Prolog : Tangan kanan yang kosong

372 32 0
                                    

Hari ini adalah malam natal. Seorang gadis kecil berusia lima tahun tengah jalan-jalan di tengah pusat perbelanjaan yang di dekorasi serba tema natal. Telinganya yang merah karena kedinginan mendengar suara anak kecil.

"Ayah, Ayah aku ingin mendapat hadiah natal dari santa juga." Ucap anak kecil yang tengah bersama orangtuanya sembari tangannya memegang masing-masing satu tangan orangtuanya.

"Iya kau pasti akan mendapat hadiah dari santa. Tapi kau harus jadi anak yang baik dulu." Ucap Ayah dari anak tersebut.

Gabela beralih melihat tangannya yang di baluti sarung tangan hangat warna merah lalu menatap ke arah Ibunya. "Mama, kapan aku dapat hadiah natal dari Ayah ?."

Setelah gadis itu berkata Ibunya berhenti begitu juga dengan dia, gadis itu memanggil Ibunya tapi wanita berambut hitam sebahu itu tidak menjawab. Wanita itu melepas pegangan tangannya dari tangan kecil putrinya lalu kedua tangannya memegang masing-masing bahunya.

"Gabela kau tidak akan pernah mendapatkannya."

Gabela hanya diam menatap mata Ibunya yang merah menyala, siapapun yang melihatnya pasti akan ketakutan. Tapi tidak untuk anak albino satu ini, entah karena wanita itu Ibunya atau mungkin sebenarnya dia takut tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Mereka berdua melanjutkan perjalanannya untuk membeli hadiah dan belanja bulanan.

● ● ●

Gabela yang kini berusia delapan tahun sedang menatap tangan kanannya, jika di ingat-ingat ia tidak pernah bergandengan tangan dengan Ayahnya karena ia memang tidak pernah tahu soal Ayahnya.

"Gabela ayo cepat. Sekarang giliranmu yang bertanding!."

Temannya memanggilnya yang membuat lamunannya buyar. Gabela keluar dari ruang ganti menuju kolam renanng untuk bertanding.

FatherlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang