01 | 'Keluarga'

47 29 131
                                    

Elizza yang saat itu berumur 17 tahun sedang asyik-asyiknya membaca buku di perpustakaan kerajaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elizza yang saat itu berumur 17 tahun sedang asyik-asyiknya membaca buku di perpustakaan kerajaan. Dia duduk dengan anggunnya sambil terus membuka lembaran demi lembaran buku.

Terasa langkah kaki mendekat ke arahnya, dengan insting tajamnya Elizza berdiri dan menodong orang itu menggunakan bukunya.

"H-hei, ini aku. Turunkan sedikit kewaspadaan mu di dalam kerajaan ini," pangeran Felipe, putra mahkota kerajaan Azerbazan. Usianya saat ini sudah menginjak 30 tahun

Elizza menurunkan tanganya dan menghela napas kasar. "Berhentilah menggangguku, atau aku akan melaporkan mu ke ayah."

Pangeran Felipe menarik tubuh kecil Elizza kedalam pelukannya.

"Jangan menangis jika suatu saat kau hanya sendirian di dunia ini, kau terlalu istimewa untuk semua orang," kata pangeran Felipe.

Elizza hanya menaikan satu alisnya heran. "Apa kau sedang sakit? Atau kau sedang menginginkan sesuatu dari ku?"

Pangeran Felipe melepas pelukanya, namun kedua bahunya masih memegang erat kedua bahu Elizza.

"Aku hanya mengingatkanmu," pangeran Felipe tersenyum lebar, dan berbalik badan meninggalkan Elizza yang sedang kebingungan.

"Ibu memanggil mu untuk sarapan bersama, jangan sampai kau mati kelaparan karena buku." Teriak pangeran Felipe sebelum menutup pintu perpustakaan.

Elizza hanya menghela napas, ia menaruh kembali buku yang ada ditangannya ke tempat semula. Lalu melangkah keluar perpustakaan menuju ruang makan kerajaan.

°°°

"Elizza, apa kah kau ingin keluar bersama ku sore ini?" Tanya putri Helen, Kaka kedua Elizza yang berusia 24 tahun.

Elizza melihat kedua orang tuanya yang sepertinya tidak terlalu menghiraukan mereka. Ia kembali menatap putri Helen.

"Tentu," jawabnya singkat.

"Ayah, apakah aku akan mendapatkan tugas di luar kerajaan Minggu depan?" Tanya pangeran Felipe tiba-tiba.

Raja Mahagaskar hanya mengangguk pelan menanggapi pertanyaan Felipe, dan melanjutkan makanya.

"Sepertinya kita jarang sekali berkumpul seperti ini," sahut ratu Ellevine.

Ketiganya hanya saling menatap satu sama lain, tidak ada yang ingin menjawab perkataan sang ratu.

"Aku sudah selesai makan, aku akan melanjutkan membaca buku," Elizza bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkan yang lainya.

Tak lama Helen pun bangkit menyusul langkah kaki Elizza. Dan terakhir Felipe.

"Aku juga sudah selesai, aku akan berlatih," hanya Felipe yang mau menyunggingkan seulas senyuman kepada Ratu Ellevine.

Raja Mahagaskar mengelus punggung tangan Ratu Ellevine. "Kau baik-baik saja?"

Ellevine hanya mengangguk pelan, ia segera membereskan makannya.

"Mereka masih belum bisa menerima kau menjadi ibu pengganti, bagi mereka Ratu Bilqis adalah satu-satunya ibu bagi mereka. Tapi kau jangan khawatir, suatu saat mereka akan merubah pola pikir mereka menjadi lebih dewasa."

Ellevine membalas lembut sentuhan raja Mahagaskar. "Aku mengerti, aku akan berusaha."

Raja Mahagaskar bangkit dari kursi. "Baiklah, aku ada rapat pagi ini. Jadi aku akan pergi ke pertemuan sekarang."

"Silahkan Raja," ujar sang Ratu dengan senyuman.

Raja mulai berjalan menuju aula kerajaan, didampingi para pengawal. Sementara Ratu Ellevine pergi menuju ke kamarnya.

°°°

Elizza merasa sedikit risih karena kehadiran Helen di sisinya, sejak tadi Kaka perempuannya itu terus mengikutinya dari belakang.

"Apa yang kau inginkan?" Elizza dengan cepat berbalik badan menatap datar Helen yang terkejut.

"Aku hanya ingin bermain bersama dengan adikku, apakah tidak boleh?" Helen berjalan ke arah Elizza.

Putri Helen yang terkenal pemarah dan egois menjadi sangat berbeda jika disandingkan dnegan saudara-saudaranya.

Elizza hanya bisa menghela napas kasar, dan melanjutkan langkahnya menuju taman istana. Dia duduk di bawah pohon besar, menyandarkan punggungnya di pohon.

Tentu Helen mengikuti apa yang dilakukan adiknya, ia duduk lalu bersandar di pohon. Bersebelahan dengan Elizza.

"Aku rindu ibu Bilqis," kata Helen tiba-tiba. Membuat Elizza sedikit terkejut, tapi dirinya masih tetap memasang wajah datar.

Helen menoleh ke samping, melihat Elizza yang sudah menutup matanya menikmati angin segar menerpa tubuhnya.

"Apa kau juga rindu?" Tanya Helen.

"Tentu," jawab Elizza singkat, masih setia menutup rapat matanya.

"Apa kau menyukai Ratu Ellevine?"

"Sedikit."

"Kalau membencinya?"

Perlahan sayup-sayup mata Elizza mulai terbuka, dengan mata yang dingin dan teduh ia menjawab.

"Aku tidak berniat membenci siapapun, kecuali mereka menyakiti keluargaku."

Helen mengapresiasi jawaban Elizza barusan, ia duduk menatap Elizza. Sambil tersenyum Helen berbisik.

"Jika suatu saat aku adalah orang yang menyakiti keluarga mu, apa aku akan menjadi orang yang kau benci?"

Elizza sama sekali tidak terkejut dengan pertanyaan Helen. "Tentu."

Helen tersenyum puas. "Ternyata kau memang bijak, kau memiliki prinsip tersendiri."

Mata Helen kini mulai sayu, memperlihatkan betapa sakit hatinya dia saat ini. Senyumnya perlahan memudar, wajahnya hanya menampilkan wajah datar tanpa ekspresi.

"Maaf," lirihnya sangat pelan.

To be Continued...........

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ELIZZA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang