cuman nasehatin aja. Eh pernah deh kamu marah, tapi kamu ga sampai bentak-bentak, kamu kalau bicara ga pernah ngeluarin suara yang bernada tinggi, kamu selalu merendahkan nada suara kamu.
Kamu tuh paling ga suka kalau di cuekin, tapi kamu sendiri cuek, perhatian pun ya ala kadarnya. Kamu manis, kamu bilangnya paling ga bisa nyakitin perempuan, tapi tanpa kamu sadari kamu menyakiti ku.
Kamu selalu nurutin apa aja permintaan orang yang kamu sayang, tapi kalau kamu ga bisa nurutin kamu ga ngasih tau dan kamu bakal cari alasan biar orang yang kamu sayang ga kecewa.
Kamu tuh sebenarnya manja, tapi aku tau kamu gengsi, lucu banget kamu ياحبيبي ♡.
Begitulah kira-kira pengakuan hati Anzala dalam buku diary nya.
Cintanya besar, namun hanya bisa di pendam dalam diam, tidak ada yang mengerti sebesar apa cintanya.Tidak ada yang memahami rasa cinta Anzala terhadap Nabil. Walau itu menjadikan ia terlihat bodoh dalam cinta ia tak peduli, mereka tidak tau perasaan nya yang sesungguhnya,
yang mereka tau hanyalah Anzala yang bodoh masih selalu menerima Nabil walau dia disakiti, di bohongi, di abaikan dan sebagainya.Tidak ada yang bisa menerima seseorang yang telah menyakiti nya berkali-kali jika tidak ada ketulusan dan rasa yang cinta besar di dalam hatinya.
•••الحمد للهيربالامين
🦚See u next Chapter🦚
Published on: 09 Juli 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Ego & Gengsi [HIATUS]
Teen FictionTentang kesalah pahaman yang tak kunjung membaik.