1

6 2 0
                                    

Pagi itu hawa sejuk serta bau tanah yang basah sehabis hujan serta cuaca yang mendung membuat remaja tersebut semakin lelap dalam tidurnya.

tok

tok

tok

"aden bangun udah pagi den 'kan aden mau sekolah" suara wanita paruh baya terdengar dari luar pintu kamar lelaki yang masih tertidur itu.

"aden bangun nanti aden terlambat sekolah" masih belum ada sautan dari dalam dan wanita paruh baya itu masih belum menyerah.

"aden ba—"

"udah bi biar saya aja, bibi lanjut beresin yang lain ya" mendengar suara tersebut wanita yang di panggil 'bibi' langsung mengangguk dan berlalu pergi meninggalkan wanita paruh baya yang masih nampak cantik.

Sambil tersenyum wanita cantik itu masuk ke dalam kamar untuk membangun kan anaknya, bukannya langsung membangunkan namun wanita tersebut menuju nakas di samping tempat tidur untuk menggambil gelas air yang masih ada setengah.

"Jeriko bangun" ucap wanita tersebut sambil memercikkan air ke wajah lelaki yang di panggil 'Jeriko'. Namun nampaknya itu tidak berhasil sepenuhnya karna lelaki tersebut masih nyaman dengan balutan selimut hangatnya.

"JERIKO PUTRA ABRAHAM BANGUN"

"aduh bunda ngapain sih ribut-ribut" akhirnya suara parau itu terdengar dengan gumaman di akhir kalimat nya. "lagian ini hari minggu ngapain bangun pagi".

"JERIKO BANGUN ATAU BUNDA POTONG UANG JAJAN"

Mendengar kalimat tersebut Jeriko langsung terduduk tegap dengan rasa sakit di kepala karna bangun mendadak.

"bunda mah gitu main-nya"

"lagian kamu itu udah tau mau sekolah masih aja tidur, hari ini senin kamu mau bolos upacara lagi emangnya?" ucap bunda sembari membuat tirai gorden di kamar Jeriko.

"emang boleh bolos bun?"

"boleh asal kamu ngga protes soal uang jajan"

Mendengar itu Jeriko langsung lari ke kamar mandi, Mira —bunda Jeriko—  yang melihat kelakuan anaknya hanya menggeleng pelan.

💟

"Jeriko mana bun?" tanya pria paruh baya yang diketahui ayah dari Jeriko dan suami dari Mira itu menanyai anak tunggal mereka.

"lagi mandi yah"

Namun tak lama dari itu terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru.

"Jeriko jangan lari-larian" ucap bunda yang melihat anaknya berlari menuruni tangga dengan baju yang masih terkancing setengah dan tas terbuka.

"ngga keburu bun udah mau upacara, yah bagi duit dong buat bensin" ucap Jeriko dengan mulut yang penuh roti.

"lima puluh cukup kan?" kata Roy. Ayah Jeriko.

"duh yah mana cukup, sekolah Jeriko 'kan jauh mana cukup segitu, ini cukup buat pegi doang" ujar Jeriko yang membuat sang bunda melirik sinis.

"kek sekolah kamu jauh aja Jer" balas bunda yang mengatakan fakta bahwa sekolah Jeriko dekat dengan rumah. "kamu pasti sebelum ke sekolah mau nongkrong dulu kan sama temenmu itu" mendengar itu Jeriko hanya terkekeh pelan karna yang di katakan bunda-nya itu benar.

"yaudah nih seratus cukup kan?"

"cukup kok yah, makasih ayah" ucap Jeriko lalu pamitan ke ayah, kemudian dia melihat bunda-nya sambil tersenyum. "bun bagi duit jajan dong" bunda yang mendengar kata itu hanya pasrah dengan kelakuan Jeriko itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jogja StreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang