Bab 11C

6 0 0
                                    

"Kamu apa kabar?" sambungnya basa-basi.

"Baik." Lagi, singkat dan tanpa menoleh.

Sebelum melanjutkan percakapan, Bastian membenarkan posisi duduknya. Dia tidak tahu bagaimana memulai percakapan karena sikap Keysha masih dingin terhadapnya. Sorot mata pun tertuju pada tumpukan koran di atas meja. Diraihnya satu dan dia melihat ada bekas coretan melingkar di bagian kolom lowongan kerja.

"Lowongan kerja, maximal 28 tahun, bagian administrasi, jurusan ekonomi, penampilan baik ...."

Bastian mendikte tulisan itu pelan kemudian bola mata beralih ke Keysha yang masih pura-pura fokus dengan ponselnya.

"Kamu lagi nyari kerja?" Diletakkan koran itu di atas meja.

Iris mata Keysha bergerak melirik Bastian, tidak memberi tanggapan apa pun lalu kembali menatap ponsel yang ada dalam genggaman. Hatinya bimbang, tidak mungkin menyatakan hal jujur, maksud dia bekerja karena ingin membayar utangnya. Bahkan, dia tidak tahu apa yang akan dipikirkan Bastian tentangnya. Apa dia malah akan menjengkal Ikbal karena menganggapnya tifak sanggup memberi nafkah kepada keluarga.

"Ma, Kak Keysha masih ...." Terdengar suara di bibir pintu samar-samar lalu suara itu hilang ketika si pemiliknya melihat Keysha dan Bastian di ruang tamu.

"Eh, ada Mas Bastian." Elina tersenyum segan.

"Hai, Lin." Bastian menyapanya.

"Eh, Kak, bentar, ya, jangan pulang dulu, ini aku mau nge-print di depan."

"Ih, besok aja. Ini udah sore." Keysha berdiri dan menghampirinya.

"Enggak bisa, Kak. Besok dosen pembimbingku mau periksa bahan ini. Bentar aja, kok."

"Kenapa tadi nggak sekalian, ini udah jam pulangnya Mas Ikbal. Aku belum masak." Suaranya sengaja dipelankan supaya tak terdengar Bastian.

"Iya, maaf, USB-nya ketinggalan. Ini mau diambil dulu."

Elina mengayunkan langkah ke kamar dan tidak butuh lama dia sudah keluar dan bersiap pergi kembali.

"Ya, udah kamu naik ojegk, sana. Buruan, jangan jalan kaki," perintah Keysha setengah berbisik.

"Sayang, Kak, kalo naik ojek, ongkos lagi."

"Ih, nggak apa-apa, daripada lama."

"Aku anter aja, gimana, Lin? Ini sekalian aku pamit."

Bastian bangkit dari duduk dan menghampiri mereka, menyodorkan tumpangan.

"Enggak usah repot, nggak apa-apa, dia naik ojek aja." Keysha menolaknya.

"Enggak repot, kok, dengan senang hati. Lagipula, jalannya searah."

"Iya, ayo, Mas. Searah, kok, cuman di depan ini."

Dear, Mr. MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang