hi guys this is my first story, jadi ditunggu ya comennya, and jangan lupa vote ya ;)
################
Berbagai sorakan menggema diseluruh lapangan SMA Socrates dipagi menjelang siang itu karna babak final pertandingan futsal antar kelas, yang diadakan oleh anggota osis dalam memeriahkan acara class meeting dihari itu.
Sorakan semakin riuh saat bola memasuki gawangnya yang dilakukan oleh lelaki tampan yang memiiki julukan most wanted di sekolah itu, siapa lagi kalau bukan Langit Melviano Januar, lelaki bersuai coklat gelap dan mata coklat terangnya yang indah.
Gol yang dicetak oleh langit di pagi itu menjadi kemenangan untuk kelasnya yaitu kelas 11 MIPA 1, "wahh pertandingan final futsal sekolah kita antara 11 mipa 1 vs 11 ips 3 dengan skor 4-3 dimenangkan oleh kelas mipa 1, selamat untuk teman-teman 11 mipa 1" ucap mc pria,
dan dilajutkan oleh mc wanita "dan untuk acara selanjutya adalah seni tari antar kelas yang akan kita lakukan di aula sekolah kita tercinta, jadi untuk teman- teman yang mengnikuti perlombaan seni tari silahkan mempersiapkan diri, karena acara akan kita adakan 30 menit lagi." ucap pembawa acara hari itu.
beberapa dari siswa disana ada yang sudah bubar, dan beberapa lagi ada yang masih stay disana, terutama para siswi-siswi yang ingin mencuci mata disana melihat para cogan sekolah yang sedang istirahat karena kelelahan setelah pertandingan tadi.
"hi melvin ini buat kamu, kamu pasti haus kan?" ucap seorang gadis yang menyondorkan air kepada langit, kenapa mereka memanggil melvin bukan langit?, karena hanya orang terdekat langit saja yang boleh meanggil langit atau orang yang hanya dibolehkan oleh langit saja, itu sudah menjadi rahasia umum di sekolah Socrates dan di lingkungan pergaulan Langit.
"thanks, tapi ga perlu" tolak langit kepada gadis cantik yang bernama Azura. "buat gw aja Ra airnya, babang Tobi haus nih" ujar Tobias sambil bercanda.
"Ih ogah anjir, gw beli minum khusus buat Melvin bukan buat Lo" balas azura. "Terima donk Vin, aku beli ini pake perjuangan tau,, harus rebutan sama anak-anak lain dikantin", ujar azura sambil cemberut Kepada Melvin.
"Hm thanks", balas Melvin saat menerima air yang di berikan dari azura. terdengar dering hp dari dari saku langit, saat langit mengecek hpnya tertera no tak dikenal di hpnya, tetapi langit lebih memilih mengabaikan panggilan tersebut.
"angkat donk bos telvnnya siapa tau penting njir" Gevariel, salah satu sahabat langit, "palingan itu penggemar dia hahha, si bos kan sering banget tuh di telfon ciwi-ciwi, enak ya jadi ganteng" sahut Tobias. "haha curhat bro? kasian ya orang burik kayak lo emang ngenes" balas gevariel. "ampun deh si yang paling ganteng" jawab tobias dengan nada kesal.
dering dari hp langit terus berdering, saat langit ingin nonaktifkan hpnya tiba-tiba Ben alias benedict sahabat langit yang paling cuek dan irit suara itu berbicara " angkat, itu pasti penting" langsung saja langit mengangkat telfon tersebut, karena biasanya apa yang ben katakan selalu benar.
"ga perlu diangkat kali melv palingan itu cwe ganjen yang nelfon kamu, mending kita cari makan di kan--" belum selesai Azura berbicara langit langsung pergi dari sana dengan tergesa-gesa berlari keluar dari lapangan meniggalkan teman-temannya yang kebingungan.
"ih Melvin mau kemana siii aku belum selesai ngomong ih" ucap Azura dengan nada kesal karena merasa di abaikan oleh Melvin, ya walaupun selama ini ia selalu di abaikan oleh melvin, tapi tetap saja itu membuatnya kesal, dan azura lebih memilih juga pergi dari sana.
"lah lah itu si bos mau kenana dah, langsung pergi gitu aja, kaga ngomong lagi" ucap tobias. "darurat banget deh kakyaknya mukanya kayak panik gtu, tapi kenapa ya, dia kenapa ben? tanya gevariel kepada ben.
bukannya mejawab ben malah melengos pergi dari sana mengikuti arah langit pergi tadi,
"hadehhh gini amat punya temen, kacangin teross, trus kita gimana nih ikutin apa nggak nih tob? tanya gevariel ke tobias, "ikutin ajalah feeling gw ikutan gaeanak" ucap tobias.
lalu dua sekawan ini mengikuti Ben yang sedang menelfon menuju parkiran mobilnya dan saling meberi kode dengan langit yang sudah berada di gerbang sekolah menaikin motornya dan berbicara serius dengan pak Mamat satpan sekolah.
mereka langsung menghampiri Ben yang hendak masuk ke mobilnya. "woi Ben kenapa sii ini, si langit mau kemana?" ucap Tobias, "tau tuh sekarangkan belom boleh keluar sekolah" sambung geva, " masuk" balas Ben yang menyuruh teman-temannya masuk.
tanpa pikir panjang mereka berdua langsung bmasuk ke mobil Ben karena mereka merasa ini adalah sesuatu yang sangat urgent, saat mobil telah berapa di depan gerbang pak mamat langsung mebukakan gerbang sekolah, tanpa menayakan apapun, seakan" pak mamat sudah tau apa yang sudah terjadi.
tentu saja itu membuat Tobias dan gevariel makin bingung sebenarnya apa yang terjadi, tetapi mereka juga tak berani menanyakan hal tersebut kepada Ben, karena walaupun wajah Ben terlihat datar tetapi mereka tau bahwa Ben sekarang sedang dalam kekhawatiran.
sekitar 15 menit perjalanan, mereka berhenti di parkiran rumah sakit, saat mereka turun terlihat motor langit terparkir tak jauh dari mereka berdiri, "ini ada apa si sebenarnya, kita ngapain si disini?, siapa yang sakit?" tanya gevariel kepada Ben karena rasa penasaran sudah tidak bisa ia tahan.
"Aluna" hanya kata itu yang keluar dari mulut Ben dan langsung masuk kedalam rumah sakit tersebut, "Ya ampun,jadi aluna lagi sakit ya? pantesan pada panik begini" ucap gevariel sambil berjalan mengikuti Ben, "iya, semoga luna ga knapa-knapa" balas Tobias.
setibanya di resepsionis mereka langsung menanyakan keberadaan aluna, " pasien atas nama Aluna Dwi Aprilya diruangan mana ya kak?" tanya langit ke resepsionis, "aluna dwi aprilya yang dari smp pembina bangsa dek?" tanya resepsionis untuk memastikan, "iya kak" jawab langit,
"aluna masih berada di ruang ICU dek, apa adek ini dari keluarga pasien?" tanya resepsionis tersebut, "iya kak saya abang kandungnya" jawab langit, "baik kalau begitu tolong isi formulir ini dan tanda tangani disini, dan tunggu dokter dari ruang icu sebentar lagi ya dek".
saat menuggu di depan ruang icu gevariel sangat ingin menanyakan apa yang terjadi pada aluna tapi ia tak enak hati menanyakannya dalam keadaan seperti ini, di tambah lagi Ben yang selama ini hanya menampilkan wajah datar saja bisa terlihat sekhawatir itu.
15 menit berlalu dokter belum kunjung keluar dari ruang icu, "sebenarnya aluna kenapa si bos, dia sakit apa, apa maagnya kambuh lagi?" tanya tobias karna sudah tidak tahan dengan rasa penasarannya. dengan nada bergetar menahan tangis langit berkata "dia di temuin tergeletak di toilet spbu dekat sekolahnya dengan mulut keluar busa trus ada bendarahan juga"
pernyataan tersebut tentu saja membuat mereka terkejut, "trus yang nemuin dia disana siapa?" tanya gevariel. "salah satu pengunjung disana dan mereka bilang dugaannya aluna mau nyoba bunuh diri dengan minum cairan pembersih wc yang ada disna, soalnya ada botolnya disamping aluna, tapi ga mungkin adek gw mau bunuh diri"ucap langit.
tentu saja hal itu juga menyakitkan untuk mereka berempat, mereka mengenal baik aluna, dan sudah menganggap aluna adalah adik mereka juga, dan setelah mendengar hal tersebut tobias langsung saja merangkul langit yang sudah terdengar isakan tangisan kecil dari langit, "yang sabar ya ngit, aluna pasti bakal baik-baik aja kok dia kan anak kuat, sekarang kita berdoa semoga aluna baik-baik aja" ucap tobias menenagkan sahabatnya itu, dengan helaan napas langit menjawab "aamiin semoga ga knapa-knapa"
-000000000000000--
gimana guys ceritanya? asik atau bikin boring huhu, semoga kalian suka dan jangan lupa vote and coment ya (:
see you next chapter guys
KAMU SEDANG MEMBACA
langit dan biru
Ficção Adolescentedunia terkadang terasa sangat tidak adil bukan? itu yang dirasakan oleh lelaki tampan bersurai coklat di siang itu, menatap kosong ke arah sungai yang mengalir deras dibwah jembatan yang ia pijak. apkah semuaya sudah berakhir? apa tidak ada lagi...