••34°°

41.9K 3.5K 152
                                    

••°°precious baby°°••
~~•••••••~~








Hari ini teman-teman Lavin berkunjung kemansion,sebenarnya Lavin sudah menolak mereka agar tidak berkunjung,namun keempatnya yang keras kepala tentu saja tidak akan mendengarkan larangan Lavin.

Saat mereka sampai langsung disuguhi dengan pemandangan yang cukup menarik,disana daddynya sedang memangku sang adik yang tidak memakai apapun kecuali singlet dan celana dalam saja.

Saat Lavin bertanya tentang apa yang terjadi,adiknya malah menjawab sesuatu yang tidak dapat mereka cerna sehingga terjadilah keterdiaman untuk beberapa saat.

"Jadi begitu celita nya.."suara si mungil membuyarkan lamunan mereka,sehingga membuat tatapan kembali tertuju ke arah si mungil.

"Kamu menggigit bibirnya?bagaimana bisa?"
Bingung Lavin yang masih kurang paham atas penjelasa dari ley "bisa!tentu saja bisa kalena lean jelek itu mamam bibil ley,telus ley gigit saja deh,hebat tidak?"

Lavin paham dan mengangguk puas,lagi pula enak saja adik bungsunya itu mencium bibir ley dengan paksa seperti itu,lihat saja nanti dia akan memberikannya perhitungan pada bocah itu.

"Baiklah,kamu hebat tapi jangan melakukan itu lagi oke"jelas Lavin dan di angguki saja oleh ley,sekarang anak itu malah menatap ke arah empat pemuda yang datang bersama abangnya.

"Siapa?emang kita kenal?" Juteknya apa lagi saat keempat pemuda itu terus-menerus menatapnya intens,sedangkan Lavin ingin rasanya tertawa mencemooh pada ke empat temannya itu,ditambah nada ketus dan ekspresi jutek yang dilayangkan sang adik,antara konyol dan lucu.

"Kok gitu ngomongnya,belum juga mereka kenalan sama kamu" ujar lavin lagi pula saat dirinya mengajak ley ke kampus,mereka juga sudah saling mengenal,mungkin ley sudah lupa pada teman-teman nya.

"Telus ley halus apa?"anak itu mulai duduk menyamping kekiri,dimana teman-teman Abang nya duduk berjejer disana.

"Owh balu pulang sekolah ya?kenapa langsung main,tidak makan dulu?ley kalau mau main halus makan dulu balu boleh main" sedangkan ke empat pemuda itu hanya diam, menikmati ocehan dan wajah dengan banyak ekspresi dari ley.

"Kamu tidak mengenali mereka?"tanya Lavin yang mendapati anggukan dari ley "kenal,muka doang kenal tapi nama tidak kenal tuh,Abang pikil ley pikun gitu?"

"Ya gak gitu juga ley,emang ada Abang nyebut ley pikun tadi?" Dengus Lavin atas ucapan sang adik,tidak salah juga kan,kalau tidak pikun kenapa muka orang ingat namanya tidak ingat.

"Sama aja,Daddy tuh udah pikun kek nya"
Leonard yang tadi diam langsung menatap ke arah ley yang menampakkan wajah tanpa bersalahnya "katanya boleh belenang,kok tidak jadi-jadi" sesal nya dengan wajah cemberut.

"Masih panas" jawab Leonard kemudian menatap ke arah keempat pemuda yang merangkap sebagai teman anaknya "kalian gimana? perusahaan di Meksiko udah di ambil apa belum?" Leonard tidak mungkin tak mengenal mereka,ke empat pemuda itu merupakan anak dari rekan bisnisnya yang juga merangkap sebagai anak dari teman-temannya.

"Untuk sekarang masih di ambil oleh bokap"jawab Gabriel,khusus untuk mereka berlima termasuk Lavin sudah diberikan tanggung jawab untuk mengurus perusahaan di Meksiko.

Semua sudah rampung,tinggal dijalani saja oleh kelima pemuda itu,namun kelimanya masih terfokus terhadap pendidikan.

"Archer kamu masih ingin perusahaan disini atau di Meksiko?"tanya Leonard ke arah archer Yang hanya diam sembari memainkan tangan mungil ley.

"Tidak keduanya kurasa" jawaban seadanya "why?jangan sampai gerald datang keperusahaan ku untuk mengatakan untuk mengatakan ini terus-menerus" sungut Leonard,apa lagi mengingat Gerald ayahnya archer datang ke kantornya sambil marah-marah agar dia mau menasehati archer untuk mau mau mengambil alih perusahaan besar di Meksiko.

precious baby (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang