Naruto terpaku. Amarah memuncak diseluruh sel tubuhnya. Ia sangat mengetahui perasaan Sakura, bagaimana Sakura selalu menangis untuk Sasuke. Bagaimana besarnya pengorbanan Sakura hanya untuk Sasuke. Naruto bangkit dari kursinya dengan kasar. Dengan cepat melayangkan tinjunya kewajah tampan sahabatnya. Sakura terkesiap.
"JANGAN PERNAH BERKATA SEPERTI ITU PADA SAKURA-CHAN! KAU TAK TAHU SELAMA BERTAHUN-TAHUN DIA TELAH TERSAKITI OLEHMU HAH??!!" Naruto berteriak dihadapan Sasuke. Sasuke tak bergeming. Datar, dingin, menatap mata Naruto.
"Naruto!! HENTIKAN!! Aku tak apa, sungguh, aku tak apa!!!!" Sakura menahan tangan Naruto yang akan melayang lagi. Air matanya tumpah detik itu.
"Kumohon, jangan berkelahi karena hal ini. Ini sangat bodoh," Sakura berkata parau. Isakannya terdengar sangat memilukan.
"Tapi, Sakura-chan. Kau..." Naruto menurunkan tangannya. Memandang sahabatnya sedih. Tak tahu harus berkata apa.
"Sungguh, ini bukan salah Sasuke-kun. Manusia tidak dapat memaksakan hati orang lain. Aku mengerti itu, kuharap kau juga mengerti, Naruto. Dan..." Sakura menatap lurus mata Naruto, memberikannya tatapan kau-harus-tenang-ini-adalah-masalahku. Kemudian beralih menatap Sasuke.
"Aku juga tidak bisa memaksakan hatiku untuk melupakan begitu saja. Kau tahu, aku selalu berusaha, untuk melupakanmu. Membencimu. Tapi aku tak bisa, aku tak tahu kenapa. Jadi, biarkan saja aku. Tak usah memperingatkanku seperti tadi. Aku tidak akan mengganggumu, Sasuke." Kata-kata itu meluncur penuh emosi. Dan dengan tatapan nanar. Sasuke terpaku. Sepersekian detik, penyesalan menyelingkupi hatinya. Detik berikutnya, tatapannya kembali datar. Sepertinya, kelebihan seorang Uchiha selain sharingan adalah menyembunyikan perasaan dan tetap menjadi dingin. Yeah, you know what I mean, right?
Naruto menatap kedua sahabatnya. Terpukul dengan kejadian ini. Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Sasuke. Jika tak menyukai Sakura, tak usah menyakitinya dengan berkata seperti itu, bukan? Tapi, Naruto tahu dengan pasti sebenarnya Sasuke menyayangi Sakura. Sasuke hanya tak pernah tahu cara mengungkapkannya. Sasuke hanya terlalu lama dalam kegelapan. Namun tetap saja, Naruto tidak rela melihat hati Sakura disakiti seperti itu.
"Sebaiknya aku pulang, ini sudah larut. Kalian harus istirahat, bukankah kalian lelah setelah misi tadi?" Sakura menghapus air matanya dan tersenyum kepada Naruto dan Sasuke.
"Lupakan saja yang terjadi tadi itu, benar-benar kejadian tidak penting! Ayo!" Sakura meletakkan beberapa logam uang diatas meja dan menarik tangan kedua sahabatnya, membawa mereka pergi. Membawa perasaannya yang hancur pergi dan menutupinya dengan senyum palsu.
----
Sasuke melangkahkan kaki panjangnya di jalan kompleks perumahan Uchiha. Sepi. Hanya terdengar sayup-sayup bunyi angin. Rumah-rumah kosong disana tampak gelap, tak berpenghuni. Dinding-dinding kompleks perumahan yang dihiasi logo klan Uchiha-gambar kipas merah-seperti kotor tak terurus. Sasuke masuk ke sebuah rumah. Ia menggelar futon-kasur masyarakat Jepang-nya dan menghempaskan tubuh sempurna Sasuke pada futon tersebut. Salah satu lengannya menutupi kedua matanya.
Kenapa kau berkata seperti itu?! Kau. Benar. Benar. Brengsek, Sasuke!
Sasuke mencekram rambutnya frustasi. Pikirannya benar-benar hancur saat ini. Tak biasanya ia menjadi tak terkendali seperti ini. Ia teringat kembali, senyum Sakura. Air mata sakura. Dan tatapan Sakura, di waktu yang bersamaan. Tak bisa disangkalnya, bahwa perasaan itu tumbuh dihatinya. Ia tak bisa membohongi dirinya, bahwa ia juga menginginkan gadis itu. Dulu, ia menganggap bahwa Sakura hanyalah penghalang untuk membuatnya menjadi kuat. Selalu mengusik ketenangannya. Sama saja dengan gadis-gadis berisik di akademi. Perlahan-lahan ia melihat Sakura saat mereka menjadi rekan satu tim. Tim 7. Bagaimana Sakura dengan riang selalu menyapanya. Bagaimana Sakura selalu percaya padanya saat ujian chunnin. Bagaimana Sakura bisa menenangkannya saat segel Orochimaru mulai membuatnya menderita. Dan bagaimana tekadnya untuk melindungi Sasuke dan melindungi teman-temannya saat memotong rambut kebanggaannya hanya demi menyelamatkan mereka. Kemudian, tepat 9 tahun lalu, Sakura menangis dibelakangnya, memohonnya untuk tidak pergi. Sakura lah, orang terakhir yang bicara dengannya, yang mencoba melindunginya, sebelum ia masuk dalam kegelapan. Rasa itu, tumbuh saat itu. Namun, tertutup rapat dalam-dalam, tertimbun dendam-dendam bodohnya.
Apa yang harus aku lakukan? Sakura...
Keegoisan dan harga dirinya sebagai seorang Uchiha-lah yang mungkin membuatnya berkata seperti itu. Atau, itu adalah hukuman untuknya, karena pengkhianatannya selama ini.
Dimana lagi kau bisa mendapatkan gadis yang tulus mencintai dan menunggumu selama 9 tahun dengan segala perlakuanmu itu, Uchiha Sasuke? Kau sangat memprihatinkan...
Sasuke bangkit dari posisi tidurnya. Ia membuka shoji-pintu geser- dan masuk ke dalam sebuah ruangan yang gelap. Ia menuju sebuah meja panjang di sudut ruangan. Disana terdapat kotak kayu besar dengan lambang Uchiha di bagian penutupnya. Sasuke membukanya. Jarinya menelusuri sebuah pigura. Di dalamnya terdapat sebuah poto. Poto keluarga. Ayah Sasuke-Uchiha Fugaku- berdiri tegap dengan mata tajam dan tanpa senyum, disebelahnya seorang wanita paruh baya, ibu Sasuke -Uchiha Mikoto- tersenyum lembut memegang pundak Sasuke kecil. Dan disebelah Sasuke, berdiri kakaknya yang sempurna-Uchiha Itachi-tersenyum tipis dengan wajah datar.
Kaa-san, Tou-san, Nii-san. Apa yang harus aku lakukan?
BLISSSH
Tiba-tiba, mata onyx Sasuke berubah. Berubah menjadi semerah darah, dan membentuk tiga tomoe melingkar. Tanpa kehendaknya, sharingan Sasuke aktif. Dan sepersekian detik berikutnya kotak panjang tersebut mengeluarkan sinar biru dan menyedot masuk Sasuke.
Klek!
Kotak itu tertutup rapat. Ruangan tersebut kosong, tanpa ada orang. Tanpa ada cahaya.
-----
"Itachi!! Jangan berlari seperti itu! Kaa-san bisa mengamuk kalau kau terluka lagi!" Sayup-sayup Sasuke bisa mendengar suara seorang anak perempuan yang semakin lama semakin mendekat.
Tadi dia memanggil nama siapa?
Itachi?
Eh?
"Nee-chan! Cepat kesini! Ada seseorang yang terluka! Cepatlah!" Suara yang lain lagi. Seorang bocah laki-laki kali ini. Sasuke segera membuka matanya. Dan mendapati pemandangan tak asing. Ini seperti rumahnya di kompleks perumahan Uchiha. Di bagian taman belakang rumah. Ia terbaring di tanah.
"Eh? Tou-san?" Sasuke mendapati seorang anak laki-laki yang tengah memandangnya heran. Anak itu, mungkin berumur sekitar 7 tahun. Memiliki rambut hitam kelam, agak mencuat ke belakang, dan matanya. Matanya berwarna hijau cemerlang, bagaikan emerald. Tiba-tiba suara lain terdengar dibelakangnya, berasal dari seorang anak perempuan yang berumur sekitar 15 tahun. Keduanya memiliki wajah yang mirip dan rambut berwarna sama. Namun, anak perempuan ini memiliki mata yang persis seperti mata Sasuke. Onyx, hitam sekelam malam.
"Kok Tou-san ada di rumah? Bukankah seharusnya sedang ke Iwa bersama Kaa-san untuk misi? Dimana Kaa-san?" Anak itu bertanya padanya. Matanya tertuju pada bahu kanan Sasuke yang terlihat agak membengkak.
"Ah, Tou-san terluka!" Anak itu segera mendekati Sasuke dan menaruh tangannya pada bahu kiri Sasuke. Pendar kehijauan muncul di kedua telapak tangannya, menandakan transfer chakra yang sedang terjadi. Seperti yang biasa dilakukan seorang ninja medis saat mengobati shinobi yang terluka. Sasuke menatap keduanya. Bingung.
Tou-san? Kenapa bocah ini memanggilnya ayah? Apa yang terjadi?
"Siapa hokage saat ini?" Sasuke membuka suaranya. Tatapannya datar pada anak laki-laki yang ada di hadapannya.
"Eh?" kedua anak itu saling menatap satu sama lain. Anak perempuan itu berhenti melakukan transfer chakra dan duduk bersila di depan Sasuke. Begitu pula anak laki-laki lainnya.
"Hokage saat ini, Naruto jii-san. Kenapa Tou-san bertanya seperti itu?"
"Nee-chan, aku rasa dia bukan Tou-san. Dia hanya mirip Tou-san. Sebenarnya kau siapa?" anak laki-laki itu bertanya pada Sasuke. Tatapannya tajam, tidak ada ketakutan.
"Siapa nama Tou-san yang kalian bicarakan ini?" Sasuke tidak menjawab pertanyaan anak itu. Menatap balik mata emerald sang anak.
Anak ini punya nyali yang hebat juga
"Tou-san kami adalah pemimpin pasukan ANBU Konoha. Uchiha Sasuke," Anak perempuan itu berkata. Tatapannya sama dengan anak laki-laki disebelahnya. Menusuk. Khas Uchiha.
"Aku adalah Uchiha Sasuke,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi o Matteiru, Sasuke-kun
FanfictionSetiap kejadian memiliki maksud di dalamnya. Berhenti menyalahkan keadaan, dan tataplah masa depan. Tidak ada cinta yang tidak melukai. Kau hanya harus menyembuhkan luka dengan cinta itu sendiri. Sebuah cerita cinta. Cinta Sakura, untuk Sasuke. Dis...