Prolog.

46 9 0
                                    

Saddam Arkatama Lelaki itu sedang meneduh di suatu ruko karena hujan.

Ia ingin memakai jas hujannya, namun tiba-tiba ia melihat seorang gadis yang sama sepertinya, meneduh di ruko itu. Gadis cantik berambut panjang hitam dan memakai seragam sekolah sama sepertinya.

Saddam yang tadinya ingin memakai jas hujannya malah berniat menyapa gadis itu. Ia menghampiri gadis itu. Ternyata mereka memang satu sekolah, terlihat dari logo seragam dari gadis itu.

"Halo?" Sapa Saddam.

Gadis itu menoleh--dan melihat Saddam.

"Eh halo kak, ada apa ya?" Tanya gadis itu kebingungan karena tiba-tiba seorang lelaki berparas tampan dan--seragamnya berlogo sama sepertinya.

"Ah nggak papa, saya cuman mau nyapa doang. Lagipula kayaknya kita satu sekolah ya, haha." jelas saddam menatap gadis yang lebih pendek darinya.

Cantiknya mahakarya Tuhan yang satu ini. Pikir saddam

"Eh iya yah emang kelas berapa kak?" Tanya gadis itu kepada saddam

"Kelas sebelas, kamu sendiri?"

"Oh saya kelas sepuluh ipa dua kak. Salam kenal ya saya Jiyara." Ujar gadis didepannya sambil memperlihatkan senyum terbaiknya.

Demi Tuhan, saddam belum pernah melihat senyum semanis itu selain senyuman bundanya.

"Oh iya sampai lupa kenalan ya. Saya Saddam. Salam kenal ya jiyara" balas Saddam

"Mm ohya kamu lagi nunggu hujan berhenti?" Tanya saddam basa basi.

"Iya kak. Kakak sendiri juga kayak gitu kah?"

"Iya. Ohya kebetulan hujannya udah mau reda, mau nebeng saya dulu? Saya bawa jas hujan dua kok"

"Mmm gak ngerepotin kah kak? Kalo nggak sih, saya mau kak hehehe" Ujar jiyara

"Hahaha sama sekali enggak, kok. Jadi mau?" tanya saddam sembari tertawa kecil.

"Boleh deh kak! Saya takut diomelin mama sih" Jawab jiyara.

"Oke, nih pake dulu jas hujannya" Ucap saddam sembari memberi jas hujan berwarna biru muda kepada gadis cantik didepannya.

Setelahnya mereka langsung menaiki motor saddam dan tidak lupa juga jiyara memberi alamat rumahnya.

"Ji, kamu suka hujan gak?" Saddam sebenarnya hanya iseng bertanya seperti itu.

"Suka banget kak! Kayaknya seru ya kalo hujan hujanan gitu" jawab jiyara sedikit kencang.

"Saya juga suka ji. Kalo menurut saya hujan itu bikin tenang" Jelas Saddam

"Iya setuju banget, walaupun kadang suka ribetin sih kalo hujan. Tapi bener bener bikin tenang ya!"

Setelahnya mereka mengobrol banyak di motor, salah satunya membahas Bu Fatimah—guru Matematikanya yang sangat galak.

Tidak terasa mereka sudah sampai didepan rumah jiyara dan kebetulan juga hujan sudah reda.

"Kak mau masuk dulu nggak?" Tawar Jiyara.

"Eh nggak usah ji. Mau langsung pulang aja, takut dicariin bunda juga" Tolak Saddam.

"Tapi ji, boleh minta nomer handphone mu gak?" Tanya Saddam malu sedikit.

"Boleh, sini hape kak Saddam"

Saddam memberi handphone nya dan Jiyara mengetik nomernya itu.

"Udah, kak" Jiyara memberi kembali handphone nya pada Saddam.

"Oke ji, saya pulang dulu ya." Pamit Saddam yang mulai menyalakan mesin motornya.

"Oke kak! Makasih ya tumpangannya. Hati hati!"

Setelah Saddam pergi, jiyara langsung masuk kerumahnya dengan perasaan senang. Begitu pun Saddam yang masih mengendarai motornya.

Saddam sangat bahagia, karena hari ini ia mengendarai motornya bersama perempuan seperti bidadari dibawah langit senja dan ditengah kota kesayangannya, Semarang.

Terimakasih telah membaca.

Hai, prolognya segini aja ya! aku test ombak dulu deh! Nanti kalo ada yang minat baca cerita ini aku lanjutin! Mmm jangan lupa votenya dong, makasih yaa!

Hujan Dan Kota Semarang.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang