.
.
.
Ice tengah memperhatikan lantai dasar, malam ini para pengunjung tengah berdansa dengan panasnya. Ia kembali meminum tequillanya dengan perlahan sembari membayangkan apa yang sebaiknya ia lakukan malam ini. Pulang ke rumah dan menunggu Hiroto untuk datang atau tinggal di vila milik Mighty Warriors dan membuat musik baru untuk album baru mereka.
Seseorang datang dan bersandar di dekat Ice. Ice meliriknya sekilas dan tersenyum tipis. "Tumben sekali kau mau minum-minum di lantai VIP, Sarah." Ucapnya pada satu-satunya anggota wanita di Mighty Warriors."Tidak ada salahnya." Sarah kemudian melirik gerombolan laki-laki yang berkumpul di bar sambil melihat ke arah Sarah dengan penuh harap. Sarah mau tidak mau membuang muka dari para laki-laki yang membuatnya bosan itu. Para laki-laki lemah yang sok bergaya macho. Ia kembali memunggungi mereka sembari menegak minumannya dengan kesal,
Ice menyadarinya dan mengambil botol minuman di meja kemudian menuangkannya di gelas kosong milik Sarah. "Bermainlah dengan Bernie." saran Ice kemudian.
Mendengar nama Bernie membuat Sarah terkekeh pelan. "Anak itu tidak akan kuat berkelahi jika setiap malam aku membuatnya menangis dan berteriak minta maaf."
"Ouch, Mommy~" Ice terkekeh geli.
Sarah ikut tersenyum dan kemudian berbalik untuk ikut melihat ke arah lantai 1. Ia kembali menyesap minuman pahit dari gelasnya. "Bosan sekali." Gumamnya kemudian.
"Bratt not hard to find right? You better entertaint yourself Sarah." Ice kemudian menunjuk ke arah stage dekat DJ dan menemukan beberapa remaja tengah berusaha menggoda para sexy dancer mereka.
"Yeah, but a bratt with dumb-ass brain like Bernie pretty rare to catch." Sarah menghela napas frustasi. Ia kemudian melihat sesuatu yang nampak asing di bawah sana. Sarah kemudian tertawa pelan saat menyadari apa yang ia lihat. "Look there Daddy, Someone's baby looks so upset and so ready to murder someone at our club."
Ice melihat ke arah Sarah dengan tidak mengerti sampai akhirnya Sarah menunjuk ke arah bawah dengan anggukan dagunya. Ice melihat ke bawah dan betapa terkejutnya dirinya melihat Hiroto menatap nyalang ke arahnya dengan tatapan gelap dan rahang yang terkatup rapat. Sial. Dia pasti cemburu melihat dirinya dengan Sarah.
-
Hiroto melihat Ice yang berjalan santai menuruni tangga dan menghampirinya. Napasnya berat namun ia tidak ingin hilang kendali. Ia mencoba sabar menghadapi Ice dan rumor kencannya dengan Sarah. Tapi tetap saja Ia kesal. Begitu kesal sampai ia perlu datang ke daerah pelabuhan dan harus menghajar wajah kekasihnya agar dirinya puas.
"Dasar Bajingan!" Serbu Hiroto begitu Ice sampai di hadapannya. "Apa alasan kau ada kerjaan itu untuk bermesraan dengan Sarah?" geramnya. Ia tidak peduli jika orang-orang disekitarnya mendengar. Ia tidak peduli. Ia hanya ingin menghajar Ice.
Ice menghendikkan bahunya pelan. "Aku sudah mengatakan jika Sarah hanya aku anggap sebagai adik. Jadi apapun yang kau ketahui tidak akan menjadi alasan untuk pertengkaran kita malam ini."
"Bahkan saat kalian memiliki foto yang kemungkinan akan menjadi foto pre-wedding kalian?" tanya Hiroto.
"Apa aku belum bilang jika Jesse punya bisnis pakaian? Jika aku lupa maka aku minta maaf. Aku dan Sarah hanyalah model, untuk entah foto apapun yang kau lihat. Kami berdua tidak ada niatan untuk menikah." Jawab Ice dengan tersenyum tanpa dosa.
Hiroto mengangguk pelan namun tangan kanannya melayangkan tinjuan mencoba menargetkan pipi kanan Ice. Ice lebih cepat dan menahan tangan Hiroto. Hiroto menarik tangannya dan mencoba menyerang bagian rusuk Ice namun kekasihnya dengan cepat menghindar. Ice tidak mencoba membalas pukulannya dan itu membuat Hiroto semakin kesal.
Ice menyambar jaket kulit Hiroto dan menariknya untuk lebih dekat ke arahnya. "Darling, meskipun wajahmu sangat imut ketika cemburu, namun kau juga sangat berbahaya jika sedang kesal."
Hiroto menatap Ice dengan nyalang dan tangannya ikut meremas kemeja kekasihnya. "Oh.. apakah Sarah tidak berbahaya jika sedang kesal? Maaf jika aku bukan dia." sinis Hiroto.
Ice tertawa pelan dan melepaskan tangan kirinya dari jaket Hiroto dan langsung menangkap tengkuk Hiroto. Sial. Hiroto benar-benar manis. "Aku hanya menyukaimu. Percayalah." Usai mengucapkan itu, Ice menarik tengkuk Hiroto untuk lebih dekat dan memberikan satu kecupan singkat di bibir Hiroto.
-
Jesse dan Pho sedari tadi berdiri di balkon VIP untuk mengawasi Ice dan Hiroto. Mereka mengkhawatirkan kemungkinan adanya perkelahian antara Ice dan Hiroto namun juga tidak menyangka jika tiba-tiba Ice merasa perlu untuk mencium Hiroto di depan umum.
Hiroto nampak terkejut dan membalas Ice dengan memberikan satu tinjuan telak di wajah Ice namun setelah itu Hiroto menakup wajah Ice dan memberikan satu ciuman lagi sebelum akhirnya Ice membawa Hiroto ke dalam kamar private.
"Baiklah," Jesse berbalik untuk melihat ke arah teman-temannya yang duduk diam di sofa. "Siapa yang membuat drama kecil untuk Ice dan kekasihnya?" Tanya Jesse yang melihat ke arah mereka dengan tersenyum kecil.
"Dude, we dont know what shit that makes Amamiya's boy got mad." Pearl mengangkat kedua tangannya, menyerah. Nine di sampingnya ikut mengangguk setuju.
"Okay. I believe it." Jesse mengangguk pasti. Ia kemudian melihat ke arah Bernie yang duduk dengan Sarah. Anak laki-laki itu duduk di atas karpet, bersandar di kaki Sarah selayaknya anak anjing. Satu lagi pasangan ekstrim. "How about you bratt?" Tanya Jesse pada Bernie.
Bernie melihat ke arah Jesse sambil menggeleng pelan. "Tidak. Mana mungkin aku mengganggu Ice dan pacarnya yang menyeramkan." Bernie mengerucutkan bibirnya.
Sarah tertawa pelan dan mengusap rambut Bernie dengan lembut. "Good boy, never telling lies." Puji Sarah.
Jesse memutar bola matanya malas. Sial. Sepertinya mereka perlu membuat ruang vip lain khusus untuk yang sudah berpasangan.
-
-
-
-
-
tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret; [Ice x Hiroto]
FanfictionHiroto Amamiya memiliki rahasia, oh jelas, siapa yang tidak punya rahasia. Hanya saja, kenapa Masaki Amamiya harus terjebak di dalam rahasia ini? [bottom! Hiroto] [top! Ice]