1 - Luna

44 4 10
                                    

Kamarku, 24 September 2012

Dear....

Ternyata namanya Andrew, akhirnya setelah beberapa hari ini kucari tahu namanya, akhirnya ketemu juga! Namanya Andrew!

Lucu banget, aku sampai harus berdiam lama di ruang guru demi cari tahu namanya. Aku mengobrak abrik meja salah satu guru karena aku tahu, dia satu – satunya yang diremidi fisika hari kemaren, makanya mudah bagiku mencari namanya.

Tapi repotnya, aku tak tahu dimana daftar nilai kelasnya, yang kutemukan di buku daftar nilai hanya kelas VII – 1, VII – 2, VII – 4, tetapi tak ada VII – 3, kelasnya. Ada bekas robek pada halaman yang mestinya memuat daftar nilai VII – 3.

Pas sibuk–sibuknya nyari, salah seorang guru dateng, guru apa ya? Aah, nggak tahu! Pokoknya guru yang ngajar kelas IX datang. Lucu banget, aku jadi gelagapan disana. Guru itu nanya aku nyari apa, aku bilang aku lagi nyari hasil ulanganku yang nggak ketemu. Yaaa, bohong dikit nggak apa–apa lah, selama ini aku kan udah terlalu jujur sama guru–guru. Eh, guru itu curiga. Aku nggak pinter bohong ternyata. Terus guru itu bilang gini, "Jangan–jangan mau merobek buku juga ya, kayak Andrew kemaren. Anak–anak zaman sekarang memang kurang sopan."

Terus aku bilang gini dengan polosnya, "Andrew siapa bu?"

Terus katanya anak yang satu – satunya remidi fisika kemaren.Dia... Dia cowok itu! Namanya Herdiandra Erando panggilannya Andrew! Ibunya tau saking seringnya dia buat ulah! Yeay!!! AKU BERUNTUNG!!!

Salam manis,

Luna calon Andrew

***

Aku terkekeh pelan

Luna... Kamu nggak perlu repot – repot nyari namaku begitu.... Aku bahkan nyaris berkenalan denganmu, ehm..., aku nggak tahu tanggalnya sih... Tapi aku yakin, aku lebih dulu ingin mengetahui namamu daripada keinginanmu mengetahui namaku.

*Flashback*

"Sorry," ujarku pada gadis di depanku yang tertabrak olehku. Gadis itu mengangguk sambil buru – buru pergi. Sorot matanya yang tajam bahkan tak berusaha melihat wajahku, orang yang menabraknya. Kalau di film–film kan biasanya cewek dan cowok yang habis tabrakan kalau nggak saling pandang lama ya berantem, jadi di kedua kemungkinan itu. Nyatanya film–film itu hanya khayalan palsu, nggak berdasarkan kenyataan.

Kok aku jadi ngomongin film? Korban film!!!

Aku pun menghempaskan badanku dengan kasar di salah satu kursi panjang.

"Cewek serem disana itu siapa sih? Kok aku nggak pernah lihat?" tanyaku pada Ari yang tengah membaca bukunya. Dia hanya menoleh sebentar lalu kembali membaca bukunya. Dasar kutu buku!

Mataku mengarah pada gadis tadi yang tengah berjalan sendirian sambil menunduk. Sesekali matanya menatap tajam ke depan.

"Namanya Luna," gumam Ari membuatku menoleh. "Kamu naksir?"

Aku menatapnya tajam. "Mana mungkin! Aku hanya ingin tahu saja!"

Ari menatapku dengan pandangan datar. "Kamu ingin tahu cewek yang duduk disana?"

Aku menolehkan kepala ke arah yang ditunjuk Ari. Cewek yang menjadi idola sekolah ini kan? Ehm, aku lupa namanya. Ng, siapa ya?

"Kamu ingin tahu?"

"Nggak!" ujarku tanpa peduli. Ari tersenyum tipis lalu kembali menekuni bukunya. Aku mengangkat sebelah alisku bingung. Seandainya saja kakiku nggak keseleo, aku pasti sudah berlari meninggalkan Ari dan ikut temanku yang lain main sepak bola di lapangan. Ari bukan teman berbincang yang bagus. Dia menyebalkan.

You are my SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang