Haiii, sorry baru balik!
Aku habis riset soal kefarmasian dan untungnya ada beberapa temen yang paham, bahkan bekerja sebagai tenaga medis. Dan sedikit penjelasan juga ya, disini aku nggak akan bahas tentang perbedaan agama. Perihal Inez, itu ada alasan lain yang belum aku sampaikan. Pelan-pelan, okay? Tapi aku sangat berterima kasih pada beberapa pembaca yang mengingatkan untuk lebih berhati-hati.
Serius, aku berterima kasih?
Tentu saja iya.
Itu artinya kalian bener-bener baca.
Soooo, siap baca part ini?
BTW cerita Begin Again belom bisa aku munculin.
Happy reading!!!
----
"Sebenernya saya nggak enak sama Tante Ify." Faro memulai percakapan begitu Lamborghini Reventor-nya meninggalkan TK Cendana ---usai mengantarkan Eila. "Tapi bukan berarti saya terpaksa bantuin kamu," lanjutnya, melirik Nada lewat sudut mata, sedang yang dilirik benar-benar menoleh ke arah pria itu. "Saya memang pemilik Mahesa Hospitals Group, tapi saya juga nggak bisa sembarangan bukain pintu, karena semuanya ada tata caranya masing-masing."
Nada paham maksud Faro. "Saya pun menghargai Mami, Mas."
"Tante Ify memang orang baik," aku Faro, tersenyum kagum. Ia tolehkan kepala menatap manik mata Nada sejenak lalu kembali fokus ke depan. "Keluarga saya dan keluarga Janu cukup dekat, tapi karena kesalahpahaman, Janu memusuhi saya." Jeda, tarikan napas panjang terdengar berat di telinga Nada. Wanita itu menyipit penasaran. "Saya nggak bisa cerita, biar mantan suamimu sendiri yang menjelaskan."
Gurat kepo di wajah Nada berganti kecewa. Janu tidak mungkin menceritakan tentang keluarganya. Toh, Nada berinteraksi dengan pria itu karena Eila. Karena makhluk kecil yang mengikat keduanya hingga detik ini. Jika tidak ada Eila diantara mereka, mungkin mereka hanya sepasang asing yang pernah memaksa menjadi saling.
"Oh ya ..." Suara Faro terdengar lagi, membuyarkan Nada dari lamunan pahit. Wanita itu mengerjap pelan. "Omong-omong, saya bakal antar kamu ke apotek yang dikelola teman saya. Kebetulan, di sana sedang membutuhkan karyawan."
Bicara soal kefarmasian, sejauh yang Nada tahu, memang untuk bekerja di rumah sakit, tidak sembarang lulusan bisa masuk ke sana. Yang tergolong Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) minimal lulusan D3, sedang Nada hanya lulusan SMK Farmasi. Itu saja bisa tamat SMK sudah bagus. Dan sekalipun Nada mengenal orang dalam, bahkan pemilik rumah sakit, tak lantas membuatnya bebas masuk tanpa prosedur.
"Tapi kamu jangan tersinggung dulu ya?" Faro meneruskan.
Disambut tawa pelan Nada, kepalanya menggeleng. "Saya ngerti, Mas."
"Eh iya, bentar." Faro meraih ponsel yang tergeletak di dashboard, lalu menyerahkannya pada Nada. "Tulis dan simpan nomormu."
"Hm?" Nada menautkan alis bingung.
Faro menoleh lagi dan terkekeh. Sepersekian detik kembali fokus ke jalanan. "Ada yang marah ya?"
"Eh?"
"Janu?" tebak Faro, "Tante Ify bilang dia cukup posesif sama kamu."
"Okay." Menutupi gugup ---dan tidak ingin percaya diri, Nada terima benda pipih dengan logo gigitan apel tersebut, mengetikkan nama dan nomornya, ia simpan sesuai permintaan si pemilik ponsel. Setelah itu ia kembalikan. "Sudah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Repair [TAMAT]
Romance#LOVESERIES WARNING! ⚠️ MENGANDUNG ADEGAN DEWASA ⚠️ BANYAK KATA-KATA KASAR ⚠️ DILARANG PLAGIAT ATAU MENYALIN KE PLATFORM LAIN ⚠️ CERITA INI HANYA ADA DI WATTPAD DAN KARYAKARSA [UNTUK BAGIAN FLASHBACK, ENDING, DAN EXTRA CHAPTER BISA DIBACA DI KARYAKA...