Part 3

9 1 0
                                    

Setelah dengan penawaran yang diberikan oleh bang Bonar, Andre pun meminta waktu kepada bang Bonar untuk memikirkan persyaratan itu, tentunya ini pinta dari Arga sendiri.

Kini, mereka sudah berada di kampus lagi seraya memikirkan apakah harus menerima tawaran itu atau tidak.

Di area taman kampus inilah Arga mondar-mandir dengan raut wajah kebingungan serta Andre yang juga jadi ikutan bingung dan pusing.

Padahal masalah siapa sih sebenernya wkwk.

"Udah sih Ga terima ae," ujar Andre akhirnya.

"Ya masalahnya nggak mungkin Ndre. Nggak Mungkin." Tegas Arga dengan berkacak pinggang lalu kembali mengigit kukunya.

"Ya terus lo mau gimana ha? Lo ada cara lain nggak?coba gue tanya." Ucap Andre dengan melihat Arga mondar-mandir lagi dan lagi.
"Nah, bingung sendiri kan lo."

Untuk kesekian kalinya, Arga mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

"Kalo menurut gue sih sekarang ini, ini satu-satunya jalan buat nyelametin lo. Mau lo nggak kuliah lagi? Noh jualan siomay lo di depan sono gih gue sih ogah," ucap Andre mengingatkan Arga panjang kali lebar.

Arga tampak berpikir keras.

"Hhh mikir kan lo, coba lo bayangin kalau sampai bokap nyokap lo tau dipecat lo jadi anak. Belom lagi kalau si Febby tau bisa jadi lo-"

"Arga."

Arga pun melihat ke arah sumber suara dan jelas itu suara Febby.

"Panjang umur kan." Ujar Andre dengan mengalihkan pandangannya.

"Jangan sampai dia tau," bisik Arga pada Andre.

"Aaa gue bilangin." Balas Andre dengan meregangkan kedua tangannya tanda lelah menghadapi sohibnya itu.
"Eh hai Feb," sapa Andre basa basi.

"Hai Ndre." Balas Febby dengan melirik Andre sekilas lalu melihat Arga dan memegang lengan kiri Arga.
"Arga, sayang kamu kemana aja sih? Aku telfonin kamu dari tadi handphone kamu nggak aktif."

Terlihat Arga tampak berpikir untuk mencari alasan.
"Nggak aktif? Oh lowbat sayang maaf aku lupa ngecas maaf maaf."

Andre yang melihat temannya itu berbohong pun hanya bisa mengejek dengan memalingkan wajahnya.

Febby mengganguk mengerti.
"Hmm, aku mau minta tolong sama kamu."

"Tolong apa?" tanya Arga tanpa curiga.

Febby menghembuskan napasnya dengan kasar.
"Aku tadi abis dari bagian administrasi kampus, terus aku terancam nggak bisa kuliah lagi. Soalnya aku udah 6 bulan, aku udah 6 bulan nggak bayar uang kampus dan papaku lagi nggak jalan bisnisnya jadi aku nggak mungkin minta sama papaku."

Ukhuk ukhuk

Mendadak Andre tersedak begitu saja, tidak lain tidak bukan pasti karena mendengar cerita dari pacar sohibnya itu padahal tanpa Febby sadari, pacarnya juga sebenarnya mengalami hal yang sama.

Arga pun semakin dibuat bingung sekarang, kembali ia mengigiti kukunya.
"E-eeh gitu ya."

Febby mengangguk lemah.

Setelah beberapa detik kemudian, Arga memegang kedua pundak Febby.
"Nggak usah khawatir sayang yah, nggak usah dipikirin. Minggu depan aku bayarin uang kuliahnya yah. Kamu itu harus tetep semangat buat kuliah."

Wajah Febby pun sumringah bukan main. "Aaa makasih sayang. Makasih banyak ya." Ujarnya dengan memeluk lengan Arga dari samping.

"Iya iya." Jawab Arga antara semangat dan lesu lalu ia melirik Andre di sebelahnya.

"Au ah. Ngantuk gue." Timpal Andre bohong padahal makin frustasi.

°°°

Keesokan harinya di cafe yang sama, Arga dan Andre kembali bertemu dengan bang Bonar.

Setelah mengetahui bahwa Febby juga akan terancam tidak bisa kuliah lagi, barulah Arga dengan amat terpaksa mengikuti persyaratan itu.

Kini, mereka sudah tiba di cafe tersebut dan sudah duduk di sudut tengah cafe dengan Arga dan Andre yang duduk bersebelahan sementara bang Bonar duduk di hadapan Arga.

Sekilas terlihat di atas meja sudah ada 3 minuman dan sebuah map yang berisikan kertas serta bolpoin tentunya.

Arga yang melihat bang Bonar menyodorkan map itu pun lantas bertanya dengan polosnya.
"Kok pakai ginian segala bang?"

"Heh, bodo kali kau! Kau itu pinjem uang sama aku dan nominalnya tidak sedikit bukan pinjam chargeran. Ya haruslah kau tanda tangan diatas materai 12 ribu. Paham kau." Ujar bang Bonar dengan raut wajah kesal.

"Kok 12 ribu bang? Biasanya kan 6 ribu," protes Arga lagi.

Andre yang melihat sohibnya itu pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Mau ku tambahin lagi 6 ribu hee," sentak bang Bonar emosi.

Arga dan Andre saling melirik dengan Arga yang kembali lagi bimbang dan seperti tidak yakin dengan keputusan yang akan ia ambil saat ini.

"Mau atau tidak? Atau kita batalkan saja ha," ujar bang Bonar memastikan.

"Ee-ee bentar bang." Pinta Andre dengan tertawa yang tidak enak. "Temen saya suka gini bang, kadang suka bingung."

Andre pun mendekati Arga seraya membisikkan sesuatu.
"Udah lo tinggal tanda tangan aja ribet amat sih."

"Lo enak ngomong doang." Timpal Arga kesal.

"Eh yang butuh duit siapa?" tanya Andre tak terima.

"Ya tapi kan masih ada cara lain, nggak harus begini kan," jawab Arga lebih tak mau kalah.

"Gue cuma ingetin lo doang," celetuk Andre pelan dan geram.

"Ingetin apaan, ini namanya ngejerumusin gue. Seneng kan lo sekarang posisi gue sekarang kayak begini seneng kan lo?" Hardik Arga dengan nada sedikit tinggi.

"Kok ngejerumusin, eh gue mau nolongin lo." Sahut Andre juga dengan nada tinggi.

"Nolongin, nolongin apaan, kayak begini caranya." Timpal Arga makin tak terkendali.

"Ya lo minta bantuan sama gue." Bela Andre akhirnya karna memang dari awal Arga yang minta tolong padanya.

Bang Bonar yang memperhatikan perdebatan 2 sejoli ini pun dibuat bingung dan sontak emosi kembali.
"Udah ngobrolnya hah?"

Akhirnya Arga dan Andre pun sama-sama diam setelah melewati perdebatan yang cukup alot ini.

"Mau atau tidak?" Tanya bang Bonar dengan penekanan.

"Serah lo." Celetuk Andre pasrah.

TBC

Hai-hai semuanya, gimana nih sama part ini suka nggak wkwk

Kasian ya si Arga kayak buah simalakama🤣betewe jangan lupa vomennya ya selalu🥰

Okidi, see you next part💋ikutin terus ya kelanjutan ceritanya jangan sampai ketinggalan babayy👋

Salam author

Ichaa

KEPENTOK CINTA SEMENTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang