1

17.1K 579 28
                                    

Typos

"By.."

Caca sedikit meringis memegangi perutnya memanggil laki-laki yang sudah menyandang status sebagai suaminya dua minggu  yang lalu.

Tidak ada sahutan, bahkan perempuan itu harus turun kelantai satu mencari keberadaan suaminya

"Ck. Kemana sih nih orang"

"Mahennnnn!??" 

Perempuan itu bahkan berteriak, sedikit ngos-ngosan karena demi apapun usai kehamilannya yang sudah 6 bulan membuat dirinya begitu kewalahan.

Caca tidak siap hamil diusia muda.

"Apasih berisik. Teriak-teriak mulu lo"

Mahen berjalan dari arah dapur , membawa cemilan dan ponsel miliknya

"Mau kemana lo, segala pakek jaket dirumah doang"

Tidak biasanya Caca menggunakan pakaian lengan panjang didalam rumah, biasanya perempuan itu hanya menggunakan daster atau baju atasan oversize milik Mahen tanpa bawahan

"By, anterin aku ke rumah sakit. Perut aku kram dari tadi"

Laki-laki itu berdecak,  justru melenggang pergi  menuju arah ruang keluarga dan dengan santainya justru menyalakan televisi didepanya.

"Males banget Ca. Diluar panas, sejam lagi juga gue ada kelas. Capek harus bolak-balik lagi"

Mendengar jawaban Mahen membuat perempuan itu menghela nafas panjang. Seujurnya Caca sudah muak dengan perlakuan Mahen terhadap dirinya. Caca tau, baik dirinya maupun Mahen tidak mengharapkan pernikahan mereka.

Anak yang ada didalam kandungannya memang hasil dari kecerobohan mereka berdua. Namun dari awal Caca tidak butuh pertanggung jawaban dari laki-laki itu. Caca bisa merawat calon anaknya sendirian.

Tau begini, Caca tidak mau dipaksa oleh Mamih dan kedua orang tua Mahen untuk menikah jika akhirnya akan seperti ini.

Dia bukan perempuan yang lemah, dia sudah terbiasa dengan segala kemandiriannya karena dari kecil Caca hanya hidup bersama dengan Maminya. Papinya? Entahlah, Caca tidak begitu peduli dengan laki-laki yang sudah tega meninggalkan dirinya dan Mamihnya sejak lama.

Namun, semenjak hamil Caca memang sering menangis dan terlalu sensitif dengan segala perlakuan yang diberikan oleh Mahen. Baginya, Mahen sudah keterlaluan. Caca merasa bukan hanya Mahen yang dirugikan disini, dirinya juga sama.

Perempuan itu merasakan sesak didada. Sesekali menyeka air mata sialannya kemudian berjalan melewati Mahen begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun mengambil kunci mobil miliknya.

Sedangkan Mahen, laki - laki itu hanya melirik Caca sekilas tanpa berniat mengejarnya.

"Gitu kek mandiri. Manja banget jadi cewek" Monolognya.

---

"Gimana Dok ? Adek enggak apa-apa kan?" 

Caca begitu khawatir, takut terjadi apa-apa dengan calon anaknya. Karena meskipun anak itu hasil dari kecelakaan. Baginya anak itu adalah anugerah, Caca sangat menyayangi jabang bayinya.

"Cielah adek enggak tuh?"

Caca mendengus. Melihat sahabat Mamihnya yang sialnya menjadi dokter kandungan pribadinya justru bergurau. Tidak tau saja dirinya sudah was was semenjak tadi.

"Ihhh Tante, Caca serius"

Rengekan Caca membuat seketika wanita itu terkekeh.

CACA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang