1. Hantu Sebelah

244 43 3
                                    

"Dunia ini bakal sepi kalau nggak ada yang berisik atau ngusik karena syirik."

- Ghost -

Nama gue Gen, lengkapnya Genderuwo. Tinggi badan rata-rata hampir 190 cm, tapi bisa mengecil atau membesar sesuai keadaan. Jenis kelamin tidak ada. Gue bisa berubah jadi perempuan atau lelaki tergantung keinginan.

Walau kebanyakan manusia menganggap gue punya banyak rambut dan wajah mengerikan, nyatanya gue bisa jadi cantik atau tampan banget sesuai keinginan manusia yang lihat.

Jujur, gue nggak pernah nemu orang yang bisa ngeliat gue selama ini. Kalau pun ada, kebanyakan hanya bisa tahu keberadaan gue atau samar-samar aja. Lagipula gue udah terlalu nyaman di sini, nggak ada keinginan buat pemilik rumah ini kabur.

Hantu penghuni rumah akan jadi gelandangan kalau rumah tempat tinggalnya dibongkar, rusak atau dibakar.

Jika nggak bisa menemukan tempat baru, bakal balik ke habitat asal, jadi pekerja rodi atau jadi gembel yang nggak diterima di dunia manusia atau dunia hantu. Sad banget.

Di rumah ini, sebagai penghuni paling lama dan dianggap kuat, gue bisa dibilang sebagai kepala keluarga. Gue bertugas mengatur kesejahteraan dan kedamaian para hantu di rumah ini. Sayangnya, itu cuma di atas kertas aja. Malas banget. Selayaknya manusia yang bisa berinteraksi dengan para tetangganya, kami, para hantu, juga melakukan interaksi sosial dengan tetangga sebelah.

Di deket rumah Asep ini, ada rumah tingkat, dua lantai juga, yang dihuni oleh empat makhluk halus. Salah satunya Kunti. Kunti ini penampilannya secara umum sama kaya trio kunti di rumah ini, bedanya, dia hampir nggak pernah keluar rumah. Tempat favoritnya adalah di kamar depan lantai atas, deket balkon. Penghuninya cowok dewasa muda berumur 20 tahunan.

Kunti yang suka halu jadi selebriti ini, suka banget dandan. Meskipun gue nggak yakin dia makin cantik, kepercayaan dirinya bisa dibilang setara dengan tower ponsel.
Kunti itu sering banget dijadikan bahan ghibah. Selain dia jarang keluar buat ngumpul, keberaniannya buat jatuh cinta sama manusia bisa dibilang nggak tahu diri.

Para hantu memiliki aturan nggak tertulis. Dilarang jatuh cinta sama manusia, terutama penghuni tempat tinggal hantu tersebut. Untungnya, gue menetap di kamar anak SMA yang penakut dan nggak ngebuat gue ngefans. Hidup ratusan tahun ngebuat gue sadar kalau cinta beda dunia itu cuma nyakitin diri sendiri doang.

Well, yang sesama manusia aja kadang cintanya tertolak. Ups.

Selain Kunti, di rumah sebelah juga ada Kukuy, jenis kuyang. Terdiri dari kepala dan organ dalam doang. Walau begitu, kadang bisa pamer badan utuh tiap malam Jum'at Kliwon.
Kukuy rajin ngeronda. Suka terbang keliling desa. Walau gitu, dia nggak pernah ganggu manusia. Dia nggak kayak gosip yang beredar. Dia hanya makan kembang bukan daging manusia.

Kembang kesukaan Kukuy adalah kembang bunga sepatu atau Kamboja. Dia suka nongkrong di dua kembang itu sampe berjam-jam kalau lagi lapar.
Hantu sebelah rumah banyak jenisnya. Mulai dari Pocong, Kuntilanak, Wewe gombel, Jurig dan lain sebagainya.

Para hantu yang terlihat manusia bisa kelihatan utuh seperti bentuk aslinya atau nggak, tergantung dari manusianya. Apakah dia berdarah manis, memiliki kemampuan indera keenam atau sedang dalam keadaan kosong.

Itu sebabnya, kadang kami terlihat sebagai hantu nenek, hantu bayi atau hantu pria/ wanita. Bahkan ada yang cuma kaki atau tangan doang.

"Gen, lo ikut nggak?"

Gue yang sedang sibuk rebahan langsung bangun saat Poci nyamperin ke pintu kamar tempat gue berada.

"Mau ke mana?"

"Katanya ada yang ngasih sesajen di pohon sawo depan gang," jawab Poci ngasih info.

"Males, ah. Sesajennya dikit. Pasti bakal langsung disikat habis sama hantu lain." Gue nolak halus. "Lagian bukannya di pohon sawo gede itu ada mbak Wewe?"

"Mbak Wewe lagi nggak ada."

"Ke mana?" tanya gue kepo.

"Kemarin dia ngikutin manusia yang sengaja kencing di sana."

"Nggak balik emangnya?"

"Kagak. Kayaknya dia ketahuan sama Gugun. Jadinya dia nggak punya kemampuan buat balik ke tempat asal."

"Lagian dia suka emosi, sih. Nggak usah diikuti, cuma ditakutin doang kan bisa."

"Salah manusia juga, ngapain kencing sembarangan?" Poci kesel.

"Mungkin kebelet."

"Kagak, menurut info dari si Jurig, hantu tempat pembuangan sampah. Manusia itu sengaja begitu."

"Jadi maksud lo, dia sengaja ngusik dimensi kita gitu?"
Poci ngangguk.

"Jadi mbak Wewe stuck di badan manusia itu dan nggak bisa balik?" tanya gue narik kesimpulan.

Poci mengangguk mengiyakan.

"Ya, salah dua-duanya. Satunya ngusik, satunya nggak bisa nahan emosi."

"Lo nggak bakal bantuin mbak Wewe?"

"Kita bisa apa? Jin selevel Gugun aja nggak bisa ngapa-ngapain. Harus lapor sama Jin tingkat menengah atau tinggi kan biar bisa balik?"

"Tapi, bukannya serem banget kalau Jin selevel itu ke dunia manusia?"

Gue juga langsung merinding.

"Bener, sih. Mereka baru mau masuk aja, dimensi kita udah kayak gempa. Serem banget. Mana mereka besar banget kan?" Gue langsung bergidik.

Jin level menengah atau tinggi, besar banget. Bisa seratus kali lipat dari gue tingginya. Itu masih tinggi, belum soal adu kekuatan.

Gue kadang ngakak kalau ada manusia yang ngaku bisa masukin jin ke dalam botol. Lawak banget.

Sekali pun sama-sama Jin. Gugun ini level rendah. Dia kekuatannya jauh lebih lemah dibanding jin level lainnya. Lagipula kekuatan mereka emang sengaja disegel dan hanya bisa dibuka oleh ketua para Jin.

Ada aturan hantu level rendah sampai menengah di larang ganggu manusia atau menunjukkan diri apa pun alasannya. Sebab, kami nggak punya kemampuan untuk balik ke tempat asal sekalinya nempel atau ikut manusia.

Selain bisa membahayakan diri sendiri, seperti parasit, semakin lama terjebak, kami juga akan menyerap energi kehidupan si inang sampai bisa menyebabkan kematian manusianya.

Kalau sudah begitu, hantu yang menyebabkan manusia mati akan kembali ke neraka, kerja rodi di sana sampai kiamat tiba. Bayangin aja gue udah ogah. Pengen di dunia manusia saja, leye-leye tanpa ngelakuin apa pun yang merepotkan. Gue cuma pengen kayak gitu. Jadi, jangan usik para hantu.

Ada banyak hantu yang kesabarannya setipis tisu, mudah sobek.
Kalau udah gitu, dua-duanya, baik manusia atau hantu, sama-sama rugi. Karena perdamaian lebih indah, hidup damai aja, deh. Peace. Jangan baperan!


HANTU JULIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang