"I always wanna be there for you
And I know that you will feel the same"[ Be there for you - Nct Dream]
***
Rasaya benar-benar seperti deja vu. Jika waktu itu mereka yang resah, panik, dan takut menunggu Ardhan yang sedang diperiksa oleh Dokter. Kali ini mereka juga sedang menunggu Gara yang sedang diperiksa oleh Dokter dengan harap-harap cemas. Bedanya, jika waktu itu mereka menangis dan tidak bisa tenang, kali ini mereka terlihat diam sambil menatap kosong kesembarang arah, nampaknya mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Bahkan Harsa yang sempat panik dan menangis tadi, kini mendadak membisu.
"Kok Gara bisa kayak gitu sih?" tanya Ardhan tiba-tiba dengan suara yang bergetar, dia sedang berusaha untuk menahan air matanya agar tidak jatuh kembali. "Jangan bilang kalo kalian tahu alasan kenapa Gara bisa tiba-tiba kayak gitu tapi kalian gak ngasih tahu gue," lanjutnya.
Harsa dan Jaffan yang memang sudah tahu hal seperti ini akan terjadi kepada Gara cepat atau lambat itu pun hanya bisa terdiam. Bukannya mereka tidak ingin menceritakan hal yang sebenarnya kepada Ardhan tentang apa yang terjadi kepada Gara, tetapi saat ini mereka benar-benar tidak mempunyai tenaga untuk menceritakan semuanya kepada Ardhan. Hal ini terjadi begitu tiba-tiba dan tentu saja sangat mengejutkan mereka.
Tidak kunjung mendapatkan jawaban yang dia butuhkan, Ardhan membuka suaranya kembali. Kali ini dengan nada suara yang lebih tinggi dan tegas.
"Kalian denger gue ngomong gak, sih? Kenapa kalian diem terus kayak patung?" tanyanya sekali lagi, dengan kedua pipinya yang sudah mulai basah karena air mata yang entah sejak kapan sudah menetes.
Detik itu juga, Jaffan langsung menatap Ardhan dengan tatapan paling menyakitkan yang pernah Ardhan lihat. Dengan suara yang bergetar Jaffan berkata, "Ar, bukannya kita gak___"
"Oh, jadi bener dugaan gue kalo kalian tahu tentang masalah ini? Kenapa kalian gak ngasih tahu gue? KALIAN ANGGAP GUE APA SIH, HAH? GUE INI SAHABAT KALIAN KALO KALIAN LUPA?! BUKAN CUMA MANUSIA PENYAKITAN YANG BISA KALIAN BODOHIN KAYAK GITU?!!" Amarah Ardhan benar-benar meledak, dia tidak terima jika kedua sahabatnya itu menyimpan rahasia darinya, apalagi ini menyangkut salah satu sahabatnya.
"KARENA GUE SAMA HARSA SAYANG DAN PEDULI SAMA LO, RAFARDHAN?!" bentak Jaffan tepat di depan wajah Ardhan yang sedang menangis sambil mengeluarkan air matanya dengan nafas yang tidak beraturan. Bahkan mereka berdua lupa jika saat ini mereka sedang berada di rumah sakit.
Sementara itu, Harsa masih setia terdiam, dia belum membuka suaranya kembali.
Jaffan memejamkan kedua matanya, menarik dan mengembuskan napasnya berkali-kali, lalu membuka kedua matanya kembali. "Kita gak mau bikin lo tambah sakit karena tahu fakta tentang penyakit yang diderita oleh Gara itu, kita gak mau Ar. Kita gak mau keadaan lo drop karena mikirin masalah ini. Oke, gue tahu kalo kita berdua egois sama lo, tapi kita ngelakuin ini demi kebaikan lo juga, Ardhan," lanjutnya dengan nada bicara yang sudah normal kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNITY
Fiksi Penggemar"Enak kali, ya, kalo belajar di sekolah? Main bareng sama temen-temen di bawah sinar matahari ... ngebayanginnya aja udah seneng banget. Tapi gue yang dari lahir udah musuhan sama yang namanya matahari bisa apa?"-Bagas Rafardhan. "Jika gue terlahir...