Bagian 1 : Dia Mengikutiku

3 0 0
                                    

"Bangun, bangunnn!!!" teriak Bu Ratih di dalam rumahnya sambil mengetuk satu per satu pintu kamar. Perkenalkan, namanya Bu Ratih, rumahnya penuh dengan remaja perempuan yang berasal dari luar kota. Mereka semua yang tinggal di rumah Bu Ratih adalah teman-teman sebayaku dan termasuk aku. Hai, kenalin aku Gendhis asalku dari Jakarta. Aku ikut tinggal bersama Bu Ratih karena aku ya.... ingin merasakan rasanya jadi anak kos di Bandung.

Tok Tok Tok...

Seseorang mengetuk pintuku, "Iya buuu aku sudah bangun!!"

"Bukaaann, aku bukan Bu Ratih"

Aku terkesiap dan langsung membuka pintuku, ternyata Vina. Ia menanyakan padaku apakah aku punya sabun atau tidak. Ah, langsung saja aku berikan sabun yang kupunya. Lagian aku tidak akan mandi sepagi ini.. It's 4 in the morning... Bagaimana caranya mandi di pagi buta begini? Yang ada aku beku sebelum berperang di ospek kampus pagi ini.

Aku memilih untuk sarapan roti dan susu yang sudah kubawa dari rumah. Menikmati sarapan terpagiku sembari membuka Instagram, biasalah update kehidupan. Sementara teman-temanku sedang sibuk menggunakan skin care dan menata rambutnya. 

"Duh, kalian tuh ya baru hari pertama aja udah sibuk sekali dandan.."

"Yaaaa, kan kali aja ada kating ganteng yang melirik aku dan kisah cintaku di kampus ini langsung dimulai", kata Cattleya sambil menyisir rambutnya. Vina dan Sasha hanya tertawa kecil sembari merias wajahnya. Setelah itu, aku berganti pakaian sesuai dengan seragam yang ditentukan dan berangkat menggunakan angkutan umum bersama teman-teman kosku. Memasuki angkot, kami ternyata tidak sendiri. Ada beberapa mahasiswa lain yang tampilannya tidak beda dari kami. Kemeja putih, rok hitam, kaos kaki panjang, dan sepatu hitam. Ah! Ini pasti anak-anak baru ospek sepertiku. Lalu, kami bertukar senyum tanpa saling berkenalan. 

Sesampainya di kampus, keadaannya masih gelap. Saking dinginnya, kacamataku pun berembun. Mau tidak mau aku harus melepasnya dan berjalan dengan mata buramku ini di tengah keramaian yang gelap. Bahkan jika aku melihat hantu, mungkin aku tidak akan bisa membedakannya dengan mahasiswa lain, karena sama-sama mengenakan pakaian putih. Melanjutkan perjalanan, kami berjalan menuju tempat yang sudah diberitahukan di dalam pengumuman kemarin. Kebetulan aku, Cattleya, maupun Vina dan Sasha tidak ada yang sama lokasinya. Jadi kita berpisah di depan gerbang.

Aku berjalan menuju Taman Tulip, tempatku akan berkumpul dengan kelompokku yang entah siapa. Tapi kok... Aku merasa ada yang mengikutiku ya? Perlahan aku perlambat langkahku untuk melihat siapa yang mengikutiku. Aku menengok ke belakang, dan...

"Bener kok jalannya, mau ke Taman Tulip kan?"

KOK DIA BISA TAHU AKU MAU KE TAMAN TULIP????

"Oh iya, makasih ya", masih dengan wajah bingung akupun melanjutkan perjalananku. Kok dia bisa tahu gitu sih aku mau ke Taman Tulip? Cenayang ya dia?

Setelah berjalan selama kurang lebih 5 menit dengan posisi yang sama, dia di belakangku. Tiba-tiba ia berkata, "Ini belok kanan, yuk nyebrang bareng" sambil menggandeng tanganku. Apasih orang ini, kita belum kenal bro.. Kenapa sudah berani-beraninya menggandeng tanganku? Bagaimana kalau tiba-tiba di tangannya ada racun yang dapat menginfeksiku? Hah bagaimana jika aku pingsan, atau aku mendadak mual, atau aku... HAH aneh orang ini..!!

Setelah menyebrang, aku pun melihat tulisan 'Taman Tulip' di depan. Berarti orang ini ril yah no hoax. Aku menyempatkan bertanya kepadanya,

"Kok kamu bisa tahu aku mau ke Taman Tulip juga?"

"Ya kan, kelihatan dari nametag-mu, Gendhis"

KAPAN DIA BACA NAMETAG-KU?!

"K-kamu kapan bacanya sih? Kok udah tahu namaku Gendhis dan mau ke Taman Tulip?"

Ia pun berdecak.

"Tadi kita satu angkot, kamu nggak lihat aku ya?"

"Eh- enggak..."

"Ya sudah kalau begitu aku duluan ya, soalnya aku kumpulnya di taman dekat gerbang tadi."

Ia melambaikan tangan dan langsung pergi begitu saja.

"Kamu namanya siapaaa?!" dari kejauhan aku berteriak, namun ia pun tidak mendengar.

Baik banget ya dia. Padahal dia kumpulnya di dekat gerbang tadi. Lalu, kenapa dia mengikutiku seakan-akan mengantarku ke Taman Tulip begitu sih?! Aneh orang itu. Ya sudahlah aku langsung ikut barisan saja. Kating-kating itu langsung mendatangiku dan mengecek kelengkapan seragamku. Setelah itu, aku diperbolehkan untuk masuk ke barisan. Dan aku di sini, berbaris dengan ribuan orang yang tiada kukenal, dengan aku yang masih bingung siapa dia tadi, kenapa dia sungguh baik, maksud dan tujuannya apa ya mau mengantarku sampai Taman Tulip?

-----

HAHAHAHHAHA Hi guys! Balik lagi sama aku yang nulis Fiction lagiii. Dulu aku sempat juga menulis fiksi judulnya "Ternyata" tapi entah apa yang ada di benakku, aku delete dong ceritanyaaa :(((

Kangen banget bisa nulis lagi kayak gini... Agak kagok sih tadi pas nulis.. Kea lupa" sedikit sama gaya bahasaku dan tanda baca yang baik dan benarr. Cuma I'm so glad to be back, dan doain yaa semoga bisa lanjut hingga tamat dan akunya ga males untuk ngelanjutin semua ceritanya.

Buat yang cerita kali ini, aku ambil pov dari Gendhis dan tulisan ini kayak apa yang dipikirkan Gendhis detik itu juga. Jadi kalo di pelajaran Bahasa Inggris, masuknya ke present tense yahh >_<. Dan aku bakal pake bahasa yang simpel aja, karena kan Gendhis dari Jakarta, jadi ga bakal yang baku-baku amat lah yaa bahasanya.

Hope you guys enjoy it dan jangan lupa untuk Vote and Comment, btw masih jaman ga sih "Vomment"? HAHAHHAHAHAH jaman dulu bgt yahhh, pokoknya luvyu guysss see you di next part, semoga Gendhis bakal tau siapa yg ngikutin dia ituuu :D

- bymarros, <3

Finding You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang