Awal Pertemuan

41 2 0
                                    

Happy Reading!

.

.

.

.

Langit Bandung yang biasanya terasa tenang dengan sinar rembulan tak lupa kilauan bintang yang betebaran kini terlihat sunyi. Balkon kamar yang biasanya terisi sepasang sahabat menghabiskan waktu bersama. Yang satu bermain gitar dan satunya mendengarkan, sesekali justru memberi ejekan atau bahkan memberi pujian. Tak lupa dengan dua cangkir susu coklat dan beberapa cemilan yang selalu menjadi pendamping. Tidak dengan malam ini, rintik hujan tak menunjukan tanda-tanda akan segera berakhir. Lain halnya dengan Zella, suasana hatinya tengah seterang kilauan berlian. Senyumnya tak pernah luntur dan terus tercetak jelas setiap keli melihat foto laki-laki di akun instagramnya.

Cukup lama Zella memandang satu foto yang menurutnya sangat sempurna untuk ukuran mahluk ciptaan Tuhan. Tubuhnya terus bergerak kekanan dan kekiri sebagai bentuk mengekspresikan kebahagiaannya. Kini boneka tedy bear beraukuran sedang Zella gunakan untuk menyembunyikan semburat merah pada pipinya.

Brakk!

Saat itu juga Zella menjauhkan boneka dari wajahnya, pintu terbuka menampikan laki-laki berkaos hitam dengan celana pendek berwarna abu-abu. Laki-laki itu terjatuh, tubuhnya tersungkur dan kepalanya menghantam lantai. "Shhhhh." Laki-laki itu meringis, mengusap kepalanya yang sedikit pusing.

"Lo ngapain sih?" Zella berteriak dengan suara yang sukup nyaring. Langkahnya kini membawa Zella berdiri tepat di hadapan laki-laki itu.

"Ngapain? Harunya gue yang nanya, lo ngapain letakin boneka di depan pintu? Untung gue yang jatoh, kalo lo yang jatoh gimana?" Laki-laki di hadapan Zella tampak terlihat emosi, tangan kanannya masih tak berhenti mengusap kepalanya yang terasa pusing.

"Ya itu salah lo! Lagian punya kamar sendiri ngapain main ke kamar gue mulu." Zella tak mau kalah beradu argumen dengan laki-laki di hadapannya. Tangannya terulur memungut boneka yang semula tergeletak di lantai dan meletakannya di Kasur bersama boneka satunya.

Laki-laki itu berjalan mengekori Zella. "Gue itu nemenin lo biar gak ngerasa sendirian."

"Iya-iya terimakasih atas perhatiannya bapak Hito yang terhormat. Tapi masalahnya lo tiap malem ngerusuh di kamar gue." Zella menghampiri Hito yang kini tengah duduk di kursi belajar miliknya. Tangannya menyibak rambit Hito yang menutupi area jidatnya untuk memastikan bahwa kepala laki-laki itu baik-baik saja.

Hito Chandra Januartha, jurusan Manajemen Logistik angkatan 20 Universitas NEO. Sahabat Zella sejak berusia 5 tahun. Semua jenjang Pendidikan yang Hito lalui sudah pasti ada Zella bersamanya bahkan hingga duduk di bangku perkuliahan pun masih terus bersama. Jika ditanya bosan atau tidak, jelas keduanya akan sepakat menyebutkan kata bosan. Namun nyatanya, tanpa keduanya sadari sebenarnya juga saling membutuhkan.

"Tanggung jawab dong, gara-gara boneka lo kepala gue pusing sekarang."

"Bagian ini sakit enggak?" Hito mengangguk.

"Ini sakit juga?" Hito mengangguk lagi

"Ini?" lagi-lagi Hito mengangguk membuat Zella mengerutkan keningnya bingung.

"Serius dong? Masa sakit semua, yang bener aja."

"Jajanin gue seminggu dulu baru gak sakit." Katanya penuh percaya diri.

Kesabaran Zella benar-benar setipis tisu dibagi empat saat menghadapi Hito. Dia dorong jidat Hito dengan telunjuknya dan kembali merebahkan tubuhnya untuk melanjutkan kegiatan sebelumnya.

Hito yang kembali melihat sahabatnya kembali tersenyum hanya karena sesuatu dilayar ponselnya bergidik ngeri. "Ini setan di kamar lo juga kayaknya ikut depresi gara-gara liat majikannya stes senyum-senyum sendiri."

Dear, DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang