satu

0 0 0
                                    

Assalamualaikum para kaum pembaca yang sedang menghibur diri dengan cerita inii!!

~selamat membaca ~

Juni baru saja menghampiri hari ini.
Tiara bergegas menyalakan motornya namun, kesialan menimpanya.

Motor beat kesayangannya tak juga menyala. Tiara mencoba menstandar dua motornya dan menstaternya tapi, tak juga menyala.

Bengkel.
Hanya itu yang bisa membantunya saat ini. Tiara mendorong motornya keluar dari pekarangan rumahnya.

Empat rumah dari sini ada sebuah bengkel tapi, Tiara sangat ragu untuk kesana. Sang pemilik bengkel yang dulunya sangat ia puja itu sudah tak begitu ia pedulikan.

Tak peduli dengan kejadian itu, Tiara mendorong motornya.
Tak berselang lama, ia dan motornya sudah sampai di bengkel.

Tiara duduk, mengatur pernafasannya yang masih ngos-ngosan itu.

"Motornya rusak kenapa, Mbak?," Rio,  salah satu pekerja bengkel itu menghampirinya.

"Gak tau, Yo. Gak bisa nyala tadi. Padahal sudah ku stater loh," Tiara memandang pias motornya.

Rio mengaguk dan segera mempersiapkan alat apa saja yang sekiranya dapat membantunya menyalakan motor sang pelanggan.
"Mau nunggu apa ditinggal aja nih, Mbak?," Rio berjongkok dan memulai kerjanya.

"Ku tinggal aja. Bentar sorean ku ambil yah?," Tiara segera memesan ojek online. Acaranya sungguh tak bisa ditunda.

"Margo, ke rumah Pak Kenan, sekarang. Mobilnya gak bisa nyala,"

Deg.

Kesialan yang kedua.
Tiara benar-benar ingin menghilang sekarang juga. Suara ituu.
Ah, sial. Grabnya juga masih 4 menitan baru sampai.

Sial.
Sial.
Sial.

"Bisa ikut saya sebentar?," Kesialan yang ketiga. Tiara merutuk Abang grabnya. Lama sekali datangnya?

"Tiara Cendrasita, apa bisa kita bicara sebentar?," Dewangga mencekal tangannya. Dan sial, bukannya menjauh atau menampar Dewangga, Tiara bahkan membiarkan Dewangga memegang tangannya. Nyaman.

*****

"Saya mau tanggung jawab, terlepas dari setuju tidaknya kamu. Saya mengaku saya bersalah. Dan kata maaf mungkin tidak bisa menggantikan kamu yang sebelumnya. Atau menjadikan hubungan kita baik-baik saja seperti sedia kala," Dewangga memandangnya lekat.

Ada rasa bersalah yang begitu kuat.

"Saya tidak mau menunda banyak waktu untuk menunggu persetujuanmu. Jadi, siapkan dirimu besok, kita akan berangkat ketempat orang tuamu," Dewangga menghela nafas. "Saya mohon,"

Tiara menggeleng. Ini enggak seharusnya terjadi. Tiara berusaha melupakan itu untuk beberapa waktu ini.

Sulit.

Mana mungkin ia berani membawa seorang laki-laki dirumah orang tuanya? Mau cari mati dia? Dia saja dilarang berpacaran, apa lagi ini, mau langsung diajak menikah sedang ia belum menyelesaikan kuliahnya?

Apa? menikah?
Apa benar itu, yang dijanjikan Dewangga padanya?

"Maaf Mas, gue bener-bener udah lupain itu. Jadi, tolong mas, enggak usah memperkeruh ini lagi," Tiara hendak pergi sebelum tangannya lagi-lagi dicekal oleh laki-laki didepannya ini.

Dewangga memandangnya, dalam.
Ada banyak maaf yang harus ia ucapkan. Tapi, dari pada hanya mengucapkan maaf  ia lebih memilih dengan tindakan pasti untuk kejadian itu.

Laki-laki harusnya membuktikan semuanya dengan tindakan. Bukan dengan omong kosong semata.

"Mas, aku enggak mau menerima pertanggung jawaban apapun dari,  Mas. Cukup menjauh dan bertindak seolah-oleh ini memang enggak pernah terjadi. Jadi, aku mohon, berhenti buat jadi pahlawan kesiangan disaat semuanya memang salah, Lo," Tiara pergi, pintu terbanting keras karenanya.

Dewangga membeku.

Pahlawan kesiangan katanya?

Terserah Tiara mau berkata apa yang jelas, sekali ini salahnya, ia akan tetap bertanggung jawab atas semua konsekuensinya. Ia tak mau di cap pengecut. Dan ia juga bukan laki-laki pecundang yang akan lari dari tanggung jawabnya.

Laki-laki dan segala tindakannya.

~bersambung~

Lo hallo halllo
Mohon vote dan komentarnya ya para pembaca 😜🤟🏻🤟🏻🤟🏻🤟🏻🤟🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rasaku Dan Cintamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang