Bab 1

147 2 0
                                    

Apel pagi. Rutinitas yang sangat aku benci. Tapi ya peraturan rumah sakit mengharuskan setiap pegawainya untuk melakukannya. Dan aku sebagai pegawai, sudah seharusnya mematuhinya. Setidaknya begitulah pendapatku selama ini.

Memang tidak ada yang salah dengan apel pagi, hanya saja aku tidak menemukan hal penting yang mengharuskan kami untuk melakukan apel pagi. Apel pagi hanya digunakan sebagai ajang marah-marah direktur kepada pegawai-pegawai di rumah sakit ini. Padahal kami semua ini adalah rekan sejawat. Sangat tidak pantas rasanya berbicara sekasar itu terhadap rekan-rekanmu, terlepas dari jabatan apa yang kamu punyai.

Untungnya, apel pagi sudah ditiadakan sejak bergantinya direktur rumah sakit ini lima tahun yang lalu. Dan sekarang apel pagi hanya dilakukan jika ada momen khusus, seperti perkenalan pegawai baru atau pengumuman kenaikan jabatan pegawai.

Apel menjadi membosankan jika kita hanya melihat sebagai seseorang yang berdiri di barisan dan menunggu kapan selesainya apel ini. Dengan kata lain, kehadiranmu tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap kelangsungan apel. Tapi berbeda dengan hari ini. Aku tidak berdiri di barisan, melainkan di depan semua pegawai. Kenapa ? karena hari ini adalah pengumuman pengangkatanku sebagai kepala instalasi bedah umum.

Aku tidak terlalu bergembira, karena aku tahu ulah siapa yang menyebabkan kenaikan jabatanku ini. Aku sudah mengatakannya sebelumnya bahwa aku tidak ingin jabatan. Aku hanya ingin menghabiskan sisa hidupku untuk mencari kebahagiaanku yang hilang.

Kau hanya perlu berdiri disana sambil mengumbar senyum manis. Itu yang dikatakan oleh kebanyakan kolegaku. Tapi aku tidak bisa. Sulit bagiku untuk tersenyum sejak kebahagiaanku direnggut. Kalian boleh mengambil harta, martabat, jabatan, apapun itu dariku. Tapi jangan ambil kebahagiaanku. Aku sangat ingin berkata seperti itu. Tapi saat itu aku terlalu lemah untuk menyuarakan isi hatiku. Dan sekarang lihatlah, aku harus menikmati semua kekayaan dan jabatan ini dengan bayaran kebahagiaanku. Ah sudahlah, aku lelah. Bisakah apel ini segera berakhir?

Seakan-akan mengerti dengan raut wajah datarku yang menyiratkan ketidaktertarikanku dengan formalitas semacam ini, direktur kami menyudahi pidatonya dan apel pagipun dibubarkan. Banyak kolegaku mengucapkan selamat atas kenaikan jabatanku. Namun aku sendiripun tidak dapat melihat sisi mana yang harus diucapi selamat. Karena menjadi kepala instalasi bukanlah hal yang perlu untuk diucapi selamat. Kalau selamat menuju kesengsaraan yang lebih dalam, baru iya !!

Menjadi kepala instalasi berarti tambahan beban pekerjaan yang semakin banyak. Dokumen yang semakin menumpuk untuk ditandatangani. Dan rapat yang semakin intens untuk dihadiri. Serta jangan lupakan, tenaga yang lebih banyak untuk dibuang. Melelahkan. Tapi Onnie-chan tidak mau mendengarkan aku. Pemikirannya sangat berbeda denganku. Onnie-chan sangat berambisi pada jabatan dan kekuasaan. Dan parahnya lagi, ia mulai berpikir bahwa aku juga memerlukan jabatan ini. Penolakanku yang bertubi-tubi hanya semakin membuatnya percaya bahwa aku memerlukan jabatan ini, namun aku terlalu malu untuk mengakuinya. Itu menurutnya. Padahal aku benar-benar menolak dari hati yang terdalam untuk jabatan ini. Huuuuh. Tidak bisakan ia mengerti ?

Tapi nasi telah menjadi bubur. Onnie-chan telah meminta direktur rumah sakit ini untuk mengangkatku sebagai kepala instalasi bedah umum dengan memanfaatkan jabatannya sebagai asisten direktur III. Dia memanfaatkan kesempatan ketika kepala instalasi bedah umum yang lama mengajukan pensiun dini karena alasan kesehatan. Sungguh pemanfaatan jabatan yang sangat tidak berguna.

Sekarang aku telah sampai di ruangan baruku. Lebih tepatnya, meja baruku. Karena ruangan yang aku tempati sebenarnya sama saja dengan ruangan sebelumnya. Masih ada meja tempat seluruh dokter berdiskusi yang berada di tengah ruangan. Ada pula meja di sudut kiri utara ruangan yang biasa digunakan para dokter residen untuk mengerjakan pekerjaannya. Di sudut kanan utara ruangan terdapat spot favorite anak-anak koas. Dan disini aku berdiri, di sudut kanan selatan ruangan. Kebetulan jendelanya menghadap langsung ke taman di depan instalasi. Jadi rasanya aku akan betah tinggal berlama-lama duduk disini. Oh iya, disebelah kiriku biasanya dihuni oleh dokter-dokter spesialis. Tapi ya meja itu lebih sering kosong karena para dokter spesialis jarang ada yang betah berlama-lama di rumah sakit. Yah kalian tahulah.

Mikroskop dan StetoskopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang