Matahari siang hari ini sangat terik, belum lagi cuaca panas sekali namun hal itu tak menyurutkan semangat Junkyu untuk berkunjung ke rumah tetangga baru karena telah dijanjikan oleh-oleh dari bunda Jisoo. Jarak rumah mereka hanya berbeda satu blok saja, Junkyu di blok E sementara tetangga barunya di blok F.
Junkyu mengetuk pintu sambil melontarkan kata sapaan 'permisi' sebagai bentuk sopan santun ketika ingin bertamu. Beberapa menit kemudian pintu terbuka, menampakan seorang pemuda dengan postur tubuh yang lebih tinggi dari Junkyu. Wajah pemuda itu masih terlihat mengantuk, sepertinya ia baru bangun tidur.
"Selamat siang kak. Maaf ganggu waktunya, kenalin nama aku Junkyu tetangga kakak di blok E. Aku mau anter kue ini buat kakak"
Pemuda yang diketahui bernama Haruto langsung tersadar penuh saat mengetahui kehadiran seseorang yang terlihat lucu dengan piyama koala di rumahnya.
"S-siang, oh terima kasih ya"
Sial, Haruto malah terlihat gugup didepan Junkyu.
"Nama kakak siapa?"
"Haruto"
"Haruto? Kayak nama orang Jepang"
Haruto mengusap tengkuk sebelum kembali berbicara, "Iya asli Jepang tapi udah tinggal lama disini"
Junkyu sontak melebarkan mata tak percaya. Tebakan asalnya ternyata sebuah kebenaran.
"Wah aku suka banget kesana kalo lagi musim dingin"
"Aku juga suka kamu"
"Eh apa kak?"
-
Haruto masih merutuki diri karena ucapan asal yang tadi sempat terlontar. Bahkan dengan beraninya ia mengajak Junkyu untuk melanjutkan obrolan di dalam rumah dengan dalih akan menceritakan bagaimana kehidupannya selama di Jepang. Lalu Junkyu mengiyakan karena ia memang sangat menyukai negara itu.
"Ohh jadi nama kakak terinspirasi dari anime Naruto?"
"Iya dulu pas hamil mama ngidam nonton Naruto, akhirnya kepikiran mau punya anak namanya Naruto tapi karena papa kurang setuju jadinya diganti Haruto"
"Lucu banget" Junkyu terkikik membayangkannya.
"Junkyu"
"Iya kak?"
"Berapa umur kamu?"
"19 tahun kak"
Haruto mengangguk. Ternyata hanya berbeda 2 tahun usia Junkyu dengan ia yang berusia 21 tahun.
"Kalo kakak?"
"21 tahun"
"Wah aku kira 30 tahun"
Haruto hanya menunjukan senyum kecut saat mendengarnya. Setua itu kah ia terlihat?
-
Sore hari menjelang malam, langit mendung. Bukan hanya mendung, hujan sudah mulai berlomba turun. Junkyu yang terlalu asyik berbincang dengan Haruto sampai lupa waktu. Akhirnya baru menyadari jika hari sudah semakin sore. Sayangnya ia belum bisa pulang karena terjebak hujan. Tidak memungkinkan untuk menerobos karena Junkyu mudah terkena sakit. Sementara Haruto berkata ia tak memiliki payung atau mantel. Padahal itu hanya alasan Haruto saja supaya Junkyu bisa lebih lama tinggal di rumahnya.
"Ini tehnya diminum dulu"
Haruto meletakan segelas cangkir berisi teh hangat di meja. Junkyu menerima dan mengucapkan terima kasih.