GNS 00

736 67 10
                                    

Saat hujan deras turun, tiba-tiba terdengar suara seorang bayi laki-laki yang telah di nantikan oleh sang ibu kelahirannya, anak itu adalah Daeren Rainiel.

Sosok pemuda yang terlahir di saat hujan datang sama seperti namanya yakni Rain. Saat Daeren di lahir kan ia hanya memiliki seorang ibu saja karena ayahnya sudah tiada sejak Daeren masih di dalam kandungan sang ibu. Walaupun begitu dia sangat di sayangi oleh ibunya hingga saat Daeren menginjak usia 17 tahun.
Daeren di kejutkan dengan kabar duka bahwa ibunya telah tiada, lagi-lagi hujan turun seakan memberi ketenangan untuk Daeren.
Dan dari sini lah Daeren menjadi anak yang tidak tau arah tujuan hidup. Hari-harinya di penuhi dengan kesepian namun saat hujan datang dia merasa senang karena di saat dia sedang bersedih hanya hujan lah yang menemaninya.

Kegiatan rutin Daeren sekarang setelah ibunya tiada adalah menatap langit malam yang terkadang tidak ada sinar rembulan dan hanya ada taburan bintang yang menghiasi kosongnya langit malam.

"Ibu. Malam ini langit bertabur bintang yang begitu indah, namun tidak ada sang bulan bagaikan aku dan dirimu. Apakah ibu tahu? Malam ini sangat menggambarkan suasana hatiku, hatiku yang sekarang telah kehilangan sinar pengisi kegelapan dan hanya menyisakan beberapa serpihan cahaya yang meredup bagaikan aku tanpa mu bu". Ucap pemuda itu dengan mata yang sudah memerah dan di iringi dengan aliran air mata yang tampak begitu menyedihkan.

" Semenjak kepergian mu aku tidak punya siapa-siapa lagi bu. Aku menjalani hari-hari ku dengan sangat datar, dan hanya tinggal menunggu waktu dimana aku bisa bertemu dengan mu lagi." Lanjut Daeren.

Karena ia tak mau terlarut dalam kesedihannya Daeren pun memutuskan untuk tidur dan memulai kehidupannya yang sangat teramat monoton.

Pagi hari yang begitu cerah karena terdapat terbitan senyuman dari sang mentari sehingga sinarnya masuk ke celah-celah kecil dan mengenai ke tubuh Daeren sehingga ia terpaksa membuka matanya.

Setelah melakukan aktivitas pagi harinya, Daeren pun bersiap-siap untuk pergi berbelanja kebutuhan di pasar.

Saat di tengah asiknya dia berjalan tiba-tiba dia melihat anak kecil yang tampak sedang bermain dengan seekor kucing.

Namun tiba-tiba kucing itu berlari ke tengah jalan dan anak kecil itupun mengejarnya. Tanpa di sadari ada truk tangki yang melaju kencang menuju ke arah anak kecil yang sedang memegang seekor kucing yang lari tadi.

Tit! tit!

Suara klakson truk yang sedang memperingati untuk segera minggir karena rem mobil truk tersebut sedikit dalam jadi membutuhkan waktu yang sedikit lama dan harus menggunakan tenaga dalam, namun anak kecil itu tak kunjung pergi.

"Woi bocil, awas! minggir woi!"
teriak Daeren tersebut kepada anak kecil yang masih menghiraukan bel truk tersebut dan malah menggendong kucing yang berada di tengah jalan tersebut.

Di rasa anak kecil tersebut tidak menanggapi apa yang dia ucapkan, Daeren langsung menghampiri anak kecil tersebut dan mendorong anak kecil itu. Dan berakhir Daeren lah yang terkena hantaman truk tangki tersebut dan terpental di aspal jalan hingga darah mengalir di dahinya.

"Akhirnya aku bisa bertemu ibu, ibu tunggu Daeren ya." ucap Daeren dengan keadaan penuh luka di sekujur tubuhnya. Tiba-tiba kegelapan datang di pandangan Daeren.

.
.
.
.
.

Daeren membuka matanya, dan pemandangan yang ia lihat bukan lah pemandangan alam akhir, melainkan pemandangan yang sangat yang cukup menyeramkan, yakni ruangan gelap, dan tentunya dengan berbagai benda-benda aneh, seperti borgol, cambuk, tali, rantai, dan lain-lain.

"Dimana ini, kok seperti di ruangan penjara kan gue kecelakaan bukannya seharusnya udah di sisi Tuhan atau ke rumah sakit, lah ini malah ke ruangan yang asing banget. Eh bentar kok suara gue beda?" Daeren bingung terhadap perubahan suaranya, karena suaranya tiba-tiba menjadi tidak berat dan bahkan cempreng.

Galendra New Soul [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang