Selagi Nada mengambil kotak P3K, Janu membawa anaknya ke lapangan sambil menggeret sepeda roda tiga. Persis bapak-bapak rumah tangga yang lagi jagain anaknya. Padahal sebelum ini Janu paling anti sama yang namanya anak kecil. Sama Chilla pun kadang suka dia bikin nangis. Apalagi Clay alias Cibul yang super ngeselin, yang demen banget nantangin orang-orang. Makanya Janu milih pergi daripada ngadepin bocil. Tapi pengecualian untuk bocil satu ini.
Tiba di lapangan, netra bulat Eila menangkap bocah laki-laki yang berdiri di dekat perosotan sambil makan es krim. "Papa, turun," pinta Eila, yang langsung diturunkan ayahnya. Anak itu berlari mendekati Rafa yang dengan sigap menyembunyikan es krimnya. Janu nyaris berteriak karena khawatir pada goresan luka di siku anaknya. "Lapa, itu es kimnya beli di mana?"
"Mixue," jawab Rafa, dengan ekspresi sombong.
"Halganya belapa?" tanya Eila lagi.
"Nggak tahu. Ayahku yang beliin." Rafa menjilat es krimnya lagi, menunjukkan tampang songong. "Hmm ... enak." Eila sampai menjilat pinggiran bibir, mengikuti gerakan lidah Rafa yang tengah menikmati jajanan favorit bocil masa kini. "Beli sana, mumpung belum tutup."
"Okay." Eila berbalik, kakinya diayun menuju sang ayah. Sejurus dengan itu, ibunya muncul sambil membawa kotak P3K. "Mama, Eya mau es kim mixue kayak Lapa." Ia tunjuk temannya. "Itu, Ma!"
Nada menghela napas, duduk di samping Janu. Ditariknya pergelangan tangan si kecil agar mendekat, ia tatap anak itu dengan raut sendu. "Eila, dengar Mama," pintanya, "Mama belum kerja, okay? Nanti kalau Mama udah kerja lagi dan gajian, Mama beliin."
Jawaban Nada berhasil mengejutkan Janu. Pria itu mulai bertanya-tanya.
Sementara Eila mencoba memahami kalimat sang ibu. "Nghh ... belinya nanti ya, Ma, kalau Mama udah gajian?"
"Betul."
"Oooh ..." Eila manggut-manggut.
Menerbitkan senyum di bibir Nada. "Pinternya anak Mama."
Eila nyengir, merasa terpuji.
"Sini, lukanya Mama obati."
"Iya, Ma."
Ketika Nada mengobati siku Eila, Janu yang sedari tadi bungkam akhirnya buka suara. "Kamu resign?" Hanya lirikan maut Nada yang Janu dapati. "Emang kamu mau kerja apa? Biar kubantu---"
"Nggak perlu, Mas. Makasih."
"Nggak usah gengsi," decak Janu. "Ini aku lakuin buat Eila. Aku menghargai kamu sebagai ibunya Eila, anakku," imbuhnya. "Anggap aja rasa terima kasihku karena kamu udah rawat Eila dengan baik."
"Aku ibunya, Mas. Bukan baby sitter," tegas Nada, menegakkan tubuh usai mengobati luka di siku sang putri. Atensinya ditancapkan lurus-lurus pada figur Janu. "Jadi kamu nggak perlu terima kasih dengan cara apa pun, karena itu sudah jadi tugas dan kewajibanku."
Mata bundar Eila mengamati ayah dan ibunya bergantian, mendengar setiap kalimat yang terlontar. Gurat bingung dan sedih, berbaur di wajah imutnya. Di satu sisi, dia bingung dengan apa yang dibicarakan kedua orang tuanya. Tapi melihat ekspresi mereka, sepertinya sedang ada pertikaian diantara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repair [TAMAT]
Romance#LOVESERIES WARNING! ⚠️ MENGANDUNG ADEGAN DEWASA ⚠️ BANYAK KATA-KATA KASAR ⚠️ DILARANG PLAGIAT ATAU MENYALIN KE PLATFORM LAIN ⚠️ CERITA INI HANYA ADA DI WATTPAD DAN KARYAKARSA [UNTUK BAGIAN FLASHBACK, ENDING, DAN EXTRA CHAPTER BISA DIBACA DI KARYAKA...