Aku yakin untuk kalian yang menjadi anak broken home pasti pernah merasakan menpunyai rumah yang sangat nyaman sebelum angin puting beliung datang mengahancurkan segalanya. Pagi itu ketika aku terbangun hanya ada ibu yang sedang menyiapkan sarapan untukku berangkat sekolah. Lagi-lagi aku tidak melihat ayah sarapan pagi bersamaku dan ibu. Setiap aku bertanya ibu akan menjawab "AYAH SUDAH DITELFON BOSNYA UNTUK SEGERA DATANG"
Andai ibu tahu saat aku bertanya kenapa ayah tidak sarapan dengan kita pikiranku tidak lagi jernih bu, aku masih berumur sekitar 6th saat itu. Saat itu aku seperti meraskan apa yang ibu rasakan. Aku merakan bahawa istana ini sedang tidak baik-baik saja.
Hari demi hari aku lewatin bersama ibu mulai dari kesekolah,berkeliling jualan kepasar,menunggu ibu selesai menyelesaikan pekerjaannya dll. Aku selalu menanti ayah untuk pulang cepat seperti biasanya, tapi aku sudah tidak bisa berharap semua akan kembali seperti semula. Ayah selalu pulang malam dan aku sudah tertidur. Pagi saat aku terbangun pun sudah tidak menjumpainnya, yapsss, aku sudah mulai terbiasa tanpa kehadiran ayah.
Dan saat itu aku tidak sengaja melihat ibu menangis.
"ibu baik-baik saja? ibu kenapa menangis? apakah hari ini aku nakal bu?" ujarku
"tidak dek, ibu baik-baik saja tangan ibu tadi hanya kejepit dek" ujar ibu sambil memelukku eratSaat itu aku hanya bisa bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada ibuku? Siapa yang sudah membuatnya menangis seperti ini? Jika memang ibu hanya terjepit kenapa rasanya aku tidak bisa percaya dengan ucapan ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
APA YANG SALAH DARI ANAK BROKEN HOME?
Não FicçãoHai namaku dhesty ayu hapsari. Salam kenal ya mari kita berkenalan melalui ceritaku. Pernah tidak kalian mendengar banyak sekali manusia yang memandang sebelah mata seorang anak broken home? Apakah nilai kami dipandangan masyarakat selalu negatif? K...