Satu

13 3 0
                                    

Asyila winata, itulah nama gadis cantik yang sedang mengetik skripsi di layar leptopnya. Ia harus menyelesaikan ujian akhir ini sebelum lulus S1. Kepalanya pusing bukan main melihat kata-kata yang ia rangkai sedari tadi di leptop. Sulit sekali baginya untuk menyelesaikan skripsi itu.

Asyila tinggal seorang diri di rumah sepetak tersebut, ayah dan ibunya telah meninggal 3 tahun lalu di kampung halaman, saat dirinya baru menjalani kuliah semester pertama di jogjakarta.

Ayahnya memiliki sakit yang sudah lumayan banyak, sehingga menjadi komplikasi dan tidak dapat di tolong lagi nyawanya. Sedangkan ibunya, meninggal karena kanker leukemia yang di milikinya sedari masih muda.

Kepergian kedua orang tuanya tersebut sempat membua kehidupan Asyila hancur berantakan, ia sembatang kara sekarang, dan tinggal di perantauan seorang diri.

Tapi, dirinya tak mau terlalu berlarut-larut dalam kesedihan itu. Asyila tak terlalu pusing mengenai biaya kuliahnya, karena dirinya juga bekerja untuk membayar semua kebutuhannya sedari awal dirinya merantau ke sini.

Balik lagi ke keadaan Asyila, wajahnya kelihatan lelah, mata panda nya mulai kelihatan jelas. Dirinya mengantuk sekarang, bagaimana tidak, dirinya sudah duduk di kursi belajarnya selama 4 jam non stop, dan kini jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari.

"Kapan sih selesainya" ujar Asyila sembari mengucek-ucek matanya yang pedas, mencoba menghilangkan rasa kantuk.

Ponselnya tiba-tiba berdering, nama kekasihnya terpampang jelas di sana.

Mas Aldi is calling...

Asyila pun mengangkat telpon tersebut sembari menghentikan aktivitas yang sedari tadi sibuk bergulat di hadapan leptop tersebut.

"Halo, ada apa mas nelpon malam-malam gini"

"Kamu belum tidur la?"

"Belum mas, masih belum selesai skripsinya"

"Lanjutin besok aja la, kamu udah makan belum?"

"Belum mas, nanti aja nunggu selesai. Nanggung banget kalo di lanjutin besok"

"Mas ke sana ya, Kamu mau makan apa, nanti mas bawain ke sana"

"Eh ngapain udah malem, aku bisa goreng telur di sini mas. Udah mas tidur aja, kan besok juga mas kerja kan"

"Udah gak pa-pa la, mas ke sana ya bawa makanan, bunda juga ada masak rendang tadi nanti aku bawain"

"Ya udah mas, hati-hati ya"

"Iya la"

Telepon itu pun berakhir. Asyila melanjutkan lagi skripsinya. Sekitar 15 menit kemudian, pintu rumahnya di ketuk beberapa kali.

"Itu pasti mas Aldi" monolog Asyila sembari beranjak dari kursi belajarnya dan membuka pintu.

Dan benar, saat pintu di buka ada mas Aldi yang menentang keresek yang lumayan besar.

"Masuk mas" ujar Asyila sembari mempersilahkan Aldi masuk.

Mereka berdua duduk di kursi ruang tamu, Asyila pamit sebentar untuk mengambil piring dan air minum serta membawa leptopnya keluar untuk di kerjakan di ruang tamu saja bersama Aldi.

"Belum selesai skripsinya?" Tanya Aldi sembari membuka keresek berisi rantang makanan.

Asyila mengangguk. "Iya mas, masih lumayan nih"

Mas Aldi pun mendekat ke arah Asyila untuk melihat layar leptop tersebut. "Kamu makan dulu, sini mas coba lanjutin"ujar Aldi sembari menggeser leptop agar mendeka ke arahnya.

"Gak usah mas, nanti aku lanjutin besok aja"ujar Asyila sembari mengambil makanan ke poringnya dan melahabnya.

"Ya udah, mas liat dulu ya kekurangannya" ujar mas Aldi sembari mengscrool ke atas skripsiku.

"Iya mas" ujar Asyila sembari melahap makanan itu.

"Mas, besok jadi rapat di sekolah?" Tanya Asyila

Aldi yang masih fokus ke arah leptop pun mengangguk mengiyakan. "Iya, besok katanya bakal ada tamu yang Dateng ke sekolah, mas juga gak tau itu tamu dari mana" ujar Aldi.

"Ini ada kata-kata yang salah, mas ganti ya" ujar Aldi sembari mengetik di leptop tersebut.

Asyila mengangguk saja, ia percaya kepada Aldi untuk urusan seperti ini. Karena Aldi juga pernah mengalami fase seperti ini beberapa tahun lalu tepatnya pada saat Aldi kuliah. Sekarang Aldi sudah menjadi guru ekonomi, mengajar di sekolah menengah atas (SMA).

"Mas gak makan?" Tanya Asyila

"Kamu makan aja dulu, nanti mas makan" ujar Aldi yang masih fokus membaca isi skripsi kekasihnya.

"Sini aku suapin aja mas" ujar Asyila sembari menendokan nasi dan mendekatkannya ke arah mulut Aldi.

Aldi beralih menatap Asyila yang tersenyum ke arahnya, ia juga tersenyum dan melahab suapan Asyila.

"Kamu tambah cantik" ujar Aldi sembari menatap Asyila yang tersenyum kepadanya.

Asyila terkekeh melihat tatapan Aldi kepadanya. "Mas bisa aja"

Aldi lalu meletakan leptop tersebut agar menjauh darinya dan Asyila, lalu duduk menghadap Asyila yang sedang mengunyah makanan.

Aldi mengambil piring yang ada di tangan Asyila. Lalu menyendokan nasi ke mulut Asyila.

"Mas janji bakal nikahin kamu tahun depan Asyila" ujar Aldi sembari menatap lekat kepada Asyila.

Asyila pun menghentikan kunyahannya dan menelan nasi tersebut. "Mas janji kan?" Tanya Asyila lagi.

Aldi mengangguk mantap. "Iya mas janji, tunggu kamu lulus kuliah, setelah itu kita bakal urusin rencana pernikahan" ujar mas Aldi.

Asyila menjadi terharu mendengar ucapan dari Aldi. "Mas, makasih ya udah ada di samping Asyila sampe sekarang, Asyila gak tau lagi mas, kalau gak ada mas di samping Asyila selama ini" ujar Asyila dengan mata yang berkaca-kaca.

Buliran bening tersebut pun jatuh tanpa permisi di mata Asyila. Aldi segera menghapusnya. "Jangan nangis, mas gak suka liat kamu nangis" ujar Aldi lembut kepada Asyila.

"Mas satu-satu orang yang Asyila punya sekarang, Asyila gak punya orang lain selain mas di hidup Asyila. Jangan pernah tinggalin Asyila ya mas?" Ujar Asyila sembari menatap Aldi dalam, seolah-olah tak mau kehilangan laki-laki di hadapannya ini.

Aldi pun memeluk tubuh kecil milik Asyila dengan erat. "Mas janji, mas janji gak bakal ninggalin Asyila. Mas juga janji bakal selalu ada di sisi Asyila apapun masalahnya. Kamu jangan khawatir, mas ada di samping kamu selamanya" ucapan Aldi dengan mantap dan menjanjikan itu kepada dirinya sendiri.

Asyila menangis mendengar ucapan itu, ia terharu bisa punya sosok laki-laki seperti Aldi di hidupnya. Semenjak tidak adanya orang tua ia hanya punya Aldi seorang.

Pelukan itu lumayan lama kemudian terlepas. Mereka Merasa saling menyayangi dan berharap niat baik dan suci itu akan benar-benar terjadi.

"Mas pulang atau nginap di sini?" Tanya Asyila sembari menghapus jejak air mata yang masih ada di pipinya.

"Mas pulang aja la, besok juga mas kerja, nanti susahh pulangnya" ujar Aldi sembari beranjak dari kursi mengambil tas yang ia bawa tadi.

"Iya mas, hati-hati ya pulangnya, kalau dah sampe kabarin" ujar Asyila sembari mencium punggung tangan Aldi lalu mengikuti laki-laki itu keluar rumah.

Aldi pun menaiki motor besar miliknya, lalu melambaikan tangan kepada Asyila.

"Mas pulang dulu ya Asyila, kamu di rumah baik-baik aja ya" ujar Aldi sebelum meninggalkan perkarangan rumah.

Asyila mengangguk mendengarkan ucapan mas Aldi. "Iya mas, hati-hati ya" ujar Asyila dan di angguki oleh Aldi. Motornya melesat keluar dari perkarangan rumah Asyila.

After you goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang