chapter 2

754 79 2
                                    

2 hari setelah tidak adanya gura di dalam kehidupan obanai membuat nya tidak semangat hidup, walau ia sudah mempunyai tempat tinggal yang nyaman, makanan yang hangat, futon yang lembut, dan orang-orang baik di sekitarnya, pikiran nya tetap tak pernah lepas dari adik kecil nya yang manis, rembulan nya yang selalu menemani nya di dinginnya jeruji besi dan menyinari gelapnya malam dingin yang selalu gadis kecil itu takuti. Anak kecil dengan manik ungu dan hijau mint itu adalah satu - satunya orang yang paling mengerti dirinya, bagaimana tidak, obanai lah yang menjaga gura sejak umur adiknya baru mencapai 2 tahun, ia ingat bagaimana adiknya di lempar ke jeruji besi yang sama dengan nya, ia senang karna akhirnya ia bisa bertemu adik nya namun ia sebagai kakak juga merasa sedih karna adik nya yang belum lancar bicara itu sudah di lempar ke jeruji besi di waktunya yang harusnya masih membutuhkan perhatian ibu. Hatinya sakit ketika melihat adiknya menangis karna hal - hal kecil seperti makanan yang tak di sukai nya, tanah yang kotor dan angin malam yang dingin. Ingin sekali rasanya obanai menuruti semua permintaan adiknya, ia mau memberikan semua makanan yang di sukai adiknya, memberi gura futon yang lembut dan selimut yang nyaman, namun apa daya anak laki - laki berusia 9 tahun itu, ia hanya bisa memeluk yuki saat ia kedinginan, memberikan jatah makanan nya yang sedikit saat yuki masih lapar dan membelai surai hitam gura yang masih tipis saat ia menangis.

Malam ini saat semua keluarga rengoku tertidur, obanai duduk dari futon nya, entah kenapa ia tak bisa tidur seperti teman di sampingnya yg tertidur pulas, itu adalah rengoku kyojuro, putra sulung dari orang yang menyelamatkan nya saat ia hampir mati.

Ia dan kyojuro memanglah tidak terlalu dekat karna obanai tak suka banyak bicara, namun pria cerewet itu terus berusaha membuat obanai bicara dan akhirnya obanai mau untuk sedikit bicara dengan nya walau itu juga sambil memutar matanya malas, walau begitu tetap saja tidak ada orang yang benar benar obanai percayai kecuali rembulan hidupnya.

Obanai berjalan dengan pelan ke pintu bergeser yang akan membawa nya ke halaman luar, pria bersurai hitam itu membuka pintu itu perlahan dan duduk menghadap kehalaman, ia menghadap ke rembulan yang bersinar terang malam ini, hal itu membuat nya teringat tentang adik semata wayang nya.

Dulu saat ia masih berada di penjara hobi nya dan gura adalah melihat bintang dan rembulan dari ventilasi udara yang menghubungkan nya dengan langit luar. Mata indah adiknya tak pernah lepas dari indahnya malam, obanai tau bahwa adiknya sangat mengagumi malam karna matanya memancarkan kesenangan tersendiri.

Gura kecil selalu menangis setiap melihat kakaknya di cambuk didepan matanya, karna ia juga seperti merasakan cambukan itu di punggungnya, tak jarang juga pelayan yang berada di dekat gura menamparnya karna terlalu berisik. Walau akhirnya obanai juga di biarkan dan tidak di obati ia sangat khawatir pada kakaknya, gura seakan mengerti bahwa kakaknya sangat kesakitan, namun obanai menutupi rasa sakitnya itu dengan senyuman agar membuat gura tak khawatir.

Gura menangis dalam diam setelah melihat banyak luka di punggung obanai, luka nya telah menjadi biru karna seringnya keluarga nya melakukan itu pada mereka berdua. Obanai mengusap pipi gura yang basah dengan tangan nya, ia tersenyum sambil menahan perih di punggungnya, ia bicara dengan suara yang bergetar "nii san tidak apa - apa kok, kamu tidak usah khawatir" seakan tau kebohong obanai gura menggenggam tangan obanai di pipinya "bohong, nii san jangan belbohong, maafkan aku kalna tak bisa menolong nii san" rasa bersalah menyelimuti gura bak kepompong yang menyelimuti larva, obanai duduk untuk menyamakan tingginya dengan si adik, "nii san tidak berbohong, daripada itu, apa luka mu sakit?" ucap obanai dengan lembut sambil membelai luka tamparan yang membekas di pipi chubby adiknya, yuki menggeleng sambil menarik nafasnya setelah menangis deras, "aku tidak apa apa"

Obanai memeluk gura dengan pelan "syukurlah" gura yang sekarang bersandar pada dada kakaknya ikut membalas pelukan itu "maafkan nii san ya, karna aku, kamu jadi ikut terjebak dalam neraka ini" yuki yang mendengar itu dari bibir obanai segera mendongak, ia menggeleng cepat "bukan kalna nii san, nii san tidak salah".

The Younger Sister Of Iguro Obanai[Kny x Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang