Welcome to my new story
Semoga kalian suka sama ceritanya. 🙂
Disclaimer: Semua yang ada di dalam cerita merupakan fiksi.
Happy reading
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Suasana hening yang menyelimuti malam. Di dalam sebuah rumah kecil berwarna merah terdengar suara batuk dari seseorang. Seseorang yang terbaring lemah di atas kasur. Pria tua berumur 50 tahun. Pintu kamar dibuka perlahan. Dari balik pintu muncul pemuda tinggi membawa segelas air. "Minum air ini dulu."
Pemuda itu membantunya meminum air tersebut. "Terima kasih Nak," Pak Jamal berusaha untuk duduk dan meminum segelas air itu. Beliau memiliki sebuah penyakit yang langka. "Gimana pekerjaan kamu hari ini?" Pak Jamal menatap anak satu-satunya itu. Ardan, pemuda berusia 19 tahun. Dia memiliki tubuh yang tinggi dan kekar. "Lancar Yah," jawab Ardan sambil tersenyum.
Keluarga kecil yang tinggal dipinggiran Kota dengan berbagai tantangan yang ada. Ardan hidup berdua dengan Pak Jamal. Ibu Ardan telah meninggal tahun lalu. Ardan tumbuh di lingkungan yang tidak sehat. Kriminal sudah merajalela di sekitar tempat tinggalnya, sampai-sampai setiap seminggu sekali ada saja yang tertangkap polisi. Kondisi seperti ini menyebabkan Ardan kecil tidak mendapatkan pendidikan yang layak.
Meskipun hidup di lingkungan bak neraka, Ardan sama sekali tidak terpengaruh. Ardan adalah anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Pendidikan dari orang tuanyalah yang membuat Ardan tidak sama sekali terpengaruh oleh lingkungannya, terutama kata-kata ibunya. Suatu ketika, ibu Ardan pernah menasihati Ardan, "Jika kamu ditindas oleh seseorang, jangan balas dia karena ingin balas dendam. Tetapi balas dia karena kamu ingin keadilan."
Pagi yang cerah menyambut rumah kecil berwarna merah, tempat tinggal Ardan dan sang ayah. Semalam ia dan Pak Jamal mengobrol hingga larut malam.Suara alarm mengisi kamar Ardan. Ardan meregangkan badannya. Dia bangkit dari tempat tidur. Setelah merapikan tempat tidur, Ardan melakukan rutinitas paginya. Kegiatan pagi Ardan sangat sibuk, mulai dari membuat sarapan untuk Pak Jamal dan menyiapkan dirinya untuk bekerja. Selain itu Ardan juga menyempatkandirinya untuk berolahraga. Ia melakukan push-up, sit-up, dll. Inilah yang membuat Ardan memiliki tubuh yang tinggi dan kekar. "Ayah, Ardan berangkat ya."
Kicauan burung mengiringi perjalanan Ardan ke tempat kerjanya. Suasana kota yang sudah mulai sibuk. Jalan raya sudah dipenuhi kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Kemacetan sudah menjadi pemandangan biasa di kota ini, bunyi klakson bersahut-sahutan. Ardan berjalan di trotoar yang kadang berpapasan dengan pengendara motor. 10 menit perjalanan dari rumah ke tempat kerjanya. Supermarket Harapan, itulah tempat kerja Ardan.
"Woi Dan," panggil seseorang dari belakang. Ardan yang sedang membereskan barang di gudang terkejut, sampai barang-barang yang dibawanya terjatuh. Dia sudah datang 5 menit yang lalu. Kegiatan pertama yang selalu dia lakukan adalah membereskan barang-barang di gudang. "Lah gitu doang kaget Dan, hahaha." Pemuda dengan rambut cokelat dan mata yang sipit. David rekan kerja Ardan di Supermarket Harapan.
Dengan muka memerah, Ardan menatap wajah David yang menurutnya aneh, tapi wanita-wanita selalu terpikat oleh wajahnya. Itu membuat Ardan selalu kesal atau lebih tepatnya iri. David yang tahu Ardan akan mengamuk, cepat-cepat dia mengakat barang-barang yang terjatuh tadi. "Sorry sorry," ujar David sambil membawa barang yang tadi terjatuh.
Barang-barang sudah rapi, jam buka supermarket juga sudah tiba. Ardan melakukan tugasnya sebagai kasir, sedangkan David mendata barang-barang di gudang. Satu dua pelanggan memasuki supermarket. Mereka memilih-milih barang yang mereka butuhkan. Ardan melalukan tugasnya dengan baik. Dia sangat ramah kepada pelanggan yang sedang ia layani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge
ActionRasa ingin balas dendam tidak bisa ditahan lagi. Terlalu banyak kejadian dalam hidup Ardan yang membuat rasa itu bergejolak dalam hatinya. Puncak rasa ingin balas dendam ini ketika kematian sang ayah. Ardan membutuhkan bantuan untuk membalaskan den...