55

3 0 0
                                    

Thane yang mengerjapkan mata heran atas permintaanku untuk memanggil namaku, mengangguk dan mengerucutkan bibirnya seperti biasa.

Dan kali ini akan baik-baik saja.

Thane yang tadinya hendak tersenyum akhirnya merasakan perubahan dan matanya membelalak.

Aku bisa melihat keheranannya melalui bibirnya yang bergetar. Tapi meski dia menyadari perubahan itu, Thane tidak mudah angkat bicara.

Dia hanya menghembuskan nafas kecil dengan bulu matanya menggigil, seolah dia tidak percaya dia telah menemukan kembali suaranya yang hilang.

"Tan."

Aku memegang wajahnya dengan lembut pada penampilan Thane yang ragu-ragu. Saya tidak mengerti semua ketakutannya, tapi setidaknya dia bisa mengandalkan saya.

Aku menatap lurus ke arah Thane dan berbicara perlahan tapi jelas.

"Percayalah padaku dan cobalah untuk berbicara. Lihat saja aku dan panggil namaku."

Mendengar kata-kataku, tatapan Thane bergetar goyah.

Dan setelah beberapa saat, Thane menutup matanya dan membuka mulutnya.

" Oh, oh, ohㅡ "

Hal pertama yang saya dengar adalah hiruk pikuk pita suara yang sudah lama tidak dia gunakan.

Suara keras keluar dari tenggorokannya, karena dia menggunakan suaranya untuk pertama kalinya dalam lima belas tahun. Bagi saya, mendengar suaranya adalah suara yang paling menyenangkan.

Thane yang menatapku bingung, menyentuh lehernya dengan tangan gemetar keheranan.

Di leher putihnya, bekas luka lama masih terlihat.

"Kamu baik-baik saja."

Aku menatap lurus ke arahnya dan mengangguk dengan penuh kasih sayang yang aku bisa.

Beberapa kali dia hanya menjilat bibirnya. Dan beberapa kata singkat menyusul.

Lalu sebuah kata, tidak mungkin itu sebuah nama, tepatnya, keluar dari mulutnya.

"E...rita."

Momen itu terasa sempurna, suara Thane memanggil nama untuk pertama kalinya.

Itu adalah panggilan yang retak, tetapi lebih berani dan lebih indah dari yang lain.

"Ya, Thane."

Aku menjawab panggilannya dengan mata merah berkaca-kaca lebih cerah dari sebelumnya.

Thane memanggil namaku dan aku mendengarnya...



"Eㅡrita."

"Ya, Thane,"

"Erita..."

"Aku disini."

Thane yang terus menggumamkan namaku dengan air mata yang menggenang di sudut matanya terus memanggilku.

Wajahnya masih basah dan matanya yang bengkak terlihat menyedihkan karena dia sudah lama menangis.

"... Erita."

Saat melihat Thane hanya mengulangi namaku lebih dari dua puluh kali, aku akhirnya tertawa terbahak-bahak.

Penampilan Thane mirip dengan bayi burung yang menatap membabi buta pada induknya.

"Apakah kamu akan terus memanggil namaku?"

Aku bersandar di belakang sofa dan bertanya sambil tersenyum.

Putri Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang