"Mentari t'lah pergi, gelap hadir
Hari telah usai, pergilah ke alam mimpi
Pejamkan matamu, oh, malaikat kecilku ..."Yang Janu tahu, Nada Judhitia tipe orang yang tidak banyak bicara dan jarang menunjukkan kebolehan. Bahkan selama berumah tangga dengannya—meski tiga bulan, itupun bertemu hanya pagi dan malam, dan tidak banyak interaksi juga, Janu tidak pernah melihat kelebihan Nada—misal menyanyi seperti barusan. Ah, atau dirinya saja yang terlalu angkuh, sampai enggan melirik Nada barang sekilas?
Entahlah.
Sementara tatapan Janu tertuju pada sang mantan, jari telunjuknya digenggam erat oleh sang putri yang kini terlelap diantara ia dan Nada. Ck, bicara soal posisi mereka saat ini; Janu pernah membayangkannya setiap kali mengingat janin dalam kandungan Nada. Ia pun selalu berdoa, sekiranya Tuhan menjaga anaknya, semisal Nada berusaha menggugurkannya.
Eila telah dicintai ayahnya sedalam itu, sekalipun belum pernah bertemu.
"Esok ku 'kan menunggu
Kau bangun dengan senyummu
Ku berjanji menjagamu
Sepanjang hidupku
Tidurlah, oh, tidurlah
Sayang ....""Aku pernah ngebayangin momen ini," ujar Janu, memulai pembicaraan.
Tatapan Nada teralih begitu lantunannya berakhir. Senyumnya terukir getir.
Paham maksud dibalik senyuman Nada, Janu segera meyakinkan. "Aku nggak bohong, Nad!" tegasnya, menatap Nada lebih serius. "Waktu nemuin tespack di kamar, terus denger cerita Yudha soal ..." Menarik napas sejenak guna meminimalisir degup, "... aku yang pernah mabuk dan kamu yang ngurus aku, aku jadi mikir; apa mungkin aku pernah ngelakuin sesuatu. Tapi kenapa kamu malah ngehindar dan milih nyembunyiin ini?" cecar Janu, "Kenapa kamu buang jejak seolah nggak terjadi apa-apa malam itu."
"Mempertahankan seseorang yang nggak mengharapkan kita, ibarat menggenggam serpihan kaca," gumam Nada, membalas tatapan Janu. Sirat sendu berpendar jelas di sepasang matanya. "Kalaupun aku jujur, apa rumah tangga kita bakal berjalan layaknya rumah tangga pada umumnya?" baliknya, menantang. "Enggak, 'kan? Kamu tetep milih Mbak Inez dan aku—"
"Andai orang tuaku mau nerima Inez, aku nggak akan libatin kamu," potong Janu.
Nyatanya, Joni dan Ify memang menolak Inez karena perbedaan tempat ibadah mereka. Antara azan berkumandang dan lonceng yang berdentang. Kiblat yang menuntun Inez pulang atau salib yang membuat Janu tenang. Sebesar apa pun cinta mereka, aamin yang sama akan patah oleh iman yang berbeda.
Tapi, bagaimanapun restu didapat bila tidak didasari niat, maka ujung dari cerita tetaplah luka.
Luka tanpa obat.
"Sekarang mumpung kita ada waktu buat ngobrol, aku mau minta pembagian hak asuh," kata Janu.
Memancing delikan Nada. "Maksudnya?"
"Aku mau kita gantian jagain Eila. Nanti aku usahain tinggal di sini setiap giliranku," lanjut Janu, kembali menatap Eila yang terlelap sambil menggenggam jarinya. "Aku nggak mau pisah lagi sama anakku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Repair [TAMAT]
Romance#LOVESERIES WARNING! ⚠️ MENGANDUNG ADEGAN DEWASA ⚠️ BANYAK KATA-KATA KASAR ⚠️ DILARANG PLAGIAT ATAU MENYALIN KE PLATFORM LAIN ⚠️ CERITA INI HANYA ADA DI WATTPAD DAN KARYAKARSA [UNTUK BAGIAN FLASHBACK, ENDING, DAN EXTRA CHAPTER BISA DIBACA DI KARYAKA...