01. Jasad tanpa darah

579 96 12
                                    

•••
Tokyo diguyur hujan lebat beberapa hari terakhir. Beberapa orang harus tetap keluar untuk bekerja, meski harus menerjang cuaca yang begitu dingin dan basah.

Meminum kopi hitamnya pelan, lelaki itu sesekali menghembuskan asap rokok dari belahan bibirnya yang tipis. Tatapan setajam elang itu menatap ke bawah, air hujan sedikit mengenai wajahnya yang tegas dari balik kaca jendela yang terbuka.

Ia termenung.

Sudah berapa lama kiranya?

Satu tahun?

Dua tahun?

Tidak, yang pasti sudah lebih dari itu.

Pintu di belakangnya terbuka tak membuat lelaki itu menoleh, ia tetap menatap rinai hujan dengan rokoknya yang masih tersisa setengah.

"Yo, Ketua."

Sasuke hanya menatap lewat ekor matanya. Itu salah satu anggotanya, Nara Shikamaru. Lelaki dengan kuncir ikat tinggi itu meraih gelas kopi dan mulai membuat kopinya sendiri, tentu kopi hitam juga.

Suasana masih hening, hanya suara air panas yang terjun ke dalam cangkir Shikamaru, berikut hembusan dalam napas Sasuke, Uchiha Sasuke lebih tepatnya.

Seorang ketua kepolisian divisi forensik. Lelaki dingin tak tersentuh, tidak punya teman. Ia menganggap beberapa orang di sana hanya sebagai rekan kerja, anggota, atasan dan bawahan. Tidak lebih. Karena sikapnya itu, semua anggota di sana sangat sungkan padanya.

Bagaimana tidak? Entah mengapa, sosok Uchiha Sasuke dengan tubuh tinggi, berat badan yang begitu ideal sebagai anggota kepolisian, wajah yang tidak perlu ditanya lagi ketampanannya, perangainya yang dingin tanpa banyak basa-basi, tegas dan tatapannya yang begitu mengintimidasi siapa pun yang menatapnya.

Semua hal itu membuat semua orang di sekitarnya seolah berada di ruang interogasi. Beberapa orang heran, mengapa Sasuke berada di divisi forensik? Padahal aura lelaki itu lebih cocok di divisi interogasi atau yang lainnya.

Shikamaru menghirup aroma kopinya sesaat sebelum meminumnya, ia berbalik menyandar pada pantry. Menatap punggung Sasuke yang masih setia dengan posisinya di dekat jendela.

Ia telah bekerja di bawah Sasuke sekitar kurang lebih tiga tahun. Tak ada keluhan yang ia rasakan dengan posisinya, ia cukup merasa cocok dengan atasannya itu. Meski sangat dingin dan beraura misterius, Sasuke tetap lelaki hebat menurutnya.

Di setiap situasi di lapangan, Sasuke begitu tangkas dan lugas dalam menyelesaikan tugasnya. Setiap ucapan singkat yang disampaikannya, cukup bisa ia mengerti.

Satu yang Shikamaru sukai dari ketuanya, yaitu tak banyak bicara omong kosong dan hanya fokus pada pekerjaan.

Ia masih menatap Sasuke dari balik gelas kopinya. Entah hanya perasaannya saja atau memang terkadang aura Sasuke begitu ... entahlah, sulit untuk ia menjelaskannya.

Sasuke mematikan sisa rokoknya, ia menutup jendela dan berbalik. Meraih gelas untuk menuangkan air putih dan meminumnya.

"Apa itu sudah selesai?" Sasuke menatap Shikamaru lurus-lurus.

Tanpa bisa dipungkiri, perasaan terintimidasi kini hinggap di seluruh tubuh Shikamaru, ia berusaha bersikap santai namun tetap sopan di depan ketuanya. Ia meletakkan cangkir di meja dan balas menatap Sasuke.

Ia menghela napas panjang, "mau dilihat dari sisi manapun, saya tidak bisa menemukan penyebabnya," Shikamaru menatap Sasuke ragu-ragu, "tapi, setelah saya teliti beberapa hari ini, ada satu hal yang saya pikirkan."

"Apa itu?"

"Mungkin 'kah ... perbuatan semacam makhluk mistis?" Shikamaru terlihat agak cemas melihat Sasuke yang hanya diam.

MOONLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang