Sudah beberapa hari ini Faeza tidak masuk ke sekolah karena sakit. Dia mengalami demam tinggi serta pusing, Gabriel juga tidak masuk sekolah dalam beberapa hari ini karena sibuk merawat Faeza.
"Dimakan dulu za buburnya" ucap Gabriel dengan suara yang lembut sambil mengusap kepala Faeza
"Gak nafsu makan briiii" Faeza sangat tidak ingin makan kali ini. Dia memang sangat menyukai bubur namun sekarang dia sangat membenci bubur.
"Ayolah zaa, nanti beli mainan deh." Hanya mainan saja yang bisa membuat Faeza menuruti perintah Gabriel
Faeza berpikir, seperti mempertimbangkan bujukan Gabriel. Dan setelah 2 menit berpikir akhirnya dia menganggukkan kepalanya
"Boleh deh. Hehe" ucap Faeza yang sekarang terlihat segar padahal tadi dia sangat amat lemas.
꓃
Gabriel yang sedang berbaring di ruang tamu sambil memainkan handphonenya. Setelah Faeza makan dan minum obat, dia tertidur dengan pulas di kamarnya sedangkan Gabriel yang ingin istirahat dengan nyaman tidak mungkin di samping Faeza karena kasurnya kecil. Tiba-tiba dia mendapatkan telepon dari ibunya.
"Halo ma?" Panggil Gabriel dari handphonenya
PRANG!!
Suara pecahan kaca dari pihak ibunya membuat Gabriel sangat terkejut. Dia tau kalau ibunya tidak sengaja menelfonnya. Gabriel sangat bingung, dia harus tetap menjaga Faeza atau mengatasi permasalahan ibu dan ayahnya, Gabriel hanya diam sambil memikirkan kemana dia akan pergi. Akhirnya Gabriel memutuskan telpon itu dan menelpon temannya Faeza.
"Jagain Faeza dong cok" ucap Gabriel dengan nada sedikit panik. Faric yang tidak tau apa-apa hanya menjawab 'iya'
Faric menuju rumah Faeza dengan membawa bubur dan capcay. Disaat itu juga Gabriel mengambil jaket Jeansnya dan kunci motornya. Dia sangat ngebut saat ingin menuju ke rumahnya, kalau saat itu dia sedang balapan bersama Melviano mungkin dia akan menang dengan cepat.
꓃
Gabriel sudah sampai dirumahnya dengan selamat namun dengan mata yang bengkak karena menangis saat menuju ke rumahnya. Dia langsung membuka pintu rumah dengan kasar dan melihat ibunya tergeletak tak sadarkan diri.
"M-mama?" Gabriel sangat terkejut dengan hal itu dia langsung kearah ibunya dan memeluknya. Dia tidak melihat keberadaan ayahnya. Dia sedikit khawatir dengan ibunya, dan akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi Melviano
"Melv, jagain mama gue ya?" Ucap Gabriel dengan nada yang sedih, dia sangat khawatir dengan keadaan ibunya, 90% oksigen dalam dirinya berasal dari ibunya.
"I-iya gue bakal jagain mama lo" Balas Melviano yang bingung kenapa dia disuruh untuk menjaga ibu Gabriel, namun karena dia mengerti keadaan keluarga Gabriel makanya dia mengiyakan keinginan Gabriel.
Setelah Melviano setuju, dia membaringkan tubuh ibunya di sofa dengan perlahan lahan. Dia menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya di kasur dan mengambil rokok serta korek api, dia membakar ujung rokok dan menghisapnya. Dia mengambil cutter yang ada di atas meja belajarnya, dan mengarahkan cutter itu ke pergelangan tangan dan menyayatnya. Sedikit darah keluar dari goresan itu, sensasi tenang yang didapatkan namun ada sedikit sensasi perih.
"Fuck" Gabriel mengumpat dengan air mata yang sudah mengucur dari matanya. Dia lelah dengan keadaan keluarganya yang hancur lebur hanya karena keegoisan dari bajingan ayahnya.
꓃
Faeza merasa bahwa dia tidak dijaga oleh Gabriel melainkan dijaga oleh sahabatnya Faric.
"Ric, Briel mana? Kok gak selesai masalahnya?" Tanya Faeza yang sudah memasang wajah khawatir
"Lah? Gue cuman disuruh jagain lo doang njir" jawab Faric. Ya dia memang disuruh untuk menjaga Faeza, dia tidak tau soal masalah hidupnya Gabriel.
"Firasat gue buruk.."
Ꮚ Rain Ꮚ
Note: jangan fokus ngebaca donggg, tolong vote juga yaw 🤍 nanti dapat pelukan dari Faeza