Kembali bertemu

7 0 0
                                    

Pagi itu seorang pria bertubuh tinggi dengan mata onyx, dan surai raven yang tertata rapi nampak berlari dengan tergesa-gesa menuju ruangan bosnya. Hari ini merupakan hari pertama pria itu diterima ditempat kerjanya, namun hari ini juga ia malah terlambat.

Pria tampan itu berlari dengan mengenakan setelan jas hitam, lengap dengan rompi dan dasi. kedua kancing jasnya dibuka adar dirinya lebih bebas bergerak. Begitu tiba dikantor barunya ia langsung berlari menaiki lif dan memencet tombol lantai 15.

Lima menit dirinya sudah berada di lantai 15 dan berjalan mencari ruangan bosnya yang ternyata terletak tidak jauh dari lift. dengan ragu laki-laki itu mengetuk pintu dengan perlahan namun pasti.

"Permisi.." ucapnya sambil mengetuk pintu kayu didepannya.

"Ya, silahkan masuk," jawab seorang wanita dari dalam ruanga tersebut.

Laki-laki itu masuk dan menutup kembali pintu ruangan itu setelahnya. Ia menatap kedepan tempan seorang wanita duduk dikursi kebesarannya membelakangi laki-laki itu, dipapan nama nya tertulis nama wanita itu 'Naila Az-Zahra.' itulah nama yang tertulus. wanita itu memutar kursinya dan berbalik menatap pria itu lekat.

Sementara itu pria dihadapannya amat terkejut begitu mengetahui yang menjadi bosnya saat ini adalah sahabatnya sendiri. Wanita itu mengalihkan pandangannya kepada id cart yang dikenakan pria tadi dilehernya, Nama, bagian, serta tempat tanggal lahir dan nomor handphon lelaki-itu tertulis dengan jelas.

Nama: Arjuna Alfiansyah
Bagian: sekretaris
NIK: 3008*********
TTD: BOGOR, 16 JUNI 2009
NO. Hp: 08**********

''Jadi, dia sekretarisku?''batin gadis bernama Naila tersebut menyeringai.

"Apa kau sekretaris baruku sekarang?" tanyanya datar.

"U-um, mulai hari ini saya akan menjadi sekretaris anda." jawab pria tadi gugup.

"Kau ingat aku siapa kan? jadi tidak perlu formal jika hanya kita berdua. Ini jadwalku selama sebulan ini, lain kali jangan terlambat." ucap Naila berjalan memberikan sebuah dokumen ditangannya.

"Baik. Terimakasih, Nai." jawab laki laki itu tersenyum.

"Oh, meja kerja mu selama masa percobaan ini ada di sana." Ucap wanita itu seraya menunjuk meja kerja yang hanya berjarak 5-10 meter dari mejanya.

Naila kembali duduk dikursi kebesarannya kembali menyibukan diri dengan laptopnya. Sementara Arjuna duduk di meja kerjanya. Ia memeriksa dokumen yang Naila berikan tadi. Lelaki tampan bertubuh jangkung itu terkesiap melihat jadwal padat sahabat lamanya.

Matanya menoleh kearah sahabatnya yang terlihat begitu fokus dengan pekerjaannya. Sahabatnya terlihat begitu cantik dengan blus putih, celana hitam panjang semtakaki, yang dilengkapi rompi panjang berbeda 3 senti sebatas betis berwarna pich. rambut pendek sebatas tengkuknya dibiarkan terurai, serta kaca mata minus yang bertengger dihidungnya. tanga mungil Naila asyik mengetik tiap huruf dikeabortnya tanpa mengalihkan pandanganya dari layar.

''Kapan terakhir kami bertemu? Dia semakin cantik saja. Tidak kusangka sekarang aku malah menjadi sekretarisnya.'' batin Arjuna.

"Nai, mau aku buatkan teh atau kopi?" tanya lelaki itu canggung.

Naila menoleh sekilas kearahnya masih dengan tatapan yang begitu datar sampai sedetik kemudian matanya kembali pada laptopnya. "Hn, tidak perlu." jawabnya dengan begitu dingin. "-Lebih baik kau bantu mempersiapkan materi untuk meting hari ini, ini Flashdisk-nya." ucapnya menyodorkan sebuah flashdisk berwarna hitam kearah Arjuna.

Arjuna beranjak dari meja Naila, dan berjalan menuju mejanya yang terletak beberapa meter dari meja wanita itu. Memandang sekilas sahabat lamanya itu sampai pada akhirnya kembali teralihkan oleh tumpukan dokumen di atas mejanya.

*

Naila berjalan sendirian menuju kantin kantor, duduk disalah satu meja setelah mendapatkan makan siangnya dan ikut berbaur dengan suasanan ramai kantin pada hari itu. Dapat Naila dengar mereka asyik mengobrol membicarakan sekretaris barunya yang entah bagaimana saat ini ia sudah berdiri di depan Naila dengan nampan ditangannya.

"Boleh aku duduk disini?" Tanyanya dan hanya dijawab anggukan kecil dari Naila.

Arjuna mendudukan bokongnya dikursi depan Naila yang kebetulan kosong. meletakan nampannya dan mulai memakan makanannya. Tidak ada pembicaraan diantara kedua insan ilahi yang telah lama tak jumpa itu, suasana diantara mereka begitu canggung.

Keduanya sibuk dengan memakan makanan mereka sampai satu satunya pria disana memulai pembicaraan mereka. "Kemana kau pergi selama 9 tahun terakhir?" Tanyanya sambil meminum teh.

"Untuk apa kau menanyakan hal itu? Bukankah kita sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi? Kau yang menyuruhku pergi ingat?" Jawab wanita itu yanng lebih bisa dibilang pertanyaan.

"Kau benar. Setatus kita selama ini hanyalah sahabat, benar? hanya aku merasa ada yang berbeda setelah kau pergi." Jawab Arjuna menatap makanannya sesaat lalu kembali menatap gadis didepannya.

"Kau yang memintaku pergi maka aku pergi. Kau ingatkan 'kata-katamu akan tetap mutlak untukku sampai kau menyuruhku untuk pergi atau berhenti', saat itu kau menturuhku pergi jadi aku tidak salah bukan?" Ucap Naila yang berhasil membuatnya teringat akan kata-kata wanita itu beberapa tahun lalu.

Naila benar dia yang telah menyuruh gadis itu untuk pergi. Gadis yang selama ini mencintainya dan setia menuruti setiap kata-katanya itu kini sudah pergi hilang bersama kenangan mereka. dan digantikan sosok wanita yang amat sangat dingin dimatanya, tidak memiliki senyum ceria lagi, irit bicara, dan yang paling membuatnya rindu adalah perhatian, kasih sayang, ketulusan, serta kejahilan wanita didepannya yang dulu selalu setia berdiri disamping dan belakangnya, menjadi payung dikala hujannya, menjadi ibu kedua yang mengingatkan segalanya, menjadi teman curhat dan pendengar setianya.

Sekarang ia sadar betapa naif dirinya yang meninggalkan Naila demi wanita lain. Dan saat ini dirinya telah dibuat jatuh cinta dengan wanita itu, disaat orang yang sempat dilukai hatinya itu sudah pergi, dan sama sekali tidak berniat mencintainya lagi.

"Kau benar. Maaf membuatmu terluka, izinkan aku memperbaiki segalanya lagi ku mohon." ucapnya berdiri dan hendak menggenggam tangan gadis dedepannya.

"Tidak bisa." Jawab Naila menjauhkan tangannya dari tangan Arjuna.

"Kenapa?" Tanya pria itu.

Naila sangatlah paham betapa keras kepalanya pria bernama Arjuna itu, begitu pula dirinya yang sama kerasnya. Ia bukan tipe wanita yang suka membuang waktunya lagi, dia akan pergi jika tak penting. Dan itulah yang ia lakukan sekarang. Bukannya menjawab pertanyaan laki-laki dihadapannya, ia malah beranjak dari duduknya, seraya berkata. "Kau akan tahu, tanpa ku beritahu."

Naila Az-Zahra seorang arsitek muda yang namanya tenar dimana-mana belakangan ini. Rumor beredar mengatakan dirinya jomblo, namun ada juga yang bilang ia suda menikah, atau susah bertunangan. Yang pasti tidak ada yang tahu status wanita itu.

Trauma akan cinta masih membekas dihatinya dan mungkin belum mengering. Dia pernah mencintai seorang pria dan bertahan 6 tahun lamanya, namun pria itu mencampakannya, ya siapa lagi kalau bukan Arjuna sahabatnya sendiri. Sahabatnya itu memilih mencintai wanita lain dan membiarkan dirinya terbelenggu kekangan seorang pria yang terobsesi dengannya. Bukankah itu jahat? Walau pria yang terobsesi dengannya itu sahabat pria itu?

Arjuna menjauhi Naila begitu ia tahu sahabatnya itu mencintai Naila. Tanpa ia tahu sebetapa tersiksanya gadis itu? Dia harus menghadapi kenyataan orang yang dicintainya mencintai orang lain dan malah terjebak dalam belenggu tapa status. Ingin mati saja rasanya, jika mengingat sebetapa tak bebasnya gadis itu.

Tapi beruntungnya keberuntungan sedang berpihak padanya dan semesta membebaskannya dari pria gila itu. Membuatnya memulai karier baru dengan tenang tanpa gangguan dan usikakan orang lain termasuk orang tuanya.

Nah lalu sekarang bagaimana dengan Arjuna yang sudah terlanjur jatuh cinta? apa dia akan mendapat balasan cinta dari wanitanya? atau mungkin dia justru mendapat perlakuan sama seperti dulu Naila? Apa Naila bisa kembali ceria?

To Be Continue....

Terlambat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang