Grayson, pria bertubuh tinggi dengan wajah tampan dan berwibawa, keluar dari ruang rapat dengan langkah tegas, tatapannya tertuju ke arah kamar tamu.
"Gun, di mana dia?" tanyanya dengan suara dingin, namun tenang.
"Tuan Vino ada di dalam ruangan itu, Tuan," jawab Gun, menunjuk ke arah pintu kamar yang kini dipenuhi dengan feromon omega yang sangat kuat, membuat udara di sekitarnya terasa lebih berat.
Grayson tersenyum tipis, tawa kecil keluar dari bibirnya. "Hah, tebakan ku tepat."
Dia menoleh ke arah para pengawalnya dan berbicara dengan nada perintah yang tidak terbantahkan. "Baiklah, jaga daerah ini dengan ketat! Jangan ada yang berani mengganggu waktuku!"
Suaranya berubah lebih tajam, penuh ancaman. "Kalau sampai ada yang berani mengganggu, kalian akan tahu akibatnya. Mengerti?"
"Baik, Tuan!" jawab seluruh pengawal serempak dengan nada patuh.
Setelah memastikan semua berjalan sesuai instruksinya, Grayson perlahan melangkah menuju pintu kamar tamu, aroma feromon semakin menyengat seiring dia mendekat. Tanpa ragu, ia membuka pintu dan melangkah masuk.
———
Di dalam, Vino terkejut saat menyadari apa yang terjadi. Dia segera membuka celananya dan terperanjat dengan kenyataan bahwa bagian bawah tubuhnya sangat basah.
Vino terkejut dengan kenyataan yang dia lihat, dia mengira bahwa dirinya hanyalah alpha cacat yang tidak dapat merasakan feromon apalagi untuk mengeluarkan feromon khas miliknya.
"Hahh..j-jadi gua omega?! Nggak mungkin,"
"Ahh...hah...ini tegak begitu aja. Rasanya sangat panas apalagi dibawah ini." Vino menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan sensasi yang terus merayapi tubuhnya.
Dia meremas seprai, berusaha mengabaikan nya. Namun Vino tidak dapat menahannya, dia mencoba menggunakan tangannya untuk melakukan blow job. "Ugh...hngh...ngg...!"
"Ahh...hah...masih kurang, dibawah sini...ngg–" Vino mencoba memasuki dua jarinya kedalam, untuk memuaskan rasa gatal yang menggelitik dibagian bawahnya.
Tangannya yang bebas mulai bergerak perlahan, meraba area dadanya. Sentuhan itu membuat payudara nya yang sudah mengeras semakin sensitif.
Desah nafasnya terdengar berat, tubuhnya semakin tidak terkendali.
Tidak butuh waktu lama, tubuhnya bergetar, dan tanpa dirinya sadari, dia telah cum. Cairan itu mengotori bajunya yang masih melekat ditubuhnya dan menambahkan kebingungan yang baru saja terjadi.
Tiba-tiba telinganya menangkap suara langkah kaki mendekat dari luar, jantungnya berdetak sangat cepat. Berusaha bangkit dari tempat tidur, namun tubuhnya terasa berat sehingga membuatnya sulit untuk bergerak.
"Bangsat, kenapa pas lagi begini." Ucap Vino panik, ia mencoba menenangkan diri, namun langkah kaki itu semakin dekat.
Pintu kamar terbuka pelan, tanpa ketukan sama sekali.
Vino menoleh dengan lemah, memaksakan kepalanya menoleh ke arah pintu. Seorang pria tinggi berdiri di ambang pintu, siluetnya tegas, dengan aura yang dingin dan mengintimidasi. Tidak ada suara, hanya tatapan tajam yang menghantam Vino seperti badai.
"Tuan Gun? Nggak, auranya beda..." Gumam Vino dalam hati, merasa ada sesuatu yang salah namun tak mampu fokus di tengah panas yang melumpuhkannya.
Saat pria itu berjalan masuk, Vino merasakan aroma yang kuat, tajam namun menggoda, memenuhi ruangan. Feromon pria itu menyebar, menekan indra Vino, membuat tubuhnya semakin panas serta menjadi semakin tidak terkendali.
Pria itu mendekat, langkahnya pelan namun penuh kendali, menutup pintu di belakangnya dengan tenang.
Vino menggigit bibirnya, setiap langkah pria itu, seolah mengunci seluruh tubuhnya dibawah pengaruh aroma tersebut.
Rasa panas di tubuhnya kini bercampur dengan aroma yang memabukkan, membuatnya tidak dapat berpikir jernih. "Ngg... sialan! Feromon nya–hngh..."
Pria itu menatapnya, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Kau terlihat menggoda. Apa kamu suka hadiah dariku, baby?" Ucapnya sambil mengusap pipi Vino dengan lembut, seolah-olah dia mengagumi karya seni yang baru saja ditemukannya.
Vino tertegun, suara pria tersebut menggema di telinganya. "Hadiah? Maksud lu apa?!" Ucapnya lebih tegas, berusaha menyembunyikan kegelisahan dirinya.
Pria itu semakin mendekat, aura kepercayaan dirinya semakin jelas. "Ya, bukannya kamu kesini untuk hadiah mu, baby." katanya, suaranya rendah dan menggoda.
Vino mulai menyadari hadiah yang dimaksud oleh pria itu. "Tapi, gua ngga mau hadiah yang begini bangsat!!" Ujar Vino dengan tegas, mencoba melawan, menendang menggunakan kakinya.
Pria itu dengan mudahnya menghentikan tendangan yang diluncurkan oleh Vino. "Benarkah? Menurutku ini adalah hadiah yang bagus untuk mu saat ini, baby." Ujarnya, meletakkan jarinya pada bagian bawah Vino yang tidak terkondisikan.
"Ughh...hngh–" Desah Vino hanya dengan usapan jari milik pria tersebut.
Pria itu menyeringai, merasa puas dengan reaksi yang diberikan oleh Vino. "Lihat baby, Kamu menyukainya bukan?"
"Ini karena feromon sialan yang lu keluarin aja–ngg!" Vino mencoba melawan, tetapi suaranya tidak sekuat niatnya. Sensasi yang menggelitik membuat semakin lemah.
Pria itu tertawa lembut, tampak menikmati perlawanan yang masih tersisa dalam diri Vino. "permainan ini baru dimulai, baby."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wild Omega| ABO 🔞🔞
ActionEmmm saya nga terlalu pinter buat bikin deskripsi nya jdi klo penasaran silahkan baca (ᵔᴥᵔ) And awal mula cerita ini karna gabut aja 🗿🙏