2.DiBAWAH DERASNYA HUJAN

55 9 31
                                    

2.DIBAWAH DERASNYA HUJAN

”Hujan, boleh kah turun lebih lama lagi? ”

"Pegangan kalo takut jatuh. "

Deg

Perkataan Adryan membuat jantung nya berdetak dua kali lebih cepat. Veli bukan salting melainkan ia takut. Kenapa tingkah pria ini sedikit aneh?

Baru setengah perjalanan tiba-tiba hujan mengguyur dengan derasnya. Veli yang hanya menggunakan baju dengan lengan tidak panjang pun mulai kedinginan.

Diam diam Adryan memperhatikan wajah Veli dari spion. Ia yang melihat Veli kedinginan karena derasnya hujan pun langsung membelokkan motornya di warung bakso.

Saat motor berhenti, Veli langsung turun sembari menggosok gosok kan kedua tangannya, terlihat sekali jika ia kedinginan. Adryan pun melepas jaket hitam nya dan memakaikan nya pada Veli, "Pake aja dulu, baju lo jiplak. "

Sejujurnya Veli bingung dengan apa yang dilakukan Adryan.

"Tapi lo? " Tanya Veli melihat bahwa Adryan hanya mengenakan kaos hitam berlengan pendek.

"Gue enggak kedinginan. " Tanpa aba aba Adryan menarik tangan Veli agar masuk ke dalam warung bakso itu. Ia menyuruh Veli untuk duduk di sebuah kursi. Kemudian setelah itu Adryan langsung memesan dua porsi bakso.

Veli hanya diam sambil menyilangkan kedua tangan nya di dadanya. Ia masih sangat kedinginan. Tiba-tiba didepan nya ada segelas teh hangat.

Veli mendongak, ternyata yang memberikan itu adalah Adryan. "Minum, biar badan lo anget. " Veli pun mengangguk dan meminum teh itu sedikit karena teh itu masih panas.

Sedari tadi pandangan Adryan tak beralih dari wajah cantik Veli. "Bener kata Thomas, mata gue emang minus, secantik ini gue bilang jelek. "

Tak lama kemudian dua porsi bakso pesanan Adryan pun datang. Veli menatap bakso yang berada didepan nya. Adryan yang paham akan itu pun berkata, "Makan, gue tau tadi lo belum sempet makan. "

Dengan perlahan Veli pun mulai meraih sendok dan garpu pada mangkok berisi bakso itu dan mulai memakannya. Veli merasa bahwa Adryan adalah orang yang baik namun hanya saja terkadang emosinya tidak terkontrol menyebabkan dia sering membentak.

Semua perlakuan manis Adryan membuat Veli menarik kedua sudut bibirnya.

"Gausah geer, gue tau kalo lo tadi gak jadi makan. Ngerepotin juga kalo tiba tiba lo pingsan dijalan. " Ujar Adryan yang sedari tadi memperhatikan Veli yang tersenyum.

Perlahan senyum Veli itu pun luntur. Veli kemudian kembali memakan baksonya.

"Nama lo siapa? " Tanya Adryan, ini benar-benar diluar dugaan untuk apa seorang Adryan menanyakan nama seorang gadis?

"Veli."

"Yang lain. "

"Hah? "

"Nama lengkap. "

"Novelita Alfafa, biasa dipanggil Ve-"

"Oke Fafa. "

Veli hanya berdecak mendengar itu. Belum saja ia menyelesaikan bicara nya tapi Adryan sudah memotong nya. Bersama pria ini bisa membuat nya darah tinggi.

Setelah mereka selesai makan bakso Veli terlihat sedang membereskan mangkok bakso. Sedangkan Adryan ia hanya sibuk memainkan HP nya.

"Harga bakso nya berapa? " Tanya Veli sembari membuka tasnya. "Ga perlu, udah gue bayar. " Ujar Adryan dingin.

ADRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang