me

18 1 0
                                    

Kebanyakan orang beranggapan bahwa hari senin adalah hari menyebalkan, karena mereka memulai kembali harinya setelah beristirahat sebentar dari rutinitasnya. Begitu juga dengan pemuda jangkun dengan kalung resin dilehernya yang masih duduk santai dengan menggunakan air podsnya.
Sampai seseorang tiba-tiba membuatnya terkejut karna sebelah air podsnya dilepas sedikit kasar.

"Jam berapa?, enak banget nyantainya"

Dia menunjukan senyumnya saat melihat pria didepanya menodongkan pods miliknya tepat didepan matanya.

"Tenang om. Liat nih, cavi dah rapikan, yok berangkat yok hehe"

Cavi berdiri dengan mengendap berniat mengambil tas dimeja tepat disampingnya. Namun om tae lebih dulu mendaratkan senjata andalanya yaitu mencubit pinggang caviar.

"Omm ampun om, ishhh..."

"Baju masih dikeluarin, dasi juga belum dipake, siap darimananya hah!"

"Ahhhh" rintihnya sampai om tae melepas cubitanya setelah itu.

"Kan caviar bilang. Om tenang dulu, itu dasi cavi ditas sama sabuknya. Malah keburu diginiin" Sangkalnya dengan mengelus bekas cubitan om tae dipinggangnya.

Tae melirik kearah meja yang terdapat tas cavi. Mengambil tas itu dan membukanya, mengambil sabuk yang langsung diberikan kepada cavi, menyuruhnya memakainya tepat didepan matanya.

Disela cavi memasukan sabuknya, om tae juga mengambil dasi lalu memakaikanya langsung pada cavi. Wajahnya datar, namun perhatinya kentara. Mata cavi juga mulai berbinar, seakan mengingat kilas balik yang pernah dia rasakan sebelumnya.

"Cavi udah kelas 11 SMA om, udah bukan anak SD"

"Om juga gak pikun" Cavi menyeringai singkat setelah selesai memakai sabuknya.

"Cavi udah bisa pake dasi sendiri om"

Dia menghela nafas setelah menyelesaikan dasi cavi. Menatap anak itu datar.

"Justru karna kamu udah ngrasa bisa, harusnya kamu bisa handle sendiri. Ini malah mau telat segala"

"Iyee dah. Udah biasa telat juga."

"Inget, sekarang sekolahmu itu beda sama pas kelas 10 dulu. Jadi, kamu juga harus bisa bedain sikonnya."

Mata cavi meredup. Ucapan tae seakan membius alam bawah sadarnya akan sebuah kejadian menyakitkan yang beberapa minggu lalu mengganggunya. Lalu tanpa kata dia mengambil tas dan jaket levis hitam didekatnya dan berjalan meninggalkan tae.

"Lagian Kan papah yang mau ini"

"Cavi-"

"Berangkat dulu om. Assalamu'alaikum"

"Wa..wa'alaikumsalam."

Kali ini hanya suara pintu kamar yang membuat tae teringat kembali akan kejadian beberapa minggu lalu yang ia dengar lewat seseorang. Seseorang yang bukan bagian keluarganya, namun selalu mendengar keributan didalam ketenangan.

***

3 minggu sebelumnya.

Sebuah ruangan ber ac dengan kehampaanya mewarnai mata seorang pria berumur 45 tahun dengan jenggot tipisnya. Dia menatap pemuda didepanya dengan serius, karna sebuah buku laporan penilaian yang ada ditanganya sekarang.

"Sebenernya kamu niat sekolah nggak sih?"

"Nilaiku baguskan?, gak liat?" jawabnya datar.

"Nilai bagus, tapi alpa hampir 15 kali. Bahkan SP keluar 1 kali karna kamu ikut tawuran. Buat apa hah!?"

Dia melempar rapor itu tepat diatas meja didepan mereka. Salah satu asisten rumah tangga yang mendengarnya bahkan sampai menjatuhkan nampan ditanganya karna terkejut diruang dapur tepat disebelah ruang tamu itu.

I'M JAANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang