Prolog

4 0 0
                                    

Baru saja pagi namun kini matahari terbenam lagi, mewarnai langit dengan palet warna-warni yang memukau. Di antara keramaian kota yang sibuk, Emma berjalan sendirian di sepanjang jalan berbatu dengan langkah yang cepat. Rambut cokelat sebahunya berkibar lembut oleh angin sepoi-sepoi yang menyapu wajahnya.

Bertumpu pada kebingungan, ia melangkah maju pada sebuah toko antik yang dikelilingi oleh bau cat dan debu tua. Di sana, di antara rak-rak yang dipenuhi dengan barang-barang peninggalan masa lalu, Emma menemukan sebuah buku tua yang tersembunyi di balik tumpukan barang lain. Sampulnya sudah usang dan berdebu, tetapi halaman-halaman didalamnya masih berseri dan tak terjamah.

Dengan penuh rasa ingin tahu, Emma membuka buku tersebut. Dari halaman pertama, kata demi kata ia baca. Seperti terkena sihir, Emma menjadi sangat tertarik dengan cerita romansa tokoh yang tidak nyata. Sebelumnya ia hanya menyukai buku non fiksi yang menyebarkan pengetahuan. Namun kini, seolah berubah. Perempuan itu asik menyenderkan bahunya pada sebuah dinding toko.

"Cinta adalah sesuatu yang tak bisa diprediksi. Kadang-kadang, saat bintang bersatu, kita menemukan cinta dalam cara yang paling tak terduga." Emma tersenyum, kata dan kalimat dalam buku tersebut begitu sangat memikat hati. Segera ia bawa ke kasir dan membayarnya dengan cepat.

Kini,matahari sudah terbenam sepenuhnya. Emma meninggalkan toko antik itu denganhati yang berdegup kencang. Dengan buku ditangannya, ia melangkah pulang dengan perasaan asing yang kini hadir setelah ia membaca buku itu. Seolah akan ada sesuatu yang akan lahir dalam hidupnya. Namun, entah. Perasaan itu tak terjemahkan. Namun, ia yakin akan ada keajaiban yang muncul dari sudut-sudutkehidupannya. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Art of SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang