Happy reading, jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini ke teman-teman kamu, ya 🤍🫶
Terima kasih, Bray
᭝ ᨳଓ ՟
0
2: Selamat Berpisah, SMANSA
Kita tak bisa menghindari yang namanya perpisahan. Sebab, adanya perpisahan mengajarkan kita untuk tetap menghargai setiap momen. — Haikal Pramudya
DI sudut kota yang selalu sibuk, di mana deru mesin dan klakson kendaraan seakan tak pernah berhenti berdiri sebuah warung sederhana yang telah menjadi tempat pertemuan ikonis bagi para penggemar roda dua. Warung itu dikenal dengan sebutan nama “Warung Turbo” tak hanya sekadar tempat makan, tetapi juga menjadi basecamp oleh geng motor bernama Clazerios.
Warung Turbo sendiri diambil karena mengisyaratkan kecepatan dan performa, hal itu sangat menggambarkan bagaimana semangat pengendara motor. Awalnya dahulu Warung Turbo ini adalah tempat makanan biasa, lalu kemudian tempat itu ditemukan Gilang hingga akhirnya dijadikan basecamp oleh Clazerios.
Setiap malam seiring dengan turunnya matahari dan menyalanya lampu-lampu di jalanan Warung Turbo mulai hidup. Deretan motor sport berjejer rapi di depannya menjadikan pemandangan yang biasa. Suara obrolan hangat dan tawa riang menyatu dengan alunan musik rock klasik yang mengalun pelan dari speaker tua di sudut ruangan.
Di dalam warung meja-meja kayu sederhana dipenuhi oleh Clazerios, dengan jaket kulit hitam berlambang kepala tengkorak. Di sini mereka tak hanya berbagi kisah petualangan di jalanan, tetapi juga cerita tentang kehidupan sehari-hari, dan permasalahan di kehidupannya yang membuatnya mereka muak.
Sang pemilik warung, Abah Dayat, adalah seorang pria paruh baya yang sudah ubanan. Usianya sudah memasuki hampir 60-tahun. Dia merasa sangat bersyukur sebab adanya anggota Clazerios di warungnya, membuatnya mampu bertahan hidup dari segi ekonomi.
Clazerios. Sebuah geng motor yang mempunyai lambang kepala tengkorak di belakang jaketnya. Sekumpulan geng motor sport yang merasa hidupnya membosankan dan penuh masalah. Sekumpulan orang-orang yang menjadikan jalanan sebagai tempat pulang mereka kala tak mendapatkan tempat pulang di rumahnya sendiri.
Clazerios sendiri didirikan oleh Gilang karena saat itu dia pikir mempunyai sebuah geng motor akan membantunya melewati semua hal, menjadikan jalanan sebagai pelampiasan atas perlakuan orang tuanya selama ini, kekecewaannya atas semua hal yang menimpa hidupnya.
Gilang Dirgantara. Seorang remaja laki-laki berumur 16 tahun dengan tubuh yang tinggi dan kurus, berdiri sekitar 175 cm. Memiliki postur tubuh yang tegak, bahu sedikit lebar, menambahkan aura kehadiran yang mencolok di keramaian. Matanya berwarna cokelat keemasan dengan sorot yang tajam dan penuh kewaspadaan. Anak buahnya sering menyebutnya sebagai “pemilik mata elang”.
Tatapannya sering kali menembus seolah-olah dia dapat melihat jauh ke dalam jiwa seseorang.Dia sendiri yang mendirikan Clazerios pada saat kelas sepuluh sekaligus menjadi ketua Clazerios. Tentunya, bukan tanpa sebab ia dipilih sebagai ketua, tetapi waktu pemilihan ketua kemampuan Gilang dalam bela diri dan menguasai motor sangat jauh dari anggota Clazerios pada saat itu.
Di sini Gilang dijuluki “Badai”. Ketangguhan dan ketegasannya membuatnya tampak abadi. Sebagai ketua, Gilang tak hanya memimpin dengan tangan besi tapi juga dengan kebijaksanaan jalanan.
Dia adalah orang pertama yang paling maju ketika anggotanya ada masalah. Gilang dikenal baik oleh anggotanya tak hanya karena keberaniannya mengambil risiko, tetapi juga karena keadilan dan loyalitasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry I Hurt You (Rewrite)
Teen Fiction❝Sepasang luka yang saling menyembuhkan atau justru saling menyakiti?❞ Coretanasa. | Sorry I Hurt You, 2022