Part 2

11 1 0
                                    

Di cafe yang bernuansakan estetik dengan warna cream inilah tempat bertemunya Arga maupun Andre dengan teman kenalannya Andre.

Walau sebelumnya mereka berdua sempat cekcok karena tiba-tiba saja Arga berubah pikiran, tapi mau tidak mau Arga terpaksa mengikuti saran dari sahabatnya itu. Tidak ada pilihan lagi baginya saat ini apalagi waktu yang diberikan hanya tinggal sisa 1 minggu. Arga sendiri pun tidak yakin bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Pikiranya akan tidak bisa kuliah lagi, selalu terngiang-ngiang dikepalanya karena jika itu sampai terjadi bisa-bisa ia ditendang dari rumahnya.

Kini, di sisi tengah cafe itu terlihat seorang pria berkepala botak dengan memakai kalung dan gelang sedang duduk dan seperti menunggu seseorang.

Andre yang melihatnya pun sontak menegurnya karena memang sudah mengenalinya.

"Bang Bonar." Panggil Andre melambaikan tangannya.

Yang dipanggil pun menoleh dan memberi isyarat untuk mereka menghampirinya.

Andre pun berjalan sedikit lebih maju daripada Arga yang dimana cowok itu masih terlihat gelisah.

"Eh Andre, lama kali kau." Timpal bang Bonar sedikit kesal.

Andre menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Maaf bang, biasa macet."

"Ya sudah, jadi ada apa ini?" Tanya bang Bonar langsung dengan menatap lekat Andre.

"Gini-gini bang, sebenarnya yang mau pinjem uang itu bukan saya. Tapi temen saya bang. Kenalin bang namanya Arga." Jelas Andre dengan menunjuk Arga layaknya memperkenalkan.

Arga pun mengangguk.
"Arga bang."

Bang bonar pun berdalih menatap Arga dengan tatapan seksama dan cukup lama.

Beberapa menit kemudian ...

"Boleh, tapi ada syaratnya." Ujar bang Bonar akhirnya dengan sedikit tersenyum.

"Syaratnya apaan bang?" Tanya Andre sedikit bimbang.

Bang Bonar menunjuk Arga.
"Kau."

Arga menunjuk dirinya sendiri lalu memastikan apakah benar dirinya yang ditunjuk itu.

"Iya, harus mau jadi pacar sementara adikku." Pinta bang Bonar menunjuk-nunjuk Arga.

Shitt

Arga pun reflek menolak dengan menggelengkan kepalanya cepat.
"NGGAK MUNGKIN," tegas Arga.

"MUNGKIN," balas bang Bonar lebih tegas. "Eh tapi terserah, kalau memang kau tak mau, aku tak memaksa hhh terserah."

Arga maupun Andre sama-sama menatap sesekali satu sama lain dengan wajah kebingungan.

"Gini-gini bang, ee-ee sebenernya maksudnya gimana nih bang? Pacaran sementara gimana bang?" tanya Andre memastikan.

Bang bonar pun beranjak berdiri, kemudian mendekati Andre maupun Arga.
"Jadi begini, aku punya adik Perempuan, namanya Tika. Nah aku tak pernah melihat dia pacaran atau dekat dengan laki-laki. Sementara-"

"Jodohin aja sama orang lain." Potong Arga cepat hingga membuat bang Bonar menutupi mata kanannya dengan jari telunjuknya.

"Diam kau, kalau aku lagi bicara tak boleh kau memotongnya. Paham kau." Sarkas bang Bonar dengan menepuk pelan pipi Arga.

Andre pun menyenggol lengan Arga dengan tatapan kesalnya.
"Kebiasaan lo."

"Udah dibilang kan, gadein motor." Bisik Arga dengan sedikit mendekat ke Andre.

"Sementara, nenekku sakit-sakitan karena dia sudah tua dan dia ingin melihat cucunya yang perempuan punya pasangan atau pacaran. PAHAM?" tanya bang Bonar dengan penekanan.

Andre menoleh ke Arga.
"Paham nggak lo?"

Semakin tak mengerti, Arga pun menggeleng dan memberi kode agar Andre menanyakan kembali maksudnya apa.

"Bang, sebenernya saya nggak paham sih bang. Ini maksudnya sekarang ini temen saya ini disuruh pacaran sama adiknya abang sampai nenek abang meninggal gitu?"tanya Andre ngasal.

'Bego,' rutuk batin Arga kesal.

"MAK." Kaget bang Bonar hingga melotot memandangi Andre maupun Arga yang sudah keburu kesal dari tadi.

Arga pun menyenggol siku Andre dan memberikan kode lagi untuk meralat pertanyaanya.

"Eh eee maksudnya sampai nenek abang sembuh?" Tanya Andre gelagapan.

"HAA." Jawab bang Bonar seraya mengangguk.

"Oh ya ampun kirain bang." Ujar Andre lalu menoleh ke arah Arga dan membisikkan sesuatu. "Kalo sampai neneknya sembuh mah aman. Nenek-nenek kan masuk angin doang 3 hari juga sembuh. Udeh terima aja."

"Sutt heh, berputar kau." Pinta bang Bonar menunjuk Arga.

"Putar," tambah Andre.

Arga pun menuruti dengan berputar pelan. Walaupun masih dalam keadaan bingung.

"Belakang sih masih aman bang." Ucap Andre layaknya seperti mempromosikan barang.

"Sialan emang gue barang." Celetuk Arga pelan.

Hingga akhirnya kembali di posisi awal.

"Nah cakep ini." Ujar bang Bonar dengan menunjuk Arga.

"Iya lumayan," tambah Andre meyakinkan.

"Heh, selfie dulu lah kita. Aku belum selfie ini." Ajak bang Bonar dengan merogoh ponsel di celananya.

"Noh selfie." Pinta Andre dengan menyenggol siku Arga.

"Hayo hayo hayo." Ajak bang Bonar lalu ia membelakangi Arga dan Andre dan menjauhkan ponselnya untuk berfoto. Lalu ia pun melihat Arga dengan raut wajah yang tidak karuan lagi.
"Senyum kau, jangan tegang gitu muka kau." Kesal bang Bonar menepuk pipi Arga.

Akhirnya Arga pun menuruti perkataan bang Bonar walaupun dengan senyum terpaksa tapi ini masih lebih mendingan daripada yang tadi.

TBC

Hai-hai semuanya, gimana nih ceritanya?semoga pada suka ya😍

Oh ya, jangan lupa vomennya selalu karena itu berguna banget buat author amatiran kayak aku hehe😂

Okidi, see you next part💋ikutin terus ya kelanjutan ceritanya jangan sampai ketinggalan babayy👋

Salam author

Ichaa

KEPENTOK CINTA SEMENTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang