Di suatu pagi yang cerah, matahari mulai menunjukkan sinarnya. Sisa aroma hujan nan teduh terasa menyegarkan saat bercampur dengan sinar mentari. Suasana yang tepat untuk menggambarkan kegembiraan setelah gemuruh melanda disepanjang malam.
Namun nyatanya, hal itu tidak berlaku di sebuah sekolah yang ada di Pekanbaru. SMPN 23 PEKANBARU, salah satu sekolah di kota itu yang baru saja memulai kegiatan belajar setelah libur dalam jangka waktu yang lama.
Jam sudah menunjukkan pukul 06.59 WIB, yang artinya hanya tersisa satu menit sebelum bel masuk berbunyi.
Dengan langkah tergesa-gesa, para siswa berjalan menuju gerbang sekolah yang hampir saja ditutup oleh satpam. Macet menjadi salah satu penyebab terlambatnya mereka. Tapi tak hanya itu, terlambat bangun adalah penyebab sebagian besar keterlambatan itu. Maklum saja, ini hari pertama masuk setelah libur karena pandemi melanda negeri ini.
Tepat saat bel sekolah berbunyi, para siswa segera berhamburan menuju kelas masing-masing. Namun tidak banyak juga yang masih bermalas-malasan dan menghiraukan suara bel yang berbunyi. Contohnya saja kelas VIII B, hanya beberapa siswa saja yang sudah duduk di kursinya. Selebihnya sibuk bermain game di ponsel msing-masing.
Tak lama kemudian, wali kelas pun memasuki ruangan kelas untuk memandu kegiatan literasi. Ya, di sekolah tersebut memang menerapkan kegiatan literasi sebelum memulai pembelajaran. Siswa diperbolehkan membaca buku fiksi ataupun nonfiksi yang nantinya akan dirangkum sesuai pemahaman mereka. Kegiatan ini berlangsung dengan baik selama 15 menit. Meskipun ada beberapa siswa yang lupa membawa buku bacaannya.
Tak lama kemudian, wali kelas pun memasuki ruangan kelas untuk memandu kegiatan literasi. Ya, di sekolah tersebut memang menerapkan kegiatan literasi sebelum memulai pembelajaran. Siswa diperbolehkan membaca buku fiksi ataupun nonfiksi yang nantinya akan dirangkum sesuai pemahaman mereka. Kegiatan ini berlangsung dengan baik selama 15 menit. Meskipun ada beberapa siswa yang lupa membawa buku bacaannya.
Setelah kegiatan itu berakhir, jam pelajaran pun dimulai. Guru dan siswa sibuk memperkenalkan diri. Walaupun sudah melangsungkan pembelajaran beberapa bulan ini, tetapi mereka belum pernah bertemu tatap muka. Wajar saja, karena pandemi kegiatan pembelajaran berlangsung secara daring sehingga komunikasi mereka hanya lewat social media saja.“Selamat pagi semuanya!”
“Pagi bu,” balas para siswa serentak.
“Wah, akhirnya kita bisa bertemu tatap muka juga ya. Bagaimana, apa sudah saling kenal dengan teman-temannya?” tanya guru pada siswa.
“Belum bu.”
“Sudah bu, tapi cuma dua orang, hehe. Ani sama Budi,” balas Eko.
“Kenal nama aja buk, orang nya tidak.” Jawaban para siswa beragam, tapi sebagian besar mengaku belum mengenal teman sekelasnya.
“Baiklah, sekarang ibu mau kalian berkenalan ya, Sebelumnya nama ibu sudah tau semua kan?” tanya bu Rita, guru Matematika itu memastikan.
“Sudah bu.” Jawab siswa serentak.“Silahkan perkenalan dari kamu ya.” Tunjuk bu Rita pada Bunga yang duduk paling belakang.
“Halo perkenalkan nama ku Bunga Ayunda, salam kenal semuanya," sapanya sembari melambaikan tangan.
"Salam kenal, Bunga." Teman-temannya membalas serentak.
Perkenalan dimulai dari Bunga berlanjut hingga siswa berkaca mata yang duduk di sudut kanan paling depan. Namanya Eko. Ia adalah anak yang ceria, sedari tadi dialah paling heboh dibanding teman-temannya.
Selepas perkenalan, pembelajaran yang sempat tertunda pun dilanjutkan. Bu Rita menjelaskan materi tentang persamaan garis lurus. Siswa sibuk mendengarkan dan mencatat penjelasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Pasca Pandemi
Short StorySudah dua tahun Covid-19 berlalu, namun dampaknya masih dapat kita rasakan sampai saat ini, khususnya dalam bidang pendidikan. Dalam pendidikan, karakter siswalah yang sangat penting, tetapi bagaimana jika karakter siswa tersebut mulai rusak? NAMA :...