First : Blueberries

44 7 1
                                    

"Bang Shaka mau kemana?"

Arshaka berhenti mengancingkan celananya, menatap sang adik sekilas. "Kuliah." Dan menarik resleting celananya naik.

"Jam segini? Siang banget." Elisha, sang adik melangkahkan kakinya masuk ke kamar Arshaka dan duduk manis di kasur milik abangnya.

"Niatnya mau libur aja setiap masuk siang," sahut Arshaka.

Tubuhnya sudah terbungkus kaus putih polos yang dibalut denim kesayangannya. Kaki jenjangnya juga sudah dibalut jeans hitam. Tangannya mengambil parfum asal dari meja di dekatnya. Menyemprotkan cairan itu hampir di seluruh sisi tubuhnya.

"Abang bau!" Teriak Elisha dengan hidung dijepit ibu jari dan telunjuk.

"Pala lo."

Elisha memberikan Arshaka tas yang tergeletak di samping tubuhnya duduk.

"Pulang jam berapa?"

"Jam 4 sampe rumah, mau nirip apa emang?"

Kedua kaki elisha ditekuk keatas, duduk bersila. "Telur gulung 20 ribu." Dengan mengacungkan jari membentuk V.

Tubuh Arshaka direndahkan supaya sejajar dengan adiknya ini. Tersenyum manis sambil menurunkan 1 jari Elisha dan hanya menyisakan jari tengah yang mengacung tegak.

"Abaangg!"

"Sstt! Diem." Arshaka membekap mulut Elisha. "10 ribu aja, jangan banyak-banyak nanti berbulu ayam." Kemudian melepas bekapan tangannya di mulut Elisha dam pergi meninggalkan kamar setelah mengusak rambut adiknya itu.

Arshaka dan Elisha lahir dengan jarak umur 3 tahun. Tidak begitu jauh, namun di mata Arshaka Elisha sangatlah kecil seperti kutu. Mangkanya tidak heran kalau Arshaka selalu mendeskripsikan Elisha seperti anak kecil.

B L U E B E R R I E S

Bahu Arshaka ditepuk seseorang yang tingginya tidak jauh berbeda dari dirinya dendiri. Orang itu berkulit jauh lebih pucat dan mempunyai mata kucing yang selalu Arshaka tatap.

"Lo tumben gak nyamper gue," ucap orang itu setelah mendudukan bokongnya di kursi kantin sebelah Arshaka.

"Gue telat banget tadi, gue kira lo udah sampe kampus duluan."

"Gue ke kampus kalo lo samper, kalo ngga gue absen," elak orang itu.

"Alay banget, Ditya. Ini buktinya lo masuk tanpa gua samper."

Yang dipanggil Ditya terkekeh kecil. "Kata Elisha lo udah jalan."

Arshaka diam tanpa berniat menjawab. Mulutnya kembali difungsikan untuk mengunyah bakso isi telur kesukaannya.

Pria disebelahnya ini Ditya, Bharaditya lengkapnya. Tapi, Arshaka lebih suka memanggil Ditya ya Ditya, bukan Bhara atau nama depannya. Mereka bertemu tanpa sengaja dan berteman tanpa sengaja pula.

Ditya terkenal karena wajahnya yang terlihat dingin dan warna kulit yang mencolok. Ditambah jabatannya di organisasi Basket sebagai wakil ketua. Makin terkenal lah seorang Bharaditya di kalangan mahasiswa lain.

Arshaka dan Ditya mengambil jurusan Musik dan mereka berada di kelas yang sama sekarang. Bisa dibilang Ditya selalu mengikuti Arshaka.

"Lo gak nanya gue disini?" Tanya Arshaka heran.

"Gue cek grup kali. Dosen pertama gak masuk," jawab Ditya dengan tidak sopannya menyeruput es jeruk milik Arshaka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blueberries [YOONMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang