3. Siswi Baru

18 1 0
                                    

Selamat membaca!

Jangan lupa tinggalkan jejak ...

****

3. Siswi Baru

"Iya, karena kemeja Mario dipakai sama Rindhu!" seru Brillian tidak seheboh biasanya. Tentu saja ia juga mengerti situasi. Tapi tetap saja Rindhu merasa sangat malu mendengarnya.

Lulu, Afanda, Happy kompak membuka setengah mulut mereka. Ketiganya sama-sama melebarkan mata, kaget tentu saja.

"Pantes kayak kegedean banget. Ternyata ini kemejanya Mario!" Rindhu tersenyum kikuk. Menurutnya respon teman-temannya terlalu berlebihan.

"Kok bisa, Rin? Kok lo bisa kenal sama dia?" Afanda pun tak kalah kaget.

"Ceritanya panjang."

"Gimana kalau kita pesen makan dulu? Nanti sambil makan cerita ya, Rin! Kalian mau makan apa?" ucap Lulu.

Rindhu menggaruk tengkuknya. Tak mengerti bagaimana cara menjelaskan semuanya.

"Gue mau bakso aja deh," sahut Brillian.

"Fanda? Happy? Rindhu?"

"Samain aja." Ketiganya kompak menjawab.

"Oke, tunggu. Jangan mulai dulu ya ceritanya! Tunggu gue!" Lulu masih sempat-sempatnya berseru ketika ia berjalan ke gerobak penjual-penjual kantin.

Suasana kantin menjadi tambah ramai dengan suara bising dari sepatu-sepatu mereka. Brillian yang duduk di sebelah Rindhu bersorak girang. Melihat cogan setiap hari di sekolah adalah salah satu nikmat Tuhan yang patut disyukuri.

"Kayaknya geng Garmond mau ke sini deh!"

"Kak Mario gak ada lawan woi !"

"Kak Eric ngapain sih pacaran sama Chika? Mending sama kita!"

"Kenapa, iri lo?" celetuk Chika yang berjalan di samping Eric.

"Ada si kembar ganteng! Gak bisa bedain mana Kak Rival mana Kak Devan!"

"Kak Wahyu yuk salat, jadi imam aku!"

"Perasaan kagak ada yang teriakin nama gue," keluh Cakra yang berjalan di tengah-tengah mereka.

"Seharusnya lo bersyukur. Diteriaki anak satu sekolah selain bikin famous juga bikin kuping gue budek," ucap Wahyu malah curhat.

"Iya! Iya! Udah hafal banget gue sama dialog lo! Bersyukur!" balas Cakra kesal.

"Kak Aji awas dong! Jangan ngalangin jalan!"

"Apa? Apa? Emang kantin ini punya ombay lo?" ketus Aji tak tahu malu. Memang benar, gerbang kantin itu tertutup oleh badannya.

Rindhu mengerjapkan mata, kenapa suasana kantin mendadak jadi lebih ramai dan bising seperti ini. Brillian kembali berseru, bahkan tak sungkan untuk ikut berteriak.

"Lo tahu gak, Rin? Geng Garmond ini tuh geng paling terkenal di SMA Pelita. Diketuai sama Mario dan semua anggotanya itu terkenal ganteng-ganteng banget!" Rindhu hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Brillian.

"Tuh! Tuh! Chika lagi jalan sama Eric!" sambung Brillian menunjuk Chika dan Eric yang berjalan sebelahan.

"Itu pacarnya Chika?"

"Iya namanya Eric Afriza. Wakil ketua geng Garmond. Ganteng tapi playboy. Dia punya banyak mantan, terkenal suka mainin hati cewek gitu," bisik Brillian pada Rindhu, agar tidak ada orang lain yang mendengar.

"Oke, lanjut! Di sebelah kanan Eric itu ada si kembar. Devandro Amorshandi dan Rivaldo Amorshandi. Sama-sama ganteng banget tapi beda kepribadian. Kalau Devan itu pendiam, cool, irit ngomong. Nah kalau Rival itu humoris, periang dan mudah akrab sama semua orang. Kalau mereka lagi sama-sama diam susah banget buat dibedain," lanjut Brillian.

"Nih makanannya!" Lulu datang membawa beberapa piring bakso dibantu oleh Ibu kantin.

"Makasih, Lu," ucap Rindhu mewakili semuanya.

"Rin, lo dengerin gue gak sih?" ujar Brillian melihat Rindhu yang sedang menuangkan kecap dan saus ke mangkok bakso.

"Iya, dengar."

"Di belakang Devan, panggil aja Wahyu! Si hitam manis, lesung pipinya itu lho manis banget. Dia itu cowok idaman gue!"

"Lo masih ngecrushin dia?" celetuk Happy yang memperhatikan wajah berbinar Brillian saat melihat Wahyu.

"Iya dong! Gak ada kata mundur dalam kamus gue!"

"Ingat, lo sama dia beda agama." Happy blak-blakan, membuat ekspresi wajah Brillian berubah.

"Gue tahu! Gak usah diingetin terus kali!"

"Kayaknya dia anak baik-baik terus dia ngapain ikut geng-geng kayak gitu?" Rindhu kembali bertanya.

Nada Brillian sedikit merendah mendengar pertanyaan Rindhu. "Gue juga bingung sebenarnya."

Sampai ketika Brillian kembali berseru melihat Aji. "Nah yang badannya nutupi gerbang kantin itu, namanya Aqila."

"Cewek?"

"Aqila Restu Aji, dia punya kebiasaan kentut sembarangan. Heran gue kenapa dia bisa masuk geng Garmond," tambah Brillian.

"Udahlah Lian gak usah ngomongin mereka. Mending lo makan tuh. Bakso lo keburu dingin," potong Happy.

"Iya, iya, tanggung tinggal dua lagi Yang dibelakang Aji, Itu Cakra Gading. Asik anaknya, gak ganteng-ganteng amat sih, tapi dia jago musik!"

"Oh ya ampun! Itu tuh! Tuh!" Pandangan mereka menyapu pada seorang cowok yang baru datang dari belakang Cakra, semua anak seakan minggir memberikan jalan untuknya.

"Ketua geng Garmond! Mario Nugratama!"

Pandangan Rindhu reflek langsung mengarah pada Mario. Cepat-cepat Rindhu mengalihkan pandangannya agar Mario tidak menyadari jika ia ada di sana.

"Hayo Rin cerita!" Melihat Mario membuat Lulu kembali menagih cerita Rindhu tadi.

"Selain jadi ketua geng Garmond, Mario juga anak dari pemilik hotel Tama Royal. Hotel yang udah punya banyak cabang dari Sabang sampai Merauke!" seru Brillian lebih bersemangat.

"Hati-hati aja Rin, dia sebelas dua belas sama Eric. Nih Lulu korban terbarunya," tambah Afanda. Membuat Rindhu sedikit terkejut.

"Kenapa jadi bahas gue? Gue udah move on dari dia kali," sergah Lulu tidak terima. Saat sedang asik mengobrol tiba-tiba perhatian mereka langsung mengarah ke tempat duduk geng Garmond.

"Woy! Ngapain lo pada duduk di sini?" seru Rival tidak terima pada adik kelas yang duduk di meja pojok kantin.

"Makan Kak," jawab salah satu dari mereka dengan sedikit ketakutan.

"Lo tahu gak kalau meja ini cuma boleh diduduki sama kita-kita aja!" timpal Cakra ngegas.

"Minggir lo semua!" usir Eric kasar.

"Maaf, Kak. Tapi kita duluan yang duduk disini." Mendengarnya membuat Eric emosi. Ia menarik kerah seragam anak itu.

"Lo baru kelas sepuluh gak usah belagu!" Eric menghempas kerah seragam anak itu hingga ia tersungkur ke lantai kantin. Tidak ada yang berani membantunya.

"Gak tahu dia siapa kita!" Aji ikut berseru. 

Prang!!

Dentingan sendok dan garpu bergesekan keras dengan mangkok. Perhatian satu kantin itu mengarah pada Rindhu. Pelaku yang menyebabkan suara keras tersebut.

"Siapa dia?

"Kok gue gak pernah lihat dia ya?"

"Siswi baru kali ya?"

Banyak dari mereka yang berbisik-bisik tentang Rindhu. Bahkan beberapa pasang mata terlihat meremehkannya.

"Rin, mau ke mana?" Brillian menepuk pelan kepalanya saat melihat Rindhu bangkit dari tempat duduk. Ia berjalan mendekat ke Eric dan teman-temannya.

"Woi, Rindhu mau ngapain?" seru Brillian nampak sangat khawatir.

"Brillian sana samperin Rindhu suruh dia balik!" sahut Lulu juga cemas.

"Gue gak berani gila!"

"Rindhu gak tahu dia mau berurusan sama siapa!"

Keponakan Kesayangan Where stories live. Discover now