Prolog

282 70 31
                                    

Note: Cerita ini hanya bentuk fiksi belaka yang mengambil latar tahun 1990. Bila ada persamaan nama, latar, dan kejadian itu murni ketidaksengajaan.



Seloroh D j i w a r a g a
Jakarta, 12 Januari 2021.

Hujan deras mengguyur Jakarta malam ini, malam yang dingin di dada setelah hampir musim kemarau berkepanjangan. Melihat hujan, aku jadi ingin b e r n o s t a l g i a, atau sekedar menapaki kembali jejak kenangan yang masih membayang di pikiran.

Sebelumnya perkenalkan, namaku Dinar. Dinar Milansari binti Damaryo, dan di hadapanku adalah bingkai foto era sembilan puluhan, gambar usang sepasang remaja berseragam SMA di Jalan M a l i o b o r o.

Dia adalah aku bersama kekasihku di masa itu. Lelaki pengagum hujan yang mampu membuatku jatuh cinta setiap saat. Mewarnai dunia bersamanya adalah hari-hariku yang manis, hari di mana aku melangkahi perjalanan unik yang sedikit tak masuk akal.

Dia sederhana, dia pemberani, dan dia selalu berbeda dengan caranya sendiri. Aku tak henti bersyukur ketika Tuhan menciptakan aku dari tulang rusuknya yang rapuh.

Beringsut hingga kini, tersisa aku dan cintaku yang kuhabiskan hanya untuk merindukannya sepanjang waktu. Bahkan setiap kali hujan melanda, rinduku ikut berjatuhan selayaknya hujan meteor jaman purba. Gejolak ini hanya sesuatu yang tak aku sangka ketika sisa hidupku hanya untuk merindukannya. Merindukan p u i s i yang ia perdengarkan padaku untuk pertama kalinya.

"Kamu pernah mendengar puisi cinta?" katanya.

"Belum."

"Mau mendengarnya?"

Lantas aku mengangguk cepat sebelum akhirnya ia mulai bersandiwara.

"Judulnya ... separuh nafasku ada di Yogyakarta." Wajahnya serius, sambil tangannya melayang-layang di udara.

"Lalu isinya apa?" tanyaku.

"Isinya adalah kita."

Aku tertawa saat itu juga.

"Sudah siap?"

Tanganku lalu erat memeluknya, sedangkan aku bisa melihat daun telinganya dari belakang yang tertarik akibat senyuman. Aku menyukai waktu itu, waktu yang indah saat ia mengajakku berkeliling ke mana saja, di 
Y o g y a k a r t a, dengan motor kesayangannya sepulang sekolah.

———»Ω«———
.
.
.

———»Ω«———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—1990—
.
.
.

Jalan Malioboro—1990—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jalan Malioboro
—1990—
.
.
.

Najenderal Arkantama Dhiningrat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Najenderal Arkantama Dhiningrat

—1990—

.
.
.

Dinar Milansari—1990—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dinar Milansari
—1990—
.

.
.
photo source: pinterest

Jenderal | Na Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang