Happy reading..
--
Suara riuh tiba-tiba terdengar kala dosen baru saja keluar dari kelas. Semua penghuni tempat tersebut segera membubarkan diri dengan sendirinya. Mereka berhamburan menyusuri koridor fakultas dengan tujuan ke kantin untuk mengisi perut.
Sama halnya dengan yang lain, Jieun pun memiliki tujuan yang sama memberi makan cacing-cacing di perutnya yang sudah protes sejak tadi. Lantaran, ia tak sempat sarapan.
Bau berbagai makanan yang menusuk indra penciumannya membuat Jieun harus berpikir keras, memilih makanan yang enak sekaligus murah.
Bukan tanpa alasan, Jieun memang tidak seperti mahasiswa lainnya yang mendapat uang jajan melimpah dari orang tuanya.
Uang bulanan yang selalu dikirim Ayah dan ibunya hanya sedikit, maka dari itu ia harus pandai-pandai mengatur keuangannya sendiri. Gadis tersebut bahkan tinggal sendiri di Seoul meninggalkan orang tuanya di Daegu, demi menggapai impiannya.
Sejenak gadis tersebut merogoh kantongnya, guna memeriksa berapa uang yang ia miliki. "Huft.. ini hanya cukup untuk membeli Ramyeon," monolog Jieun sedikit kecewa. "Tak apa, Jie. Setidaknya kau masih bisa makan," imbuhnya seolah menguatkan dirinya sendiri.
Netra Jieun mulai mengedar, mencari kedai mana yang menjual Ramyeon, mengingat banyak sekali kedai di dalam kantin.
Akan tetapi, bukannya segera mengantri untuk membeli makanan. Jieun justru tertarik dengan pria yang kini duduk sendirian seraya membaca buku di kantin.
"Oppa, apa laporan yang aku kirimkan sudah kau baca?" tanya Jieun setelah mendudukkan diri di depan Taehyung, sang kakak tingkat yang sangat ia kagumi.
"Ah kau di sini, Jie?" ujar Taehyung sedikit terkejut. "Sudah, tapi menurutku ada yang harus dirubah."
"Benarkah? Bagian mana, Oppa?"
"Aku sedikit lupa, tapi aku sudah memberi tanda pada tulisannya, Jie."
Jieun memang sering berkonsultasi dengan Taehyung, mengenai tugas kampusnya. Selain karismatik Taehyung memang terkenal sangat baik, hingga membuat Jieun jatuh hati padanya.
"Huh, padahal aku sudah berusaha keras membuatnya. Tapi ternyata masih banyak yang harus aku revisi," ujar Jieun begitu lesu.
"Tenanglah. Aku pasti akan selalu membantumu," tutur Taehyung begitu lembut kemudian mengacak rambut lawan bicaranya.
"Kenapa Oppa hobi sekali membuat rambutku berantakan?" protes Jieun seraya menata rambutnya.
"Salah siapa kau begitu lucu."
Sontak saja ucapan Taehyung membuat Jieun besar kepala. Pipinya bahkan sudah dihiasi semburat merah karena begitu malu.
"Kau sudah makan, Jie?"
"Belum Oppa, aku baru saja selesai kelas."
"Kalau begitu segeralah makan. Aku masih ada kelas, jadi aku harus pergi sekarang," pamit Taehyung seraya mengemas bukunya.
"Baiklah Oppa, hati-hati." Jieun menjeda kalimatnya.
'Seperti biasa, dia selalu tampan,' monolognya seraya mengulas senyum membayangkan proporsi wajah Taehyung.
"Kau gila ya, Ay? Senyum-senyum sendiri," lontar Jungkook yang tiba-tiba datang, membuyarkan konsentrasi Jieun yang tengah sibuk menatap lelaki idaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
My big baby || Jeon Jungkook
Fanfiction[Follow sebelum baca] Bagi Jungkook menaklukkan hati seorang Lee Ji Eun itu tidak hanya butuh ketampanan saja, tapi perlu nyali yang besar dan ekstrak sabar. Karena menaklukkannya sama saja dengan menjinakkan spesies monster. Story by: @Sweetnees_195