Chapter 01

594 37 6
                                    

Jadi pemimpin itu sulit. Terkadang, Hongjoong heran kenapa dia bisa terpilih jadi pemimpin. Lima tahun lalu-lebih tepatnya 2018-mereka mengadakan voting bersama staf dan manajer, lalu dia menang dari Seonghwa dengan hasil dua puluh persen lebih unggul.

Kalo dipikir-pikir, alasan member, staf, dan manajer memilihnya itu apa? Dia kurang perhatian, terlalu bekerja keras hingga jarang tertarik dengan member lain, keras kepala, sulit mengekspresikan diri, dan seenaknya. Lebih bagus juga Seonghwa, pikirnya.

Break the wall
The guerilla's
Break the wall
The guerilla's

Musik tersebut dimatikan oleh Hongjoong begitu dia sadar sesuatu. Cowok berambut oreo itu menghembuskan napas keras sambil melirik kearah cowok berkaus hitam lengan pendek yang keliatan ngos-ngosan.

“San, gue udah bilang tangannya lebih keatas sedikit, kan? Udah lima kali latihan dan lo ngulangi kesalahan yang sama terus. Lo nggak kasian sama member lain?”

Cowok berambut blonde—San—meringis. “Sorry, hyung. Gue kurang fokus. Sorry ya, gais.”

“Lo nggak ada niat untuk kasih member istirahat dulu, Joong?” Seonghwa bertanya setelah berhasil mengatur napas. Dia lanjutin omongannya, “Kita udah latihan dari pagi, lho.”

Denger itu bikin si kapten memijat pelipisnya pelan. “Comeback kita tinggal satu minggu lagi, Hwa. Kalo San terus-terusan bikin kesalahan kayak gini, gimana mau tampil di depan Atiny?”

“Atiny juga nggak akan sadar kalo San bikin kesalahan kali, hyung.” Mingi nyeletuk. Dia nggak berniat ngebela San, tapi dia capek cuy.

“Jadi, karena kalian pikir Atiny nggak akan sadar kalo San bikin kesalahan, lo semua bisa seenaknya aja latihan asal-asalan begini? Lo ngeremehin fans?”

Susah kalo udah gini. Emosi yang muncul waktu mereka lagi lelah tuh terkadang sulit dikendalikan. Takut situasi makin tak terkendali, Seonghwa mengambil alih. “Udah, kita istirahat dulu setengah jam, abis itu kumpul lagi disini.”

Para member perlahan keluar dari ruang latihan. Woyoung ngerangkul San, dan Yeosang nepuk-nepuk bahu cowok itu. Yunho juga memberi kata-kata yang baik ke Mingi untuk meredakan emosinya. Mereka saling menenangkan satu sama lain.

Seonghwa menoleh ke Hongjoong yang bermain hape di ujung ruangan. Anak itu kayaknya merajuk. “Mau ke kantin?”

Hongjoong cuma menggelengkan kepala sebagai jawaban. Kentara sekali kalau sedang ngambek. Seonghwa tau bahwa Hongjoong sangat bekerja keras di comeback kali ini. Dia tau teman sekamarnya akan menjadi sangat sensitif semakin dekatnya waktu comeback mereka.

“Americano, kan? Mau dada ayam sekalian? Nanti gue bawa kesini. Kita makan bareng-bareng.”

Masih nggak ada jawaban, tapi Seonghwa menganggap itu berarti Hongjoong menyetujuinya. Waktu tangannya mencapai knop pintu, suara Hongjoong di ujung ruangan menginterupsi.

“Es krim mint choco satu.”

.

“Kim Hongjoong itu.. hah, gue nggak bisa berkata-kata.” Sedari tadi, San nggak berhenti ngedumel saking kesalnya. Dia melahap eskrim mint choco ke mulutnya sebelum lanjut ngomong. “Dia mau tangan gue sampe keatas mana, sih? Langit?”

Yeosang tertawa kecil. Tapi langsung diem denger Woyoung berdecak. “Gue juga agak kesal sih. Padahal dia sendiri nari free style. Tapi selalu nyuruh kita untuk ngikutin koreo asli.”

“Kim Hongjoong mode leader itu nyebelin banget.”

Jongho tiba-tiba duduk disamping kursi San dan ngasih liat ponselnya yang berisi beberapa makian. Woyoung sama Yeosang udah mendekat karena kepo. “Apaan ini?”

“Hongjoong-hyung lagi dihujat sama beberapa netizen karena dianggap nggak becus jadi leader.” Si member termuda itu mematikan ponselnya dan menaruh benda tersebut ke dalam saku celana. “Banyak video yang beredar waktu dia keliatan seolah nggak peduli pas San luka, atau pas Mingi nangis.”

San mengepalkan tangan. “Netizen sialan! Hongjoong-hyung sebaik itu dibilang nggak becus jadi leader? Emangnya mereka bisa nanggung semua beban yang ditanggung sama Hongjoong hyung?!”

Tadi aja ngegibah, sekarang dibela. Ya mau gimana juga, nggak akan ada yang terima kalo temen mereka dihina begitu. Rasanya ikut sakit. San kan, jadi ngerasa agak bersalah udah ngomongin Hongjoong.

“Makanya, jangan asal kesel. Kita udah serumah selama empat tahun, jangan hancur karena hal sepele.”

Terkadang, si member termuda itu bisa keliatan lebih dewasa daripada hyung-nya yang lain.

Selesai makan di kantin, San balik ke ruang latihan kayak yang dibilang Seonghwa. Woyoung ke toilet dulu. Dia ngegigit bibir liat Hongjoong yang sibuk sama laptopnya di ujung ruangan. Mulutnya tersumpal dada ayam karena disuapi oleh Seonghwa.

Cowok itu bahkan tetep bekerja disaat mereka bisa santai beristirahat.

“Aduh, pelan-pelan dong, Hwa. Yang dimulut belum ketelen udah disuapi lagi aja.” Dia memprotes.

Seonghwa terkekeh. Cowok berambut hitam itu mengalihkan pandangannya ke pintu, tempat San berdiri. Bibirnya tersenyum kecil. Dia tau betul kalo saat ini, San pasti ngerasa bersalah. “Sini masuk, San. Hongjoong beliin eskrim mint choco buat lo tadi.”

Tuh, kalo gini kan, San makin ngerasa bersalah. Dia jalan pelan-pelan sambil nunduk kayak anak kucing. Padahal mah Hongjoong nggak merhatiin dia, tapi rasanya tetep terintimidasi.

“Hongjoong-hyung masih marah sama gue, hyung?” dia berbisik setelah duduk di sebelah Seonghwa.

Si lawan bicara menjawab, “Dia nggak marah sama lo, San. Hongjoong cuma mau yang terbaik aja untuk lo.”

“Hyuuuungg,” Cowok jelmaan kucing itu bergelayut manja ke Hongjoong. Bikin laptop yang ada di pangkuan Hongjoong bergoyang.

Si kapten ngelirik bentar, “Nanti eskrimnya keburu cair, San.”

Begitulah cara mereka menyelesaikan masalah. Tanpa perlu mengeluarkan kata 'maaf,' mereka sudah saling mengerti satu sama lain.

Semoga pertemanan ini bertahan selamanya

...

Sebenernya masih plin plan banget harus debutin book ini atau engga, tapi aku udah terlanjur post secuil ending di instagram sama tiktok ㅠㅠ

Ayo berdoa bersama semoga aku bisa nyelesain book ini sambil dengerin micinpom

Still AliveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang