prolog (revisi)

1.4K 113 9
                                    

Aku adalah seorang dengan darah yang kotor aku berasal dari keluarga yang menjual manusia demi uang kami hidup dengan tangan kotor dari lahir dan hidup mewah dengan memakai uang kotor

Aku memiliki mata yang berbeda dengan saudara ku lainnya mataku sama seperti kakak ku obanai nee san nasibku juga sama sepertinya aku selalu di penjara karena iblis itu menyukai ku aku selalu di lukai aku tak mengerti apa salahku

Suatu hari aku dan kakak di panggil iblis itu dia berkata "mereka masih terlalu kecil untuk aku makan selamat aku akan memberi kalian tambahan umur, tetapi aku akan membuat kalian mirip dengan ku dulu sebelum aku memakan kalian" Lalu iblis itu memanggil pelayan nya, aku melihat ada 4 orang yang datang membawa mangkuk besar dan pisau, mereka dengan cepat memegangi aku dan nii san agar kami tak memberontak.

Tiba - tiba orang di belakang ku menjambak rambutku dan memaksa ku melihat pada orang di depan wajahku, aku menangis dan berteriak dengan suara bergetar karna merasakan benda logam dingin mengenai sekitar pipi dan mulutku. Sakit, sangat sakit, aku memutahkan banyak darah di mangkok itu, nii san berusaha memanggil namaku tapi ia segera di jambak dan mereka melakukan hal yang sama pada kakak.

Setelah kejadian itu di penjara aku menangis di pelukan kakak, terus bercerita dengan nya sambil ia membelai rambutku pelan "apa salah kita, dosa apa yang kita buat sampai kita harus begini nii san" mendengar ku bicara dengan nada bergetar kakak bebicara pelan padaku dengan nada lembut "tenang gura, tidak apa apa kok, suatu hari nii san akan membawamu keluar dan melindungimu" aku mendongak dengan perlahan ke nii san "benarkah?" matanya melembut, walau mulut kmi sudah di tutupi oleh perban senyum nii san masih terlihat jelas di mataku "nii san berjanji" walau umurku yang saat itu masih 5 tahun aku faham jika kakak hanya berusaha menenangkan aku.

Suatu malam yang dingin aku berada di pelukan nii san karna aku takut dengan suara iblis ular itu, dan udara malam yang dingin, tiba tiba entah datang dari mana ada ular kecil yg masuk ke penjara kami, ia melingkar ke tangan nii san. Normal nya anak kecil seperti kami berdua akan takut dengan ular namun kami berdua malah menatap nya dengan lembut, tangan kecilku membelai kepala ular itu pelan, dan nampaknya ular itu juga tak punya niat buruk pada kami.

Setiap malam ular itu selalu menemui kami dan kami anggap ia sebagai teman kami satu satunya, nii san menamai nya kaburamaru, aku dan nii san selalu senang kalau ular itu datang mengunjungi kami, karna rasanya kami tak merasakan sakit lagi. Malam ini aku tidur di paha nii san sambil tangan kasar milik nya membelai rambutku, aku mulai merasa cemas karna hari sudah malam namun kaburamaru tidak datang pada kami, aku sangat takut jika kaburamaru ketahuan dan ia di bunuh oleh iblis ular itu, aku memeluk tangan nii san untuk menyampaikan rasa takut ku padanya "nii san, kenapa kaburamaru belum kesini? apa dia tertangkap?" ucapku dengan sedikit rasa takut, nii san yang peka segera memeluk ku untuk tidak mengkhawatirkan ular putih itu, "aku yakin kaburamaru baik baik saja, ia mungkin hanya lupa, bersabarlah ya" aku terpukau dengan kakak ku, walau aku tau ia merasakan kecemasan yang sama denganku ia masih bersikap lembut padaku, aku hanya mengangguk dan kembali memeluknya erat.

Aku yakin sudah beberapa jam sejak tadi aku bertanya pada nii san, namun kaburamaru belum menunjukan dirinya, aku mulai menguap karna rasa lelah dan kantuk ku, nii san yang tau akan hal itu mengusap rambutku dan bicara dengan pelan "tidurlah dulu, aku akan membangunkan mu saat kaburamaru datang" aku menoleh padanya dan mengangguk, aku tidur di paha nya sembari ia menyanyikan lagu tidur dan membelai puncak kepalaku.

kekhawatiran ku nampaknya mulai terjadi, selama 3 hari ini kaburamaru tidak datang pada kami dan aku berpikir kalau ia sudah di bunuh oleh iblis sialan itu, saat ini aku berada di pangkuan kakak dan menangis di dada nya, ia mengusap punggung ku dan menenang kan ku, padahal aku tau ia juga sangat ingin menangis saat ini, aku menarik wajahku yg basah dri dada kakak, aku bicara dengan nya dengan putus asa "nii san, sebenarnya untuk apa kita hidup jika harus terus begini, aku lelah nii san, sakit" ia yg mendengar itu tak bisa berbuat apa apa, jdi ia menempelkan bibir nya yg di balit perban itu ke dahiku "kamu hidup untuk selalu ada bersama ku, dan aku hidup untuk selalu ada bersama mu, tidak usah khawatir okey?" aku pun kembali memeluknya lebih erat.

The Younger Sister Of Iguro Obanai[Kny x Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang