メBeginning!

19 5 0
                                    

Rabu, 18 Januari 2023

Hari ini adalah hari dimana temanku yang bernama Ganiya berulang tahun. Dirinya sudah menduduki usia 15 tahun, entah bagaimana denganku yang saat ini masih berusia 14 tahun, ini membuatku bosan akan umurku. Jika kupikir-pikir lagi. Raka, Ganiya, dan Mahen seperti kakakku sendiri. Mereka memiliki umur yang sama dengan Ganiya, mereka bertiga juga termasuk orang yang ada untukku selama aku menginjakkan kaki di SMP untuk menempuh pendidikan.

"Elina!" Teriak Raka dari kejauhan.

'Astaga...' akupun menepuk jidatku karena melihat tingkah Raka yang membuat geleng-geleng kepala.

"Sini!" Lanjut Raka berteriak memanggilku dari kejauhan terus-menerus.

"Iya-iya, wait!" Sautku, 'Apa dia pikir gua budeg gitu. Dasar bocah!"

(メメ⁠)

Ternyata setelah aku sampai, bukan aku saja yang sedari tadi di panggil oleh bocah itu melainkan Mahen dan Ganiya juga menjadi korban teriakan dirinya.

"Akhirnya... Kalian sampai juga." Ucap Raka setelah kami sampai dihadapannya.

"Cepet Rak! Lu mau ngomong apaan, gak usah bertele-tele deh." Omel Mahen yang sangat tidak menyukai orang yang sifatnya kalau ngomong bertele-tele. Karena bagi dirinya bertele-tele hanya menghabiskan waktu saja.

"Iya-iya bos... Sabar dikit ngapa, gini... Kalian tahu gak kalau sekolah kita ini angker?" Ucap Raka, "Jadi tadi gue itu denger perbincangan guru-guru perpus-" belum sempat Raka melanjutkan, ucapannya sudah dipotong oleh Mahen.

"Hm.. sebentar lu keperpus ngapain, setau gue kan lu enggak suka keperpus kan?" Tanya Mahen.

"Oh kui... Biasa disuruh sama Pak Joko buat ngambil buku Fisika, kenapa enggak temen gue aja ya, bingung gue sumpah?" Jelas Raka.

"Hm... Biar lu diruqyah sekalian di perpus ama buku-bukunya, kan lu suka nyontek pas ujian tuh entar lama-lama bolak-balik ke perpus jadi rajin." Ucapku sembari sedikit tertawa.

"Iya paling." Lanjut Ganiya.

"His... Serah deh."

(メメ⁠)

"Boleh gue lanjutin kan?" Tanya Raka.

"Oh iya boleh." Jawabku sembari menahan tawa.

"Jadi... Dari yang gue denger di perpus, sekolah kita ini itu angker, katanya sih dulu waktu sekolah kita belum dibangun, dulunya tu sebenarnya tempat pemakaman orang meninggal, alias kuburan." Jelas Raka tentang apa saja yang dia dengar waktu di perpustakaan.

Tiba-tiba Ganiya mengacungkan tangannya. Kami yang tersontak kaget segera bertanya pada Ganiya.

"Why?"

"Kayaknya... Yang diceritain sama Raka bener deh. Dulu gue juga pernah denger kalau... Satpam sebelum Pak Suryo itu pernah ngalamin ketemu pocong pas lagi ngecek sekolah malem-malem, ngeri gak sih... Gue jadi merinding sendiri." Jelas Ganiya, "Akhirnya Satpam itu out dari pekerjaan menjadi satpam disekolah kita, kayaknya... kalau gak salah namanya Pak Romi deh, iya-iya Pak Romi bener." Lanjutnya panjang lebar.

"Hm... Gitu ya, gimana kalau kita cari tahu kebenarannya mau gak?" Usul Mahen.

"Caranya?" Tanya kami bertiga bersamaan.

"JURIT MALAM." jawab Mahen, yang sontak membuat kami bertiga kaget.

"Beneran lu kagak takut Hen?" Tanyaku memastikan.

"Ngapain takut, kan kita nyari kebenaran dari cerita ini." Jawab Mahen, "Kalau takut sih bilang aja." Ejeknya.

"Enggak ya! Ok gue ikut." Ucapku yang masih kesal akan ejekan dari Mahen kepadaku.

"Kita berdua juga ngikut, iya kan Gan?"

"Hm... Gimana ya?" Pikir Ganiya ragu-ragu.

"Ayolah... Plis Gan?" Mohonku kepada Ganiya.

"Alright." Jawab Ganiya yang akhirnya mau ikut serta dalam JURIT MALAM.

-(メメ⁠)-

Bagaimana kelanjutan dari kisah RUN, apakah mereka akan jadi melaksanakan JURIT MALAM, tetap stay di ceritaku ini ya... Bye...

 Bye

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

In collaboration with Ouigaevellinka fairykie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

In collaboration with Ouigae
vellinka fairykie.

RUN!/Writing Process Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang