30. Dinner

3.5K 302 118
                                    

Halo, maap baru update lagi 🙏








"Kamu yakin mantan ibu mertuamu nggak ada maunya?" celetuk Nimaz ketika Nada menggantikan baju si kecil dengan gaun pesta pemberian Ify. Muka sewot ibunya buat Nada menggersah pelan. Ia paham, mengapa ibunya bersikap demikian. Hanya saja, terkadang ibunya terlalu berburuk sangka. "Ibu sih nggak yakin ya. Orang kayak mereka, mana sudi berbaik hati sama orang miskin kalau nggak ada maunya." Menghampiri Nada yang duduk di tepi ranjang, wanita itu menjatuhkan diri di sebelahnya. "Kamu pernah dicurangi dan sekarang mau kamu ulangi?"

"Bu, aku cuma menghargai Mami aja," kata Nada.

"Nggak usah kamu sebut dia mami-mami-an segala!" ketus Nimaz, "Fals didenger."

"Eila," panggil Nada membuat putrinya menoleh. "Eila di luar dulu ya? Mama mau ganti baju."

"Iya, Ma." Eila berlari keluar.

"Bu, aku mau ganti baju dulu," izin Nada.

Nimaz bangkit, lalu menyusul Eila.

Sejujurnya Nada juga tidak ingin berurusan lagi dengan keluarga Adhiyaksa. Kalaupun Janu atau keluarga pria itu ingin bertemu dengan Eila, Nada tidak akan melarang. Tapi permintaan Ify, juga perlakuan manis wanita paruh baya tersebut, entah kenapa justru membuat Nada mengingkari kata hati. Ia merasa bahwa Ify satu-satunya anggota Adhiyaksa yang tulus. Ia bisa melihat dari sorot mata mantan ibu mertuanya serta tutur kata designer ternama itu.

Tapi ... setiap kali mengingat hubungannya dengan Janu dan status Janu dengan Inez, kadang Nada ingin berlari menjauh. Ia tidak ingin menjadi masa lalu yang mencoba mengejar. Ia tidak ingin menjadi tokoh yang seakan-akan mengemis agar bisa bersanding. Nada tidak ingin orang-orang menilainya demikian.

Tapi ...

Lagi-lagi dongengnya dilengkapi dengan kata tapi.

Takdir selalu menempatkannya di situasi tak mengenakkan.

Seperti tidak puas mempermainkannya.

Usai mengganti setelan baby doll-nya dengan dress selutut yang kontras dengan warna kulitnya, ibu satu anak itu mengikat surai hitam sepunggungnya dengan gaya jedai. Lantas melenggang keluar dan menemui si kecil yang ternyata sedang berinteraksi dengan Janu. Langkah anggun Nada terhenti kala netra beningnya bersitatap dengan iris legam Janu. Sepersekian detik, kontak mata mereka segera terputus begitu Ify berdeham keras.

"Cantik sekali kamu, Nad," puji Ify.

"Gemi, Eya juga cantiiiik!" sela Eila, protes karena tak dipuji.

"Oh iya." Ify tersenyum lebar, mengerling pada si sulung, lalu bibirnya memprovokasi sang cucu. "Coba Eila tanya ke Papa; Eila cantik nggak, Pa?"

"Tadi kata Papa, Eya cantik kayak Pincess," katanya, melirik ayahnya sekilas sambil tersenyum malu-malu. Buat Ify gemas dan akhirnya terkekeh. "Papa," panggil Eila kemudian. Janu yang berjongkol di samping anaknya menanggapi dengan sorot ada apa. "Mama cantik nggak?"

Deg!

Lagi, tatapan Nada dan Janu kembali bertemu.

Repair [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang